Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Monday, December 26, 2016

Apakah?


Apakah setiap menyerah berarti kalah?
 
Pertanyaan negatif pertamaku hari ini padamu. Kau diam saja, berpikir. Kau biasanya banyak bicara. Beberapa menit lalu kau banyak mengurai kata, sementara jawabku hanya senyum dan tawa. Kau tak perlu ku jelaskan aku sedang bagaimana kan. Aku yakin, kau sudah tau.

Apakah setiap jalan harus dituntaskan sampai tujuan?

Tanyaku lagi, menuju pernyataan negasi lainnya. Kau tau ini mau ke arah mana. Beberapa hari yang lalu aku menghubungimu tengah malam. Hanya untuk mengeluh. Tak apa katamu. Curahkan saja semuanya padaku, katamu. Lalu aku menjadi sapi. Mengeluh ke sana kemari.
Semakin hari aku semakin susah menangis, maka malam itu aku menangis. Melepaskan segala beban di kepalaku. Mencair kaca itu di mataku, mengalir melewati pipi. Aku tak berharap ada yang menghapus air mataku. Aku tak pernah menangis di depan orang lain selain kedua orang tuaku. Aku lebih sering menangis sendiri. Maka malam itu, aku membicarakan bebanku kepadamu. Membicarakan, tidak menangis di depanmu. Aku tak akan melakukan itu. Biarkan kau hanya tau aku suka tertawa, dan marah. Bukan menangis.

Apakah setiap janji harus kita tepati? Apakah setiap komitmen harus kita lunasi?

Tanyaku lagi. Aku menjadi setengah pengecut. Aku benci. Aku benci terlihat lemah, tapi aku juga benci terlihat kuat tapi keropos di dalam.
Kau tak menjawab satupun pertanyaanku. Seakan kau tau, aku tak perlu jawaban dari itu. Lalu angin menerbangkan daun-daun kering di depan kita. Sudah hampir tengah hari, dan kita masih betah berlama-lama memandang anak kecil yang berlarian. Ini wisata keluarga, katamu tadi pagi. Tentu, mana ada wisata yang bukan wisata keluarga? jawabku, seperti biasa, sekenaku, ketus, seperti biasa. Kau tak akan terganggu, kau sudah tau aku.

Wednesday, December 14, 2016

DESEMBER!

“Lip kamu nggak lagi stress kan lip?” mbak bubu tanya pada saya. Mungkin dia heran, kok saya malam-malam tiba-tiba chat dan tanya kesehatannya. Haha

Boleh jujur? Saya lagi suntuk. Heuh. Sebelumnya ngga ada sejarah migrain dalam hidup saya. Minggu lalu tiba-tiba tengah malam saya migrain. Malam jumat waktu itu. Selanjutnya selama tiga hari setelahnya saya pusing tidak sembuh-sembuh. Barulah setelah itu lumayan hilang sakit kepalanya. Malam ini saya sakit kepala lagi. Bahaha terlalu banyak yang dipikir, harus dikerjakan, harus diselesaikan dan tugas yang menunggu selanjutnya. Mudah-mudahan antioksidan yang saya konsumsi mencukupi untuk mencegah stress oksidatif yang saya yakin banyak terjadi di badan saya ini.

Ternyata tidak mudah menjalani kehidupan doktoral ini. Hahaha rasanya saya ingin menertawai diri saya sendiri. Kalau boleh jujur saya suntuk dan stres berat. Saya malas untuk bercerita pada papa dan mama. Malas. Saya malas mengeluh terus. Lha piye? Wongan gak ada solusi lain selain dikerjakan. Memang luar biasa kok beasiswa ini. Tidak sampai tiga bulan disuruh menghabiskan uang sekian puluh juta untuk penelitian. Ya iyasih bisa. Kalau ngga ada kuliah, kalau udah ngga ada tugas, kalau dan kalau alasan lainnya. Alasan tidak ada yang salah kan? Beuuhhh.. kemudian desember ini jadi bulan yang benar-benar gila. Seminggu setelah batas akhir pengumpulan laporan keuangan (bahkan tidak sampai seminggu – hanya lima hari saja), proposal penelitian tahap kedua harus dikumpulkan. Hahahahahahahahaha saya sampai saat ini belum menyentuh apa itu proposal. Blasssss. Kenapa? Karena saya masih harus mengerjakan tugas yang lain yaitu telaah disertasi yang sejujurnya saya nggak ngerti ini isi disertasinya teh naon. Kumahaaa ieeee.

Maapkan. Lama tidak ngblog, sekalinya nulis malah nyampah T-T

Seperti saya bilang tadi, saya sedang malas cerita ke mama papa. Saya sedang malas cerita pada siapapun. Saya capek, serius. Tapi serius juga, saya makin penasaran sama bawang merah. Pengen cepet penelitian, tapi apa daya. Ah bodo ah....

Bye ~~ kamar saya bau bawang. Fiuuuh.