"Entah," jawabku malas-malasan.
"Tidak rindu?" masih dengan nada sinisnya.
"Rindu. Seakan kehilangan diriku sendiri, kehilangan arti dari diriku sendiri."
"Itu karena kau menilai bahwa kau ada saat kau berpikir dan menulis," komentarnya lagi.
"Ya. Kau sangat mengertiku."
"Jadi apakah kau akan berpikir dan menulis lagi?"
"Tak tahu," kali ini aku meragu.
"Lantas buat apa kau kembali?"
"Aku merindukan diriku sendiri."
Tak ada pertanyaan lagi. Dia selalu mengerti aku. Pertanyaannya hanya ingin menggiringku pada kesimpulan akhir ini. Dia selalu tau jawabanku atas pertanyaannya. Aku.
----
0 comments:
Post a Comment