Ternyata kita banyak beda
Aku perempuan
Kau laki-laki
Itu yang pertama
Selanjutnya
Aku mengingat dengan
retinaku
Kau mengingat lewat
gendang suaramu
Aku suka barisan huruf
yang diam
Kau suka gambar yang
bergerak
Aku suka nada-nada lama
Kau suka semua nada,
kau punya kemampuan luar
biasa dengan suara
Aku suka mengabadikan
peristiwa dengan gambar
Sementara kau
mengabadikan dengan gambar bergerak pun bersuara
Aku tak suka ini, tapi
kau suka ini
Aku suka itu, kau tak
suka itu
Ternyata terlalu banyak
beda
Kita hanya sama sama
Menyukai warna biru
Mudah masuk angin
Tak suka berkeringat
Hanya itu saja. Ah, dan
satu lagi,
KITA PUNYA RASA YANG
SAMA. dan visi yang sama.
Mudah-mudahan.
Kau tau, tidak semua yang
kau suka, aku juga suka. Pun begitu, tidak semua yang ku suka, harus kau sukai.
Lagi, tidak semua tentangmu, aku cocok dengan itu. Pun begitu, tidak semua
tentangku, harus kau cocok dengan itu.
Kita harus paham, bahwa
kita tak sempurna. Aku pun begitu, aku tau, kau tak sempurna. Maka aku sudah
tak peduli lagi, kau bagaimana. Karena aku percaya, ketidaksempurnaanlah yang
membuat dua insan saling melengkapi dan berbagi cerita satu sama lain. Kau juga
sudah tau, aku tak sempurna, banyak celahku di ini itu, aku tak melulu
memintamu untuk memahamiku. Jika aku bisa dan itu penting, aku akan berubah
untukmu. Tapi sekali-sekali aku minta, lihatlah dari kacamataku. Akupun akan
begitu, aku juga ingin memahamimu dari sudut pandangmu. Diammu bukan berarti
marah, bisa saja itu diam lelah, atau sakit. Aku mencoba untuk paham, meski tak
berharap mendapat nilai ujian sempurna.
Sudah beberapa kali aku
bilang, aku sudah memilihmu dan aku akan bertahan pada pilihanku. Bukankah
syarat dan ketentuanku hanya satu? Sayang
dan setialah. Ah, dua ternyata. Maka, ketika kau suruh aku untuk berpikir
ulang, kau tau apa yang ku rasakan? Kau harus tau, aku sudah berpikir berulang
kali untuk memilihmu, dan aku tak menyesal. Lantas kau suruh aku berpikir
ulang, apa lagi yang harus ku pikirkan? Apakah kelak aku juga akan berpikir
ulang? Sudah banyak yang aku pikirkan, dan sekarang aku hanya ingin
menjalaninya. Denganmu, tidak dengan yang lain, bukan siapa yang lain lagi.
Aku tidak berharap
apa-apa darimu, karena kau tau, aku bisa tertawa di sampingmu. Aku bisa sakit
perut karena kebanyakan tertawa jika di dekatmu. Aku tak melulu mengharapkan
kau selalu membuatku tertawa, tidak, kau cukup jadi dirimu. Lebih baik dari ini
tentu lebih bagus, tapi aku tak meminta itu cepat terjadi, tenang saja.
Aku tidak berekspektasi
apa-apa. Maka kau tenang saja, bagaimanapun nanti, keadaanmu setelah fase ini
berakhir, aku menerima dan tidak masalah dengan itu. Tenang saja. Aku tidak
mendamba apa-apa. Aku hanya ingin hidup sederhana, dan bahagia. Tidak ada yang
ku kejar, selain bahagia. Dan denganmu aku bahagia.
Aku tak memintamu
apa-apa, hanya cukup sesekali pahami aku dan bersabarlah denganku. Aku
perempuan agak rumit yang ingin mengubah kerumitan itu agar kau tak kesal. Aku
perempuan pemalas yang ingin menjadi lebih baik untukmu nanti. Aku tak
memintamu apa-apa. Aku tak butuh berlian, emas, apalagi batu karang. Kau tau,
satu bunga di pot-pot nanti akan sanggup menghadirkan senyum. Sederhana saja.
Jika aku mengatakan
padamu bahwa aku menyayangimu, aku sungguh berkata dari hatiku. Karena itu
bukan perkara yang mudah untuk kuungkapkan. Bukan hanya sekedar kata, tapi itu
juga rasa. Aku menyayangimu. Baik burukmu, segalanya tentangmu.
Maka. Semoga kau percaya,
dan paham. Aku akan memberimu nilai sempurna, bagaimanapun itu. Aku tidak
pernah main-main dengan perasaanku, semoga kau juga begitu.
Selamat melanjutkan hidup,
Wahai lelakiku.
140717-6pm
0 comments:
Post a Comment