Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Monday, April 29, 2013

Angin dan Orbit

“Sudah lama ya.” Sang Lelaki menatap lurus tanpa fokus, tersenyum.
Wanita di sampingnya memejamkan matanya, tersenyum, “iya.”
“Memang sudah lama apa?” Hobi lelaki ini adalah menggodanya.
“Ya sudah lama tak kemari lah, iya kan?”
Sang Lelaki tak menjawab, dia bersiul pelan. “Kau senang?” tanyanya.
Wanita itu mengangguk, “tentu saja, hanya melihat langit malam sebentar saja seluruh penat dan kesalku bisa hilang, apalagi jika bisa berlama-lama menjadi penonton langit yang diam ditambah bonus angin begini.”
“Dan ada aku di sampingmu, bonus tambahan yang mahal harganya.”
“Yeee pede,” Sang Wanita mencibir. Lelaki berbaju hitam itu hanya tertawa.
Lalu mereka terdiam, merasakan angin sepoi menyapa wajah mereka. Mendengarkan gemerisik rumput yang bercengkrama dengan angin dan malam.
“Kau tau, di manapun aku berada, jika ada angin sedikit saja rasanya aku bisa mengingatmu.”
Sang Wanita cemberut, “jadi kau juga mengingatku ketika angin dari tubuh keluar?”
“Hahaha, beda lagi kalau itu.”
“Menjadi angin, menembus batas merah di atas lembar hijau biru dan coklat,” kata Sang Wanita sambil tersenyum.

Saturday, April 27, 2013

ini untukmu,
betapa aku ingin berlama-lama berbagi cerita denganmu meski dalam sekat seribu kilometer.
betapa aku ingin berbagi ide dan buah pikir denganmu, di pangkal senja dalam riuh angin mesin.
betapa aku ingin hanya sekedar berbicara, dan diujung cerita selalu ada tawa.
Ah Papa,
aku ingin menangis dipelukanmu seperti dulu. melepaskan semuanya yg menyesakkan hariku, berpura-pura tak ada apa.
aku ingin menangis seperti dulu, dan kau hanya menepuk-nepuk pundakku. aku ingin menangis tanpa bersembunyi menyembunyikan bengkak kelopak mata.
Papa, mengapa aku begitu rindu?

Monday, April 22, 2013

kau tak ku sebut bintang karna kau tak tiap saat ada,
tampak maupun tak tampak.
kau tak ku sebut bulan karna kau tak pernah berdusta,
bersinar atas cahayamu sendiri.
Ku sebut kau malam,
karna mengenalmu membuatku terjaga akan cahaya. Aku bukan pagi, apalagi siang. Aku tidak ada, seperti kataku biasa.
Kita berada dalam semesta yang berbeda, tapi mampu kuucap kau lewat kata.
Kau fatamorgana, aku angin. Kita segaris jika panas berawan. Aku dan kau diciptakan berbeda tak sama dalam semesta dua.
Aku kamu.
Ini adalah sajak terakhirku tentangmu, malam. Jika suatu kali kukata lagi malam, itu bukan tentangmu, itu tentang malam, yang dengannya tanpa pernah aku bosan.
Sajak patah dipangkal malam, kali ini ku sebut namamu dalam doa, tanpa aku sebagai objek, hanya kau dan predikatmu.
Selamat malam, malam.

Saturday, April 20, 2013

Pagi Buta

"Deeek, tugasnya sudah dikerjakan?" wanita muda yang sedang merajut menanti malam benar-benar larut itu bertanya pada anak lelaki kecilnya.
"Huu capek adek bu," kata sang anak sambil terus menonton televisi.
Sang Ibu bangkit dan mematikan televisi yang sedang menayangkan film kartun itu. "Hayo dikerjakan dulu tugasnya, terus tidur, sudah malam," kemudian ia mengambil buku tugas anaknya yang berpipi tembam itu.
Anak lelaki kecil berambut hitam lurus itu kemudian mengambil buku yang disodorkan ibunya, mengambilnya sambil cemberut lalu duduk di meja belajarnya. Ia membaca buku bersampul hijaunya sambil berkomat-kamit. "Bu, ini adzan subuhnya kok beda sama adzan yang lain ya Bu?"
"Menurut adek kenapa? Coba dibaca artinya," kata Sang Ibu tanpa berhenti merajut.
"Shalat itu lebih baik daripada tidur." Kulit kening Lelaki kecil itu berkerut-kerut, tanda ia sedang berpikir.

Thursday, April 18, 2013

untittled ----

kangen paling dahsyat ketika dua orang tak saling telepon, SMS, BBM, tapi keduanya diam-diam saling mendoakan. - @sudjiwotedjo

Selamat malam, wahai malam. Kau pernah membaca itu? Aha. Baru saja kau baca bukan? Kau setuju tidak? Aku sendiri kadang setuju kadang tidak. Karena aku jarang sekali menyebut namamu dalam doa-doa panjangku. Kenapa? Karena aku tak pernah meminta ijinmu untuk menyebut namamu dalam doaku, dan mungkin tak akan pernah ku tanyakan itu. Aku hanya tak pernah benar-benar merasa pantas menyebut namamu dalam doaku, ah siapa diriku ini yang begitu berani menyebut namamu yang sejujurnya seringkali muncul dalam benakku itu. Dan lagi, keduanya, aku tak mungkin ada di benakmu. Iya bukan? Ah siapalah aku.

Tuesday, April 16, 2013

School 2013

                hallo hi!
                Heuheu SCHOOL 2013. Itu adalah judul drama korea yang baru selesai saya tonton. Drama 16 Episode itu tuntas saya tonton dalam dua hari selama weekend pekan lalu, ngebut dan ngepot ngelihatnya, supaya tidak mengganggu kegiatan efektif saya #alesan.
                Cerita drama ini bagus menurut saya, tidak ada cinta-cintaannya sama sekali. Dan benar-benar menggambarkan bagaimana suasana sekolah. Inti dari cerita adalah persahabatan, masalah guru-guru, masalah murid-murid, masalah guru-murid, dan masalah sistem pendidikan. Berbeda dengan sinetron-sinetron ala Indonesia yang kisahnya berlatar sekolah tapi teutep aja ceritanya cinta-cintaan, cinta guru-muridlah, cinta ini itulah, bah. 

Sunday, April 14, 2013

yang paling aku sukai....
bukanlah senja
bukanlah pantai
bukanlah biru
bukanlah bintang
yang paling aku sukai.....
adalah....
menjadi diri sendiri...
tertawa saat aku ingin tertawa
menangis saat aku ingin menangis
marah saat aku ingin marah
tapi hidup bukan hanya tentang diri sendiri
kadang dituntut menjadi aktris kondang untuk sekedar memandang wajah dalam cermin
.....
Tetap saja,
aku benci bahkan berdusta pada diri sendiri
yang paling aku sukai adalah
menjadi diri sendiri...

Monday, April 1, 2013

horizontal line

"Be careful of laughing at others for perhaps Allah might forgive their ignorance and not forgive your arrogance." Dia bergumam sendiri, menatap layar handphonenya dan menaik-turunkan scrollnya, 'wah ini nih,' batinnya sambil menggeleng-geleng, bercermin tak kasat mata, menelaah bagaimana dirinya sendiri.
"Kenapa?" Lelaki berkacamata yang sedari tadi sibuk membaca kitabnya, heran mendengar Wanita berkerudung di sampingnya yang menggeleng-geleng dan berdecak-decak sendiri, "Ada apa?" tanyanya lagi sambil mengintip handphone yang digenggam wanitanya.
"Ini coba baca," Sang Wanita menyodorkan handphonenya. Lelaki berkacamata nan penyabar itu hanya tersenyum membacanya, menatap lembut Wanita di sampingnya kemudian kembali menekuni kitabnya.
Wanita berkerudung putih itu kembali berselancar bersama jaringan dalam teknologi pintarnya, mengunjungi situs-situs favoritnya, membaca bacaan-bacaan yang membuatnya tersenyum-senyum sendiri. Mereka berdua tenggelam dalam lautan kata-kata masing-masing, menanti matahari benar-benar menyapa bumi di tenggara Asia. Masih tak jauh lepas dari subuh. 
"Apa yang Kau pikirkan setelah membaca kata-kata itu?" Sang Lelaki berbaju taqwa hitam itu menutup kitabnya dan meletakkan kacamatanya. 'Aku tau pasti ada yang kau pikirkan setelah membaca kalimat itu, wanitaku,' batinnya.
"Menurutmu?" tanya Sang Wanita balik, tetap menatap layar pintarnya sambil tersenyum-senyum sendiri.
"Sedari tadi aku sudah menghidupkan radarku, mencoba membaca pikiranmu, tapi masih tak sanggup ku eja apa yang ada di sana," Lelaki yang masih bersarung itu menatap Wanitanya serius, mencoba menggodanya.