hallo
hi!
Heuheu SCHOOL
2013. Itu adalah judul drama korea yang baru selesai saya tonton. Drama 16
Episode itu tuntas saya tonton dalam dua hari selama weekend pekan lalu, ngebut
dan ngepot ngelihatnya, supaya tidak mengganggu kegiatan efektif saya #alesan.
Cerita drama
ini bagus menurut saya, tidak ada cinta-cintaannya sama sekali. Dan benar-benar
menggambarkan bagaimana suasana sekolah. Inti dari cerita adalah persahabatan,
masalah guru-guru, masalah murid-murid, masalah guru-murid, dan masalah sistem pendidikan. Berbeda dengan sinetron-sinetron ala Indonesia yang kisahnya berlatar sekolah tapi teutep aja ceritanya cinta-cintaan, cinta guru-muridlah, cinta ini itulah, bah.
Persahabatan.
Well to be honest, saya iri dengan kisah persahabatan dalam drama ini. Ada
beberapa kisah persahabatan di sini, kisah antara Go Nam Soon dan Park Heung Soo,
dan juga antara ah lupaaa deh namanya. Ya pokoknya merekalaah.. saya heran, apa ada
persahabatan yang benar-benar seperti itu. Well ya, makna inti dari
persahabatan dalam cerita ini menurut saya, sejelek-jeleknya
sahabat kita, bagaimanapun sahabat kita, seberapa besar masalah yang ada di
antara persahabatan, asal kita bisa dengan besar hati menerima kekurangan dan
kelemahan satu sama lain, kita akan memiliki harta yang sungguh luar biasa
mahalnya. Aha, saya sungguh iri melihat persahabatan antara Nam Soon dan
Heung Soo ini, biar mereka sewaktu SMP adalah berandal tetapi persahabatan
mereka tetap bikin iri, meski ada masalah yang membuat Heung Soo gagal menjadi
bintang sepak bola akibat dihajar oleh Nam Soon supaya bisa keluar dari ‘genk’,
tetapi ternyata mereka berdua sama-sama merindukan kehadiran satu sama lain. Kece
dah!
Guru-guru.
Entahlah, dalam kehidupan nyata saya tak seberapa tau menau tentang kehidupan
guru-guru dalam pengajaran sekolah. Yang saya tau, memang setiap guru memiliki
metode pengajaran yang berbeda untuk disampaikan kepada siswanya, dan juga tak
jarang memiliki tujuan yang berbeda. Sama halnya dalam cerita ini, Guru Jung
lebih menekankan penyerapan pelajaran dengan metode yang menyenangkan serta
menitikberatkan pada pemerataan materi pada seluruh siswa, ya dia peduli pada
semua siswa dan tidak ada siswa yang mengantuk pada saat pelajarannya,
mengantuk saja tak boleh apalagi tidur. Berbeda dengan guru Jung, guru Kang
tidak peduli pada siswa yang berada pada tingkat rata-rata ke bawah, tujuan
mengajarnya adalah untuk NILAI dan untuk mengerjakan soal supaya dapat masuk
pada perguruan tinggi. Sangat terasa perbedaannya bagi siswa yang diajarnya. Tapi
dalam perbedaan itu tentu saja masih ada tanggung jawab atas apa yang
diembannya sebagai guru. Well, saya masih sering mendengar bahwa masih ada
guru-guru yang korupsi waktu, ya, tidak mengajar saat waktunya mengajar dan
juga seringkali merokok di dalam kelas. Entahlah, saya heran di mana tanggung
jawab moral seorang guru. Terlepas dari itu semua, saya suka kata-kata guru
Jung, kira-kira begini, “aku menjadi guru
karena memang ingin menjadi guru,” dia berkata sambil tersenyum. Dan ini
sungguh membuat saya (bertambah) ingin menjadi guru, hehe setidaknya menjadi
guru untuk anak-anak saya nanti #plaak.
abang-abang saya yang baru |
Murid-murid.
Kalau cerita masalah ini sih, yayaya kita semua pernah merasakan pasti, karena
kita pernah menjadi seorang murid di dalam suatu kelas yang isi kepalanya
berbeda-beda. Tapi dalam drama ini, seringkali ceritanya adalah perkelahian
antar siswa laki-laki. Hehe keren kok, tinju
meninju, tendang menendang, dan darah kemana-mana -__- Ya sud, lihat sendiri
saja. Mungkin kalau di daerah saya (jember –pen) tidak ada yang siswa yang
begitu, atau mungkin ada tapi saya tidak tau. Tapi kalau sudah membaca novel Tak Sempurna –Fahd Djibran, pasti akan
tau kalau hal-hal begitu pasti ada. Aha pasti! Ya, di daerah ibu kota sana,
tawuran lebih tepatnya.
Murid-Guru.
Engg, hehe saya bingung mau nulis apa heuheu. Skip.
Sistem pendidikan.
Well kalau bicara ini bisa panjang. Saya juga belum baca tentang kurikulum 2013
yang baru ini, masih belum bisa komentar bagaimananya. Tapi kalau mau
dikatakan, tentang pengalaman saya bersekolah 12 tahun lamanya dan berlanjut
sampai kuliah ini, sistem pendidikan di negara ini hanya bisa memunculkan mindset : sekolah untuk mendapatkan
nilai, mendapatkan ijazah, mendapatkan gelar, dan bekerja! Bah. Padahal menurut
saya, sekolah itu yang benar, adalah
untuk mengais ilmu. Kalau mau dikenang, tentu bukan saat belajarlah yang bisa
diingat, tetapi pada saat bermain dengan teman-teman di kelas, pada saat
kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan lainnya. Ilmu? Entahlah. Well tentu tidak
semuanya begitu, tapi saya pribadi begitu. Sekolah, sistem dalam sekolah seakan
menuntut kita memiliki nilai setinggi langit lalu bisa melanjutkan ke jenjang
yang lebih tinggi di lembaga ternama. Ah, padahal apalah artinya itu semua jika
sebenarnya tidak ada ilmu yang nyantol,
dan didapatnya nilai excellent itu dengan cara-cara yang tidak tepat (atau
lebih tepatnya dikatakan salah : menyontek dll). Apa yang harus diubah? Semuanya!
Ya semuanya menurut saya. Seluruh sistem dan tentu saja, mentalitas sejak kanak.
Mau jadi Guru?? Saya mau
Secara keseluruhan, bisa dirasakan bahwa pesan dari drama ini (yang saya dapat) adalah, seberapa besar masalah yang kita hadapi, asal kita terus berusaha untuk menjalaninya, masalah-masalah itu hanya jalan untuk kita menjadi kuat, dan hey! untuk apa hidup jika tidak untuk dijalani dan dinikmati :)
Secara keseluruhan, bisa dirasakan bahwa pesan dari drama ini (yang saya dapat) adalah, seberapa besar masalah yang kita hadapi, asal kita terus berusaha untuk menjalaninya, masalah-masalah itu hanya jalan untuk kita menjadi kuat, dan hey! untuk apa hidup jika tidak untuk dijalani dan dinikmati :)
0 comments:
Post a Comment