Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Saturday, March 30, 2013

Kinanthi : agama dan budaya, cinta dan cita

Kinanthi, telahir kembali.
                Judul buku yang baru siang tadi khatam saya baca, mungkin kalau dikalkulasi tidak sampai dua puluh empat jam saya melahap kata-kata di novel setebal 534 halaman tersebut.
                Novel luar biasa, tiga kata itu yang bisa saya ungkapkan. Cantik, brilliant, cerdas, keren, apa lagi ya? Novel karangan Tasaro GK, pengarang novel biografi Muhammad ini, untuk ketiga kalinya berhasil membius saya dalam alur, penokohan dan diksi pada ceritanya, selalu begitu untuk setiap bukunya, luar biasa, tak mampu membuat saya berhenti membaca sampai pukul dua pagi dan lanjut lagi keesokan harinya sampai siang. Cerita dimulai dengan bab pertama yang sudah membuat saya jatuh hati, sederhana, tapi entahlah mengapa saya suka, kalau boleh saya sadur pada bab pertamanya, begini,
                Begini cara kerja sesuatu yang engkau sebut cinta,
                Engkau bertemu seseorang, lalu perlahan-lahan merasa nyaman berada di sekitarnya. Jika dia dekat, engkau akan merasa utuh, dan terbelah ketika dia menjauh. Keindahan adalah ketika engkau merasa dia memperhatikanmu tanpa engkau tahu. Sewaktu kemenyerahan itu meringkusmu, mendengar namanya disebut pun menggigilkan akalmu.  Engkau mulai tersenyum dan menangis ranpa mau disebut gila.
                Berhati-hatilah….

Friday, March 29, 2013

Apapun itu

Siang, panas, dan aku bosan.
Kuambil ponselku, memasang headset di ujungnya, lalu memilih playlist lagu-lagu favoritku, Dear God, Feel, Knockin' on Heaven Door, lalu More Than Words. Beranjak lagi ke lagu-lagu lainnya, lagu-lagu yang dulu pernah jadi lagu sendu, Good Bye, hey! Aku dulu pernah menangis mendengar lagu ini.

Aku menggali-gali lagi kenangan-kenangan lamaku, memangkas waktu, merapatkan rasa, daaan tak kutemukan lagi sakit dan duka yang dulu membakar senyumku. Tak kutemukan lagi air mata yang membuatku seakan hancur, berlebihan, ingin kutertawakan diriku yang dulu, menyedihkan, kekanakan. Benar bukan, rasa, apapun itu, bisa menjadi hambar dengan berjalannya waktu, ya, sedihku luruh, rasaku? Masih perlu ditanyakan? Tidak ada lagi di sana, meski sudah kucari, meski sudah kucoba untuk ditemukan, tidak ada lagi di sana, tidak ada lagi. Entah ke mana.

Waktu, apapun itu, meski tak nampak, bukankah ia adalah media transformasi yang handal? Rasa, apapun itu, bukankah tak pernah selalu sama? Karena bukan aku, bukan aku yang mengendalikan semuanya, bukan aku. Aku tak punya kendali akan rasaku sendiri, sungguh.
ada marah, ada gelisah, ada kesal, ada cemburu. bergolak di dalam dada. membakar. tapi mengapa tak sanggup membenci?
ada senang, ada bahagia, ada tenang, ada tawa. berputar-putar di kepala. riang. tapi sungguh, mengapa tak bisa mencintai?
ya, bukan aku.....

Thursday, March 28, 2013

kau

hai kau, kapan kau datang?
kemarin aku sempat takut, kuku jari tanganku sungguh membiru, ku pikir kau akan datang saat itu..
kapan kau menyapaku?
tiba-tiba aku berpikir, sempatkah aku berpamitan pada orang tuaku saat kau datang..
kau, dimana sekarang kau berada?
kadangkala aku ingin kau datang saja saat dingin merayap di tulang tungkai kakiku, menjelma menjadi salju yang membeku, kupikir kenapa kau tak datang saja?
ah, kau seberapa jauhnya dariku?
bisakah kau berikan pertanda saat kau akan datang? ah iya, setiap hari adalah pertanda, setiap saat adalah waktu yang berubah wujud menjadi kau, jika aku terus sadar dan membuka mata..
kau, apa yang akan kau lakukan kemudian?
nanti, antarkan aku pada Rinduku, bisa tidak ya?
kau, kereta kematianku....

Tuesday, March 26, 2013

Ijazah

Kalau misalnya akhir sekolah tak ada ijazah, apa kau akan tetap sekolah? 
Tentu, niatku kan menuntut ilmu, eh tunggu dulu, tak ada ijazah? Lalu bagaimana tentang adanya simbol kalau kita sudah bersekolah?

Jadi kau bersekolah hanya simbolis belaka? Formalitas?
Ah tentu tidak, sekolah adalah cara untuk mengenyam pendidikan. Eh, tapi...

Tapi apa? Ku tanya, bagaimana jika suatu saat sekolah tak mengeluarkan ijazah sebagai tanda kelulusan atau tanda-tanda apa saja itu?
Kalau itu tak ada, bagaimana kita bisa mencari pekerjaan nantinya, bukankah ijazah adalah salah satu tanda bahwa kita sudah mengenyam pendidikan?

Monday, March 25, 2013

apa judulnya ya?

"Kak, kakak bahagia?"
Sang kakak menoleh, tersenyum, "kenapa tanya begitu?"
"Kakak sering melamun dan kadang tersenyum sendiri saat membuka handphone kakak," kata Sang adik polos.
"Tentu kakak bahagia, dilahirkan di keluarga yang kaya begini, apalagi yang harus disedihkan?"
"Kaya?" tanya Sang Adik heran.
"Iya, keluarga kita itu keluarga yang kaya, kaya gelak tawa dan canda gila, iya tidak?"
"Haha, benar, meski sering ada teriak marah dan raungan geram, tetap saja, rumah ini penuh tawa," kata Sang Adik sambil setengah membayangkan kejadian-kejadian di dalam rumah mereka.
"Jika sudah jauh dari rumah nanti, baru akan terasa bagaimana hangatnya rumah ini," ada nada sedih dalam suaranya.

Thursday, March 21, 2013

aku?

Kau adakan aku di tengah ketiadaan. Lalu kau tiadakan aku di dalam keadaan. Sirna sudah semua daya. Aku hilang tanpa tenggelam, hanya kau yang bertahan.
Aku ingin bertemu, meski tiap malam ku bertamu.
Mengapa yang kau tampakkan hanya ilusi dari raguku?
Aku ingin berjumpa, meski tiap hari ku berdusta.
Mengapa yang kau tunjukkan yang tiada?
Aku Rindu, padamu. Ya. Padamu.
Akankah aku jadi kekasihmu?
Aku bertopeng rupa,
Aku berdusta,
Aku bersalin rasa,
Aku tanpa daya.
Aku. Siapa aku?
Mengapa kau adakan aku?
Mengapa kau tiupkan aku dalam raga manusia?
Siapakah aku?
Aku?

Sunday, March 10, 2013

Inikah senjaku?

"Yuk keluar," ajak Sang Lelaki pada wanitanya di suatu senja, dia menarik tangannya untuk bangkit dari kursi malas.
"Mau kemana?" tanya Sang Wanita bingung.
"Ayo, ikut saja," ajaknya sambil tersenyum.
Lalu mereka berdua berjalan, menapaki jalan setapak menuju kebun belakang. Mereka duduk di kursi yang menghadap matahari tenggelam.
Sang Wanita tersenyum memandang langit senja yang indah saat itu. "Terima kasih," ucapnya pada Lelakinya.
Tiba-tiba Sang Lelaki memberinya rangkaian bunga mawar merah, meletakkannya di pangkuan Wanitanya. "Wah, terima kasih banyak, Lelakiku," katanya semakin panjang senyum yang diurainya.
"Kau senang?"
Sang Wanita hanya mengangguk.

Friday, March 8, 2013

Gunung lautan sama saja

"Kenapa ya ada orang miskin ada orang kaya," kata Sang Lelaki pada wanitanya.
"Ah, aku jadi ingat khayalanku dengan ibuku dulu, kenapa negara tak dengan suka-suka membagikan uangnya saja pada rakyat, toh ada pabriknya kan? Hahaha," balas Sang Wanita sambil tertawa.
"Hahaha, sungguh kau pernah bercakap begitu dengan ibumu?" Sang Lelaki menahan tawanya, heran.
Wanitanya mengangguk, lalu berkata, "tapi kemudian ibu bilang sendiri, pasti itu ada hukum ekonominya."
Mereka sama-sama mengangguk, setuju, pasti ada hukum ekonominya, karena mereka sama-sama tak paham dengan ilmu ekonomi.
"Jika kau bertanya kenapa ada orang kaya dan miskin, itu sama saja bertanya, kenapa ada gunung dan juga ada lautan," kata Sang Wanita kemudian.
"Bagaimana bisa?"

Thursday, March 7, 2013

Transpirasi Manusia

"Kamu kenapa sih tun? Galau lagi? Hadeh kenapa lagi?" tanya teman menyebalkanku yang satu ini, mungkin dia heran melihat aku yang lemes nggak jelas.
"Err, duh aku nggak galau, males mau nggalauin apa juga, aku sumpek, udah titik," kataku ketus. Dasar aku, padahal temanku satu ini begitu pedulinya bertanya eh malah aku jadikan dia pelampiasan kesalku.
"Eh tun aku mau cerita," katanya antusias.
"Duh mau cerita apa? Panjang pasti, males ah males," kataku lagi, dia pasti panjang sekali kalau cerita dan sungguh akan sangat detail, bahkan di sms pun bisa sampai beberapa sms.
"Huh ya wis bawel," katanya. Aku tertawa dalam hati. Aku ingin jadi teman yang menyebalkan kali ini. "Kamu kenapa seh?" tanyanya lagi.
"Kalau dimisalkan di komoditi, aku ini lagi punya tekanan yang tinggi, sedangkan Relative Humidity di lingkungan itu sedang rendah, nah jadinya komoditi itu kemungkinan akan melepaskan air ke lingkungan, yah seperti penguapan itu lah, nah kenapa bisa menguap, penguapannya disebabkan karena adanya panas hasil dari respirasi komoditi itu sendiri, yaaa gitu lah," kataku, meracau semauku seperti biasa.

Friday, March 1, 2013

Gelap dan Noktah Cahaya

Mereka menikmati satu malam lagi, di atas loteng rumah. Memandang jalanan dan rumah yang gelap tak bercahaya, mati listrik dan kehidupan serasa mati.

"Kalau gelap begini, langitnya jadi indah ya," kata Sang Lelaki, menangkap bayangan wanitanya yang terlihat pucat dari ujung matanya.

Sang Wanita mengangguk, "iya, kenapa tak tiap malam saja listrik di kota dimatikan, agar bulan dan bintang di langit terasa adanya."

"Kalau setiap malam dimatikan, nanti stasiun televisi tak laku lagi dong."
Sang Wanita tak membalas perkataan Lelakinya, hanya tertawa kecil, iya tak laku, tak apa sebenarnya, tapi nanti anak sekolah juga sulit mau belajar jika tak ada cahaya lampu, batinnya lalu memeluk kakinya sendiri yang terasa nyilu. Dia meringis merasakan linu dan nyilu yang terasa di sepanjang tulang tungkai bawahnya.
 
"Kenapa?" tanya Sang Lelaki mendengar suara sakit wanitanya. Sang Wanita hanya menggeleng, tersenyum. Muncul raut wajah khawatir dari Sang Lelaki, ada tanda tanya dalam wajah putihnya. "Tak apa kok," kata Sang Wanita mencoba menenangkan. "Jika gelap begini, baru akan terasa ya bagaimana satu titik cahaya kecil menerangi," lanjut Sang Wanita mencoba mengalihkan perhatian.

"Iya, jika saat terang rasanya langit terabaikan, lilin tak dibutuhkan, dan biasanya kita cenderung tertarik akan lampu terang yang menyilaukan," balas Sang Lelaki sambil menatap jalanan dan langit bergantian, berhasil dialihkan perhatiannya.

"Mungkin ini juga alasan kenapa Tuhan memberikan cobaan kepada setiap hamba-Nya," kata Sang Wanita kemudian, merasakan nyilu menjalar ke pergelangan tangannya.

"Alasan? Alasan apa?" tanya Sang Lelaki bingung, apa hubungannya? batinnya terasa aneh.