Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Thursday, March 5, 2015

Penjajah Tak Kasat Mata



“Mahkamah, lebih baik Indonesia tenggelam di dasar lautan daripada menjadi ember-ember bangsa lain” – begitulah ucapan Bung Hatta saat berumur 25 tahun pada saat diadili di Belanda setelah dipenjara. (Mata Najwa, 12 November 2014)

Jika saya tumbuh dan berkembang pada saat jaman kolonialisme, pada saat Indonesia sedang dijajah hebat-hebatnya secara kasat mata, apa yang akan saya lakukan? Saya tak bisa membayangkan apapun. 

Hebatnya, syukurnya, saya hidup di jaman edan. Di jaman Bangsa ini dijajah tak kasat mata oleh kebudayaan bangsa lain. Kebudayaan bangsa lain begitu mudahnya meracuni pikiran setiap generasi, melumpuhkan ingatan akan kebudayaan nadi sendiri, membutakan pengetahuan akan budaya darah sendiri. Begitu mudah kita jump into Korean Culture, Japanese Culture dan tentu saja Western Culture. Sementara jika ditanya soal wayang, tari daerah, lagu daerah dan kebudayaan serta adat istiadat lainnya kita serasa buta aksara, dan disisi lain begitu mencandu budaya asing tersebut, bukankah perhatian kita sedang dijajah? 

Lama kelamaan, jika terus menerus kita acuh pada budaya sendiri, bukankah melupakan itu mungkin?

Saya sadar. Dan saya juga merasa terjajah. Kebudayaan korea dan jepang memang memesona saya, promosi mereka akan bangsanya memang luar biasa. Mereka mengemas kebudayaan jadi tak kentara, ada dalam drama dan film yang mereka produksi. Dan Saya hanya bisa mencandu.

Mungkin perlahan-lahan saya harus membaca lagi tentang budaya bangsa ini, membakar api semangatnya lagi dalam ingatan saya. Indonesia kaya, sebenarnya buat apa kita melirik rumput tetangga?

12-11-2014