Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Thursday, January 31, 2013

Pukul 20.49, menjelang malam dan Ia terus gelisah sepanjang hari, banyak yang bergemul dalam pikirannya. Tentang pengakuan seseorang dua hari yang lalu, seseorang yang... ah dia sulit menjelaskannya. Bingung dan kacau, karena dia tak percaya apa yang dikatakannya, entah benar-benar serius atau tidak. Yang pasti dia merasa sangat terpengaruh oleh pengakuan itu. Kemudian dia mengambil bolpoin birunya dan selembar kertas bekas sisa guntingan tugas-tugasnya. Dia mulai menggoreskan kata-kata yang ada di dalam pikirannya.
Matahari,
Kau bilang berlebihan jika itu kau sebut cinta.
Aku bilang, jangan katakan itu kecuali pada istrimu.
Tapi kau tau, sebenarnya kita memiliki perasaan yang sama.
Bedanya, kau berani mengatakannya dan aku tak..
Titik. Dia berhenti di dua titik terakhir, menghembuskan napas panjang dan kembali menekuni buku-bukunya.
-------
inspired by my friend's story.

Wednesday, January 30, 2013

Hujan, saja.

Senja mulai menapakkan kakinya ke bumi, tidak semerah api, tidak pula sebiru laut, tapi kelabu. Senja kelabu dan hujan terus mengalir, sepasang anak adam dan hawa menikmati eloknya langit di balkon rumah mereka.
"Hampir setiap hari ya," kata Sang Lelaki pada Wanitanya, sambil memandang kelambu titik-titik air.
"Aha, hampir setiap hari di awal tahun, hujan. Aku rindu senja merah yang hangat," kata Wanitanya sambil membayangkan langit sedang merah di atasnya.
Sang Lelaki tak menjawab apapun, terdiam akan khayalannya sendiri, membayangkan senja yang merah, yang lama tak menyapa. Iya, aku juga rindu senja cerah itu. Wanita di sampingnya tersenyum memandangi hujan. "Kenapa? Kau suka hujan?" tanya Lelakinya.
Sang Wanita mengangguk.
"Kau suka hujan, tapi aku tau kau lebih suka senja yang merah, apa kau tidak kesal dengan hujan hari ini?" tanya Sang Lelaki, menatap lembut Wanita pengkhayal di sampingnya.
"Ya, kadang aku kesal dengan hujan, tapi aku suka dengannya. Apa jika aku suka hujan tak boleh kesal dengannya? Aha, aku tak boleh kesal, jika aku kesal pada hujan sama saja aku kesal dengan pemilik hujan. Padahal hujan itu berkah untuk orang-orang tertentu dan kurasa aku tak boleh kesal jika orang lain senang, itu dengki bukan?"
Sang Lelaki mengangguk, dan tersenyum. Aku hanya bertanya tentang kesukaanmu, tapi kau jauh berpikir sampai ke sana. Batin Sang Lelaki.
Kemudian mereka lagi-lagi terdiam, berdua mendengarkan riuh suara air yang bertemu bebatuan. 

Friday, January 25, 2013

tentang Matahari dan Bulan


Setengah jam lebih mereka berada di dalam pelukan malam, memandang langit dari kejauhan dengan pikiran yang mengambang dalam alam khayal mereka.
“Menurutmu bulan dan matahari saling mencintai tidak?” tanya Sang Wanita kepada Lelaki kemudian, memecah sunyi.
“Iya,” jawab Sang Lelaki dengan singkat.
“Kenapa, bukankah mereka tak pernah bersama?” Mereka berbincang tanpa saling menatap, mereka terus menatap langit di atasnya, tak pernah bosan bercengkrama dengan angin malam.
“Karena mereka saling mengisi kekosongan waktu,” jawab Sang Lelaki. Wanita di sampingnya hanya diam, tersenyum tanpa berkata-kata. “Menurutmu?” tanyanya kemudian.
“Iya sama, mereka saling menatap meski dari jauh, saling mengisi kekurangan satu sama lain. Bulan tak bisa bersinar dan matahari meminjamkan cahayanya. Matahari tak bisa menerangi dunia saat malam dan bulan menggantikan posisinya. Benar yang kau katakan, mengisi kekosongan waktu,” kata Sang Wanita, menarik napasnya panjang, lalu melanjutkan, “satu lagi, mereka berdua selalu patuh dengan perintah penciptanya, tak pernah absen dan tak pernah terlambat bertugas.”
“Juga cintanya tidak hanya dirasakan oleh mereka berdua tetapi juga dirasakan oleh banyak orang,” tambah Sang Lelaki.
“Aha! Terpikir olehku, mengapa manusia yang punya akal sering terlambat melakukan sesuatu, sedangkan matahari dan bulan, mereka tidak pernah terlambat, sangat berbeda dengan manusia. Apa matahari dan bulan punya akal ya? Dan lagi, harusnya kita sebagai manusia bisa seperti matahari dan bulan, saat saling mencintai satu sama lain, bukan hanya dua orang yang merasakan cinta itu, tapi banyak orang lain dan makhluk lainnya, bagaimana menurutmu?” tanya Sang Wanita, Lelaki di sampingnya hanya tersenyum dan mengangguk.
Lalu mereka berdua terdiam, menekuni khayalan masing-masing, merasakan angin semilir malam merangkul mimpi mereka dan menerbangkannya ke angkasa.


Thursday, January 17, 2013

TK

Saat saya menuliskan sebagian tulisan ini, saya sedang berada di TK adik saya. Senyum-senyum sendiri melihat tingkah anak-anak kecil di sana sini. Kenapa anak-anak kecil ini terlihat sangat lucu ya? Ada adik dan kakak, kakaknya perempuan dan masih TK tapi adiknya sepertinya masih berumur dua sampai tiga tahunan, ketika si kakak menghampiri si adik, si adik yang gembul (gemuk berbulu :p) tepuk tangan kecil sambil berkata "alo aloo". Hahaha lucu, rasanya saya ingin menculik mereka satu persatu. Ada juga anak laki-laki yang nangis saat dijemput tepat waktu, karena masih ingin bermain hahaha. Kalau saya menjemput adik saya, saya pasti tidak langsung mencari adik saya, karena dia pasti masih bermain, saya pasti duduk-duduk dulu hehehe.
Saya jadi berpikir betapa mereka tak banyak berpikir dan rasanya selalu hidup bahagia dengan khayalan mereka, berbeda dengan mahasiswa yang rasanya everytime galau --" sewaktu kuliah galau laporan, tugas dan kuis. Sewaktu UAS galau soal, waktu liburan galau IP. Hahaha hidup kok ya nggak dinikmati ya. Saya ingin seperti anak-anak TK ini,rasanya amat sangat menikmati hidup. Ayok back to school!! :D

Wednesday, January 16, 2013

Harus milih siapa(?)

Kini saya sedang bingung harus milih siapa diantara dua pilihan yang sulit. Memilih antara dua sosok, T dan B, itu inisial antara keduanya.
Saya bingung karena kedua orang ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pertama si T, saya suka padanya,dialah yang pertama kali saya suka, karena dulu saya berpikir bahwa saya bisa menciptakan banyak hal yang baru jika bersama dengannya,dia juga terlihat keren di mata saya meski banyak orang yang memandangnya sebelah mata jika tak mengenalnya. T adalab seseorang yang misterius, dia terlihat cool. Sedangkan Si B, saya baru saja menyukainya, ya, dalam perjalanan menuju ke T, tiba-tiba saya menyukainya, entahlah, karena saya mudah memahaminya, mudah mengerti dan mudah saya ingat tentang kepribadiannya, seketika itu pula saya jatuh cinta padanya.
Kini saya bingung akan memilih yang mana, karena hidup memaksa saya untuk memilih salah satu. Walau saya menyukai si B lebih terakhir, namun rasa suka saya pada si T tidak pernah padam, saya suka akan dirinya, tetap suka.
Jadi kini saya lebih bingung lagi, saya harus memilih Si T, yang tak lain adalah Teknologi Pengolahan Pangan atau si B, Bioteknologi Pangan.
Ini asli saya galau mau pilih minat yang mana, THP oh THP.

Monday, January 14, 2013

dis-

Memberanikan diri untuk menatap cermin,
Ku lihat sebuah bayang di sana
Mata kosong yang kehilangan hiasan dalam ruangannya
"Kau kenapa?" tanyaku pada sang bayangan
Dia menggeleng, mungkin tak tau akan jawabannya,
atau mungkin karena tak mau tau jawabannya
terlebih, aku pikir karena dia berpura-pura tak tau
"Kau kenapa?" tanyaku lagi sambil menyentuh pipinya, dingin
"Kau tau kan apa jawabannya?"
Aku tersenyum
"Lupakan, jangan pernah tanya lagi mengapa, karena kau jelas jelas tau mengapa"
Aku menatapnya, ada sakit dalam parau suaranya
"Kau jangan tanya lagi harus bagaimana, karena kau tau penyelesaiannya"
Ku tatap matanya, perih itu menggantung dalam dinding ruangannya
Dia tersenyum, meski palsu
"Kau akan menyerah? Begitu saja?" tanyaku, simpati
Dia tersenyum lagi
"Kau tau kan siapa aku? Aku bukan siapa-siapa, oleh karenanya aku menyerah" katanya, menang
Aku menatapnya, takjub, dia tetap saja seperti dia saat mudanya. Sama saja.

Rotasi Bumi

Semburat jingga menghias langit senja hari ini. hujan tak menyapa sang hari. Sepasang manusia menikmati langit di atas loteng rumah, hingga terlihat harmoni gunung, awan dan semburat indah senja.
“Menurutmu matahari itu terbit tidak?” tanya Sang Lelaki pada wanita di sampingnya, tanpa memandangnya.
Sang wanita mengerutkan dahinya, tersenyum dan menjawab hanya dengan satu kata, “iya,” katanya sambil melempar pandangannya ke langit lepas.
“Menurutku tidak. Sekarang yang menyebabkan matahari terbit itu matahari atau bumi?” Tanya sang Lelaki, tetap memandang lekat langit jingga cerah di atasnya,
“Bumi,” jawab Sang Wanita, singkat.
“Nah, Bumi saja kan yang berotasi. Sehingga nampak seakan-akan matahari terbit dan terbenam. Padahal matahari sendiri tidak pernah terbit dan terbenam.”
“Ya, kau benar, jika kita memiliki ilmunya, kita bisa membuat kesimpulan seperti itu. Tapi untuk orang lain yang tak punya ilmu tentang itu pasti berpikir bahwa matahari terbit dan terbenam.”

Friday, January 4, 2013

Kilip

Baru dapat kabar nih, novel Surat Dahlan - nya Khrisna Pabichara, lanjutan novel pertama Sepatu Dahlan, akan terbit akhir bulan ini. Dan novelnya Fahd Djibran bersama BF2B Tak Sempurna juga akan terbit bulan depan, padahal bukunya yang Perjalanan Rasa belum saya beli. Hallooo kapan saya beli buku tabas kalau sudah ngiler dulu sama novel -___-
Dan padahal lagi sedari dulu saya pengen beli Eragon dan Buku tentang 'Ali bin Abi Thalib yang itu, yang harus beli sepaket sama yang lain (Biografi Khalifah Rasullullah).
Tapi setelah saya pikir-pikir, sudahlah FOKUS!!! Beli buku tabas aja dulu mumpung mau liburan ini ya, masih ada seri Lord of The Ring, Seperti Sungai yang Mengalirnya Paulo Coelho sama Risalah Sang Imam belom saya baca #ngiik. Terus masih mau pinjam Angel and Demon pisan -__- bzzzbzzzz kalap nemen ya -__- ah biarlah, ini pelipur lara karena nggak bisa jalan-jalan pas liburan. Atau mungkin ada yang mau meminjamkan buku atau lebih lebih memberikan buku pada saya?? Hahahaha #mengkhayal
Aiih ayolah liburan cepat dataaaang (**)  #ditimpukbukubiokim #masihUAS

Thursday, January 3, 2013

Resolusi (?)

Aku tertawa membaca begitu banyaknya resolusi dan resolusi yang ada di media sosial baik twitter dan facebook. Hebat, pikirku, sekarang anak muda begitu bersemangat membuat resolusi, benar, resolusi akhir tahun. Aku tertawa lagi, sudah seperti orang gila. Lalu aku menuliskan sesuatu pada kedua media sosial itu ‘Pesanku hanya satu, jika ingin membuat resolusi terbesar, jangan lupa menggunakan minyak emersi supaya gambar tidak pecah. Selamat mengamati kawan-kawan’ hahaha, aku tertawa lagi. Sepertinya aku memang gila. Ya, aku gila. Yang kumaksud dengan resolusi pada status dan twitku itu adalah resolusi pada mikroskop. Dan minyak emersi itu biasa digunakan untuk dioleskan di lensa objektif mikroskop.
      “Dasar gila, kau benar-benar gila?” tiba-tiba dia datang, menyapaku.
                “Hahaha, sebenarnya aku menertawakan diriku sendiri, aku seperti mereka, begitu semangatnya membuat rencana dan target-target di akhir tahun untuk dijadikan semangat sepanjang tahun, ternyata rencana dan target itu lebih beken dengan sebutan resolusi, yeah resolusi! Bahkan aku sudah sejak SMP selalu membuat rencana dan target tapi baru tau kalau itu namanya resolusi”
                “Heeeh memangnya kenapa kau menertawakan dirimu sendiri berlebihan seperti itu?”
                “Ya, karena targetku seringkali tidak kucapai, hanya bersemangat di akhir tahun, sok semangat di awal tahun dan lupa setelahnya,” nada suaraku mulai menurun, kembali ingat target-target itu membuatku menyesal.
                “Hah dasar, lalu apa resolusi atau apa namanya itu-mu tahun ini?”
                “Entahlah, masih sama seperti tahun lalu, tiga yang sederhana itu, sudah cukup jika aku bisa mencapainya tahun ini,” kataku.
                “Itu saja? Yakin?”                            
                “Tau tidak, tahun ini aku akan berusia 20 tahun, tentu jika aku bisa sampai pada tanggal sepuluh tiga-ku” aku tak menjawab pertanyaannya, malas, karena aku yakin target utamaku hanya tiga yang sederhana itu, tentu tiga daftar itu berada di bawah tujuan awal dan akhirku. Tentu.
                “Tua. Lalu mengapa jika sudah 20 tahun?” berhasil, aku berhasil mengalihkan perhatiannya.
                “Ya, tidak apa-apa, hanya berfikir saja, sudah sebegini tuanya mengapa aku merasa masih kekanakan? Dan tiba-tiba aku sadar, sudahkah aku tau apa yang aku cari di dunia ini, sudahkah aku mulai mengejar apa yang harus aku kejar di dunia ini. Sudah hampir dua puluh tahun di dunia ini, sudah hampir berkepala dua, sudahkah aku membanggakan kedua orang tuaku” tiba-tiba aku terbayang kedua orang tuaku. Dia terdiam, sepertinya dia punya pikiran yang sama denganku, mengingat usianya juga sama persis denganku. Beberapa lama, dia masih juga diam, sepertinya dia tau apa yang aku rasakan, sepertinya dia memiliki pertanyaan yang sama denganku. Ah tentu saja sama, dia adalah aku.
                “Sudahlah, kau pending saja pertanyaan-pertanyaanmu itu, renungkan saja nanti ya. Sekarang, sudahkah kau belajar untuk UAS senin besok? Sudah siapkah dengan biokimia pangan, mikrobiologi pangan, etika profesi dan lagi kimia pangan?” tanyanya, seperti dihunus pedang tajam langsung tepat di jantungku. Ah lebay.
                “AAAARGH mengapa kau mengingatkan tentang itu, heh, pergi kau!” usirku, dia merusak suasana. Dia tertawa menang dan kemudian pergi.
                Sudahlah, dia benar, aku harus belajar. Selamat malam :)