Aku
ingin bertanya seputar satu dua. Tentang apa yang ingin kau raih, apa
yang ingin kau kejar, apa yang ingin kau wujudkan. Tengah malam. Tapi
kau tak bisa menahan matamu. Aku tak bisa menutup mataku dan mengikat
pikiranku agar tak liar. Seperti biasa.
Aku
rindu percakapan langit. Meski aku tak tau apa yang dicakap, apa yang
hendak disimpulkan sementara cuit cuit semakin tak tentu semerdu apa.
Aku ingin bertanya, dan berdiskusi, kita saling mempertanyakan. Tak
harus menemukan jawaban di malam itu juga. Kita masih punya beribu-ribu
malam. Malam panjang untuk menemukan.. jalan pulang. Jawaban atas segala
pertanyaan.
Kau
tak melulu harus mengguna bahasa baku. Kau boleh menggunakan bahasa
gilamu. Aku merindu percakapan langit. Bukan bahasa langit. Diskusi gila
soal tatanan, keruwetan dan keindahan langit. Sederhana sebenarnya.
Lagi-lagi, kau tak harus menyiapkan jawaban, pun memberikan saran. Kau
tambahi tanda tanyaku dengan tanda tanyamu pun aku bisa berjingkrak
bahagia. Percakapan tak melulu soal tanya dan jawab, cakap bisa jadi
tanya dan tanya, mungkin suatu saat kita bisa jawab dan jawab.
Maka,
jikapun nanti kau sanggup menahan uap napasmu untuk tak melalaikanmu
dari tidur yang kesorean, aku mendamba percakapan itu. Percakapan langit
kataku.
Tentang Satu. Dan pertanyaan satu dua. Tak perlu jawaban, nanti saja, kita cari jawabannya bersama...
0 comments:
Post a Comment