Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Sunday, January 28, 2018

Bawangku bukan Bawangku

(koleksi pribadi dari bawang penelitian)
Aku dipaksa berkenalan. Maka kuberanikan diriku. "Hai," sapaku, kaku. "Hai, aku bawang merah," katamu, riang. "Onion?" tanyaku sok tahu. "Bukan, salah! Aku shallot." Lalu kita mulai saling mengenal. Kau labil, aku juga. Kau susah ku cari, aku mudah menghilang. Tapi aku tak mau lari, maka kau terus ku kejar, meski lambat.

Sudah sekian lama, maka ku beranikan diri bilang.
"Aku mencintaimu," kataku, malu. Cinta tapi begini. Cinta tapi begitu. Sebenarnya, supaya ku kuat terus bertahan. Lama tak terdengar, kau jawab pelan, "aku juga mencintaimu."
Aku terdiam, benarkah itu? Kau tau artinya raut wajahku yang ragu, maka kau katakan "aku mencintaimu, tapi tetap membuatmu menangis? Maaf. Tapi sesungguhnya itu bukan sepenuhnya salahku. Kau juga harus tau, bagaimana harus menghadapiku. Bukankah sudah lama kita saling mengenal? Harusnya kau lebih paham."
Aku terdiam. Serasa ditampar. Ya, aku yang seharusnya lebih paham.

Tetap saja, boleh ku katakan lagi? "Aku mencintaimu. Mari membuat kisah cinta yang lebih cantik lagi. Ah maafkan aku." Kataku. Lalu kau tersenyum. Keluar tunasmu, matilah aku. Lagi-lagi, aku yang salah. Ah, aku bisa apa? Oh, lagi-lagi.

Sunday, January 7, 2018

Kedua : untuk lelakiku



Ternyata kita banyak beda
Aku perempuan
Kau laki-laki
Itu yang pertama
Selanjutnya
Aku mengingat dengan retinaku
Kau mengingat lewat gendang suaramu
Aku suka barisan huruf yang diam
Kau suka gambar yang bergerak
Aku suka nada-nada lama
Kau suka semua nada,
kau punya kemampuan luar biasa dengan suara
Aku suka mengabadikan peristiwa dengan gambar
Sementara kau mengabadikan dengan gambar bergerak pun bersuara
Aku tak suka ini, tapi kau suka ini
Aku suka itu, kau tak suka itu
Ternyata terlalu banyak beda
Kita hanya sama sama
Menyukai warna biru
Mudah masuk angin
Tak suka berkeringat
Hanya itu saja. Ah, dan satu lagi,
KITA PUNYA RASA YANG SAMA. dan visi yang sama.
Mudah-mudahan.

Pertama : untuk manusia yang memantik tawaku, lagi.


Teruntuk kamu,
Yang namanya ku sebut dalam doa sederhanaku.
Ah. Aku tau, ini terlalu dini. Aku sudah berani bilang aku suka padamu. Mudah-mudahan kau tak percaya. Bahwa aku suka padamu. Supaya kau tak membuatku semakin jatuh. Ah, maksudku hatiku yang jatuh. Jatuh hati.
Hanya dua minggu saja, dan aku mulai menyukaimu. Aku suka bagaimana kau membuat aku tertawa. Dengan tingkah dan kata-kata konyolmu. Aku suka bagaimana caramu bercanda. Tanpa dipaksa, tanpa terpaksa, tanpa pusing memutar kepala. Mengalir begitu saja. Dan itu sanggup membuat setiap hariku dipenuhi ledak tawa. Oh! Aku sudah lama tak sebahagia ini.