Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Friday, June 26, 2015

Angin dan Asap



“Namaku angin,” kataku.
“Namaku asap,”katamu. Kita berjabat tangan.
“Darimana asalmu?” tanyamu kaku, batuk menyusul pertanyaanmu itu.
“Aku berasal dari udara yang bergerak, sementara dirimu?”
“Aku? aku berasal dari pembakaran tak sempurna dari suatu bahan bakar yang terbang bersama udara yang tak berwarna,” ada nada kesal dan kecewa dari jawabanmu. Mudah sekali terbaca perasaanmu itu, atau mungkin kau sengaja menunjukkannya?
Aku manggut-manggut, mengerti dengan penjelasanmu. Bukankah sebenarnya kita sama saja? Sama-sama terbang ke angkasa, hanya saja kau mudah ditandai oleh indra pengelihatan dengan wujudmu yang kelabu, sementara aku sulit sekali untuk dilihat – meski aku ingin sekali – hanya bisa dirasa saja. Ah iya! Aku bisa dilihat dari apa-apa yang kusentuh, mereka selalu mengatakan daun-daun yang jatuh disebabkan olehku, layang-layang yang terbang juga karena ada aku, kata mereka, manusia. Dan mereka selalu menantiku jika sedang kepanasan, ingin menerbangkan perahu layar, mengeringkan baju dan tentu untuk menerbangkan layang-layang.

Saturday, June 20, 2015

Di antara jeda kata yang tak saling mengenal, 
dibutuhkan hanya kesabaran, mimpi dan harapan
Sementara kepompong bersiap mengepakkan sayapnya

Ku harap retention time ku ini adalah waktu tunggu kepompong untuk menjadi kupu-kupu. Meski aku tak tau apakah daun-daun yang telah kulahap kemarin sudah cukup menjadikanku kupu-kupu bersayap indah, aku masih memiliki harapan, kepompongku berhasil bermetamorfosis.