Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Thursday, July 25, 2013

based on last episode

In the end of that drama, in the last episode...
Pada titik ini, saya ingin menghentikan waktu. Tepat pada usia saya 20 tahun 137 hari. Usia yang bisa dikatakan cukup dewasa untuk hidup mandiri tanpa campur tangan orang tua saya. Tapi saya ingin menghentikan waktu, saya ingin tetap berada di titik ini, saya ingin tetap berada di dalam pelukan hangat rumah kecil ini. Saya ingin tetap dimarahi setiap pagi karena susah bangun tidur meski sudah diteriaki puluhan kali. Saya ingin tetap merasa ingin pergi jika sudah kesal di rumah, kesal setiap hari diomeli, dan merasa sangat ingin untuk kabur dari kota ini. Dan setelah menit-menit berlalu saya sadar bahwa memang saya yang menyebalkan. Saya ingin tetap seperti ini dan menghilangkan pengandaian kalimat orang tua saya, "kamu harus nyekolahin adekmu kalo papa sama mama nggak ada." Tentu bukan karena keberatan membiayai sekolah adik saya yang bandel minta amplop, tapi karena kata 'nggak ada' yang mau tak mau pasti suatu saat terjadi. Pasti. Tiap yang bernyawa pasti akan kembali pada Dia. Entah saya dulu, entah mereka dahulu, suatu saat kita akan berpisah. Pasti ada titik itu. Tak akan menjauh, antara perjumpaan dan perpisahan. Dan membayangkan titik itu, saya benci, sungguh. Bisakah saya berdiri tegak tanpa perpanjangan lidahNya melalui kedua orang tua saya. 

Monday, July 15, 2013

anger

I'm in anger.
Amat sangat merah, terbakar, meledak. Pernah tidak bekerja dengan sungguh2, meminimalisir kesalahan, tapi pada akhirnya tetap disalahkan? Selalu disalahkan. Selalu mengungkit kesalahan orang lain tapi tak pernah mau bahkan untuk dikoreksipun. TAK PERNAH!
Let me say what I want to say. Sekali ini saja, saya ingin mengungkapkan apa yang benar-benar ingin saya sampaikan. Saya kesal, ini tak ada demokratisnya sama sekali. Saya kesal. Tak taulah. Silahkan marah, tapi tak bisakah menghargai pekerjaan orang lain? Cuma gara-gara bau karamel pada mutiara bisa seperti itu? Issssh! Kesal saya kesal. Sekarep wis sekarep.
Inilah berlaku hukum itu. Orang tua selalu benar dan anak selalu salah. Begitulah....
Ini catatan, untuk saya kelak jika sudah menjadi orang tua. Suatu saat.
*tiba-tiba kebakaran pun reda, saya kalah, telak! Terhadap emosi di kepala saya*

Saturday, July 13, 2013

Hujan
Tengah malam
Laksana rasa yang tak ingin diungkap
Bebas jatuh dalam lelap mata jiwa terjaga

Hujan
Tengah malam
Adalah rindu yang tak bisa dilepas
Pelangi yang tertahan sebatas rintik
Tanpa cahaya, rindu dan rasa bisa apa?

Hujan
Tengah malam

Sunday, July 7, 2013

Ketika ada perbedaan pendapat, visi serta tujuan, apa harus terus bertoleransi dan mengikuti apa kata pihak lain?
Sementara di satu sisi ingin sekali mengikuti kehendak hati untuk bereksplorasi.
Ish!
Jika dengan menyuarakan kata dalam kepala dibalas dengan air mata dan suara bahwa kata itu adalah perlawanan. Mana demokrasi? Mana kebebasan berpendapat? Padahal sudah menggunakan tindak tanduk nunduk. Ini diktator! DIKTATOR!

Tuesday, July 2, 2013

Pada rindu yang bernanah, tidakkah kau cium baunya? Sudah seperti bunga bangkai yang sekarat, rindu itu terus menjadi, gila! Tidakkah kau cium bau busuknya? Ku tebarkan disekitarmu, dengan kata-kata, semakin lama semakin membusuk. Busuknya mengalahkan telur busuk yang membusuk di kulitku. Tidakkah kau cium baunya? Bau busuk rindu untukmu.
Pada rasa yang melemah, membuncah, kalah! Tertawalah, kau pantas tertawa bungah!!

Iki Urip

Ini tentang apa yang pernah saya rasakan, lihat, amati dan perdebatkan dalam kepala sendiri. Bukan hanya orang lain yang melakukan, honestly saya juga. Begini ceritanya.....

Dulu waktu saya masih sekolah, saya ingin cepat merangkak ke jenjang yang lebih tinggi, cepat-cepat. Saat saya SMA, saya ingin segera kuliah, merasakan kebebasan di universitas. Tanpa seragam, tanpa tugas-tugas yang banyak, dan juga dengan liburan yang panjang. -- Saat sudah kuliah, berhadapan dengan laporan praktikum yang menggila, tugas kejar mengejar, dan dibayang-banyangi nilai yang tak pandang bulu, pernah terpikir enak sekolah, pernah terbersit paling enak jaman masa kecil dimana yang ada hanya tawa, main dan main! JADI PALING ENAK YANG MANA?

Ini pengamatan saya terhadap sekeliling saya. Jomblo. Psst, iya single, jomblo atau apalah, yang pasti belum punya pasangan. Nah, kebanyakan yang jomblo ini galau perkara tak punya pasangan, kapan pasangan datang, sepi malam minggu, hape useless tak ada yang menghubungi, jalan sendirian garing, dan lain-lainnya mungkin jabarin sendirilah yang jomblo :p NAH padahal nih, yang punya pacar juga hobi galau! Galau smsnya gak dibales, galau malem minggu nggak bisa keluar, galau gak punya duit tapi diajak keluar, galau kok pacarnya menunjukkan gejala selingkuh, dan lain-lain dan sebagainya. Ya begitulah JADI MANA YANG PALING OKE?

Ini sekarang. Saat liburan panjang dan tak ada kerjaan, mengomel karena bosan menganggur, hanya ongkang-ongkang sikil di rumah. Sedangkan saat sibuk kuliah, inginnya ya liburan, diam tak ada kerjaan. Lah JADI MAUNYA GIMANA??