Satu kereta listrik dari kota sebelah akhirnya lewat. Palang kereta dibuka, kendaraan dari dua arah berlawanan dan dari kedua sisi akhirnya bisa lewat. Hanya satu menit dan palang kembali ditutup, kendaraan mereka hanya maju dua meter. Mereka kelelahan, tak ada satupun kata yang terucap, hanya dengus napas tanpa emosi. Lelah, tapi tak marah. Kembali satu kereta lewat di hadapan mereka. Tiga belas gerbong. Tak semuanya penuh sesak. Hampir berselang-seling penuh dan lengang. Demi melihat perbedaan kepadatan setiap gerbong tersebut, sang wanita tersenyum. Lamunannya buyar.
Benar juga. Batinnya.
"Mungkin begitu yang dimaksud 'keluarlah dari zona nyamanmu' ya?" tanyanya pada Sang Lelaki sambil mendekatkan pada telinganya. Berharap suaranya mampu menggetarkan gendang telinga Lelakinya. Meski suaranya cukup keras, ia tak yakin mampu melawan suara hujan.
"Apa?" benar bukan, Sang Lelaki tak cukup mendengar.
"Gerbong kereta tadi, tak semuanya penuh, berselang seling penuh dan lengangnya. Kenapa si penumpang tak mencoba pindah ke gerbong lainnya, menjajal gerbong lainnya."
"Jika kita sendiri yang ada di kereta tersebut, terlalu malas untuk pindah ke tempat lainnya. Entah karena takut malah tak dapat tempat duduk, atau terlalu malas berdesakan. Padahal kesempatan mendapat tempat yang lebih nyaman dengan kaki dapat berselonjor juga ada," kata Sang Lelaki menanggapi, suara mereka mengalahkan suara hujan di telinga masing-masing.
Sang wanita mengangguk-angguk, "Ya, mungkin begitulah yang mereka maksud dengan 'keluarlah dari zona nyamanmu!'"
Akhirnya palang kereta kembali terbuka, mereka mampu melewati kerumunan kendaraan tersebut. Ah, hujan.
----
terpikirkan saat melewati jalan super padat kendaraan
sayangnya hanya sendiri, dengan lelah dan letih haha
ditulis saat hujan deras, di depan lab rekayasa
0 comments:
Post a Comment