Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Wednesday, November 5, 2014

Lebur melebur lebur

Mungkin memang ada benarnya, tipe orang mempengaruhi bagaimana dia bertindak kepada orang lain. Saya selalu berpikir, apakah kata2 saya akan menyakiti orang lain atau tak. 

Melankolis. Saya dominan dengan tipe kepribadian yang itu. Untuk berbicara pada orang lain, menuangkan apapun yang saya pikirkan dan saya rasakan tentang mereka itu bukan pekerjaan yang mudah bagi saya. Sebelum mengatakan ini itu, saya selalu berpikir, 'apakah kalau saya bicara begitu akan menyakiti hatinya, apakah benar kalau mereka begini, mereka begitu, apa bukan saya yang salah, apa nanti mereka tak akan terluka oleh kata-kata saya.' Well, terlalu banyak berpikir itu kadang melelahkan, seringkali malah itikat kita untuk menyampaikan uraian perasaan jengkel dan kesal jadi tak tersampaikan. Begitulah saya, seringkali diam kalau kesal. 

Monday, November 3, 2014

Black Side

Sisi hitammu menakjubkan. Ia lebih besar dari sisi putihmu, lebih hebat, lebih kuat dari apapun yang membuatmu terang. Lihatlah, dia sering menggeliat dalam ketakutan akan ketakmampuan dirimu sendiri, dia bertumbuh menjadi kecemburuan pada apa yang tak bisa kau usahakan. Dengarlah, dia membisikimu apa yang harusnya kau acuhkan. Dia hebat, menjelma menjadi rasa iri berlebihan, perasaan ingin menguasai dan pandangan merendahkan. Kau punya semua sisi hitam itu, yang berdiri tegap di ujung ruang kepalamu, selalu siap berperang dengan kewaspadaanmu.

Friday, October 17, 2014

Jika Aku Tak Punya Kepala



10月4日Ku tuliskan “jika aku tak punya kepala” pada notes handphoneku. Aku lupa ingin menulis apa. Begitulah, ternyata aku seorang manusia, yang bisanya lupa. Dan kadang sungguh tak bisa melupa. 

Tapi, jika aku tak punya kepala, apa jadinya? Jika tiap manusia tak punya kepala, bagaimana jadinya?

Karena pada kepala, tempat tertinggi pada manusia, keangkuhan dan kesombongan bermula. Dari kepala, pandangan merendahkan itu berasal, dari kepala suara sumbang diabaikan, dari kepala pula, lidah mudah merajut luka.

Wednesday, September 17, 2014

Kebencian



“Aku tak mau jadi seperti huruf c dalam ejaan Inggris. Dia menjadi k dalam hadapan a, o dan u, lantas menjadi s di hadapan e dan i. Tak pernah jadi diri sendiri.”
“Aku mau jadi c.”
“He?”
“Menurutku justru c serba bisa, bukankah dia bisa dibeberapa kondisi dan mudah beradaptasi?”

Friday, September 5, 2014

おはようございます、みんな (^_^)y

Tadi pagi saya dapat mimpi aneh, entah mimpi itu refleksi dari apa. Saya mimpi dijodohkan dengan seorang laki-laki (saya juga tidak tau dia siapa). Dan setelah pertemuan saya tak mau dijodohkan dengan lelaki tsb, you know why? Karena saat shalat dia berhenti di tengah-tengah lantas tertawa (di mimpi pun saya sadar,  itu cuma alasan saya,  dari awal saya udah nggak suka). Pffft ini mimpi macam apa juga saya tak paham. Akhir-akhir ini mimpi saya geje, tak seperti dulu yang seringnya petualangan, sekarang temanya seputar begini-begini. Aih
Terserah yang kasih mimpi deh ya.. 

じゃまたね。 

Thursday, September 4, 2014

Oh
Begitu aturan mainmu

Aku ikuti aturan mainmu
Mari kita bermain dengan cerdik. Selamat berjumpa dengan trik-trik.

Wednesday, August 27, 2014

untied

Memandang kosong dalam ruang yang juga kosong, diisi oleh satu napas irama sama. Aku merasakan sesuatu yang biasa datang saat aku tak berbuat sesuatu. Kata yang sering ku sebut-sebut.

Lalu padaMulah, aku ingin mengaduh, meminta dan memohon. Aku kehilangan kata, tak tau harus berucap apa, terpenjara oleh kebingunganku sendiri. Aku harus bagaimana? Apa yang harus ku harapkan? Apa yang harus ku katakan? Ketika ketidaktahuanku, keputusasaanku dan segala kelemahanku menumpuk menjadi satu, dan keraguanku mengeruhkan segalanya.
Ah


Bagaimana aku harus berdoa, Tuhan?

Friday, April 25, 2014

Biru

Malam ini mendung
Malam ini biru
Dengan napas tertahan
Dengan suara teredam
Hanyut aku dalam lautan biruku

Adaku
Hadirku
Aku takut

Takut akan kobaran yang kusulut sendiri
Betapa aku takut akan apiku sendiri
Yang kukira sudah padam
Tapi ternyata masih membara dalam sekam

Betapa takut kulukai hati dengan lidahku
Betapa aku takut
Betapa aku muak
Betapa aku muak

Muak akan amarah
Muak akan emosi
Muak akan segala yang membakar kesabaranku

Kesabaran yang selalu ku bangun
Lantas hancur

Ya Rabbana, mengapa Engkau ciptakan aku dengan tempramen setinggi ini? mengapa Engkau ciptakan aku dengan seidealis ini?

Ya Rabb, apakah ini agar aku terua bersabar dalam segala kondisi? Bukankah Engkau bersama orang-orang sabar?

Lalu, bagaimana denganku? Apakah Engkau (masih) bersamaku?

Sungguh, aku takut. Kemana lagi aku harus lari jika Engkau tak lagi bersamaku?

...
di ujung hari,
selalu ku rutuki diriku sendiri.
dan aku benci.

Monday, March 17, 2014

Tinggi

"Lihat tuh mereka! Gimana kerjanya," kataku sedikit memelankan suaraku.
"Iya, coba deh liat mereka sendiri gimana, gitu mau jadi atasan," temanku menimpali.
Lalu keributan menarik sahabatku ke tempat lainnya. Aku diam saja di tempat ini, masih malas berbuat sesuatu. Bosan.
Aku pandangi penjuru ruangan. Kacau balau. Berantakan. Tak betah aku di dalam, ke luar aku duduk di seberang pintu yang membuka terang ruangan.
Lalu satu persatu temanku datang. Huru hara mereka katakan apa yang ingin mereka katakan, aku diam saja, mengamini dalam hati. Begitu yang sekilas aku lihat, begitu yang sekilas aku rasakan. Aku tetap diam sementara mereka katakan macam-macam. Puas membuang sampah, mereka berlalu. Sementara aku tetap duduk di tempatku, "ah aku mau jadi biasa-biasa sajalah."
"Kita nggak boleh merasa tinggi, harus merasa rendah terus. Jangan selalu merasa bisa sementara merendahkan orang lain," kata teman di sampingku.
Tepat sasaran. Mati aku. Ya, aku merasa tinggi beberapa hari ini. Merasa aku bisa sementara orang lain terus berada di posisi yang salah. Ah, siapalah aku.

Friday, March 14, 2014

Surat ketiga

Assalamu'alaikum
Selamat malam, hai apa kabar kau.
Semoga kau selalu dalam keadaan sehat dan bahagia.


Aku sedang merindukanmu.
Akhir-akhir ini aku memikirkanmu, dalam suntuk luar biasa jika ada kau mungkin aku bisa berbagi apa yang benar-benar ingin ku bagi. Kadangkala menggunakan topeng segala rupa untuk menutup kelelahan, kekesalan dan rasa gerah itu tak menyenangkan. Ada kalanya ingin sekali menceritakan apa yang benar-benar dirasakan pada orang yang ingin mendengarkan. Karena aku tak bisa bilang 'hah aku capek' kali ini, berbeda kondisi.


Kau bisa ku temui dimana? Dalam sujud-sujud kosong malam harikah? Saat hanya berdua aku dan Dia? atau dalam kesadaran terendahku di malam hari?

Beberapa hari yang lalu seorang teman bertanya padaku, "emang kamu cari yang gimana?" Aku diam, diam saja, memikirkan jawaban yang aku tau pasti.

Tadi sore aku melewatkan dua waktu shalat akibat ketiduran. Ternyata aku benar-benar manusia, tak bisa menahan puncak lelah di bahuku. Rencana mencari makan, mandi dan briefing asisten lewat begitu saja. Pukul lima sore sampai pukul delapan malam yang benar-benar berkualitas. Mungkin jika tak ada dering telepon tadi, bablas aku sampai subuh besok. Kamis yang tanpa terlelap, jumat hanya tidur satu setengah jam.

Ah indah hidupku. Kesibukan itu menyenangkan. Dan melewatkan sebuah ritual dan jadwal akibat ketiduran itu jadi menyebalkan.

Aku ingin menyegarkan kembali kepalaku. Bisa kutemui dimana dirimu? Pada lembar sebelum lembar yang ditautkannya nama kita? Sampai uluran waktu yang mana?

Aku ingin naik gunung lagi, kapan kau mau menemaniku? Pantai masih nomor satu, tapi gunung membuatku jatuh hati.
Mungkin jika orang lain membaca suratku padamu kali ini, akan terlihat luar biasa kacau dan galau. Tapi aku tak peduli. Rindu bukan sesuatu yang memalukan, kan?

Sudahlah, aku ingin merebahkan badanku. Sampai bertemu dalam gerbang halus mimpi, meski tak jelas rona dan sosokmu.

Semoga kau selalu sehat dan bahagia. Meski tak selalu, setidaknya tersenyumlah saat tak dalam itu.

Sampai jumpa.
Wassalamu'alaikum

pecah

selamat dini hari. Setelah sekian lama tak berkata-kata disini, saya ingin bilang sesuatu. Saya habis memecahkan salah satu bagian tabung ekstraktor soxhlet. Mati. Mau nangis, lebay. Mau misuh, males. Mau teriak-teriak, nanti setan dateng. Haih. Ini udah empat malam nginep di lab, akhirnya mecahin sesuatu juga. Iya, nggak afdol kali ya kalo ngelab tapi nggak mecahin sesuatu. Ah mati ah..
Pfft mau tidur aja nggak bisa gegara masuk angin. Ah tauk lah. Itu harga ekstraktor berapa, besok pagi pasti dimarahin laboran,  dimaki-maki kakak tingkat yang mau penelitian. Apakah ini hanya mimpi? T-T

Monday, February 17, 2014

Pelangi malam hari

"Pernah tidak, orang tuamu bertanya padamu, 'apa kau bahagia dengan jalanmu saat ini?" tanyamu padaku. Aku menggeleng, melanjutkan kesibukanku dengan jilidan kertas di hadapanku.
"Kalau pertanyaan, 'apa yang ingin kau raih di dunia ini?'" tanyamu lagi. Kembali aku menggeleng, setelah beberapa saat memutar ingatanku untuk pertanyaan itu.
"Memangnya ada apa?" tanyaku kemudian. Kali ini kau yang menggeleng, sambil membenahi letak kacamatamu.
"Bagaimana dengan pertanyaan, 'apa yang paling membuatmu paling bahagia?'" lanjutmu lagi, sambil menatapku lekat. Aku menggeleng lagi. 
"Orang tuaku hanya sering bertanya, 'bagaimana sekolahmu? kapan skripsi? kapan lulus? bagaimana bisnismu? apa uangmu masih ada?" kataku kemudian menghela napas, "sementara pertanyaan-pertanyaan tentang kebahagiaan, apa misi hidupku, apa yang ingin aku raih dan dapatkan tak pernah ditanyakan."

Sunday, February 9, 2014

kalimat awal

aku sibuk memandang garis pantai sementara kau sudah lepas menembus batas cakrawala

"IP itu nggak penting karena nanti di liang kubur nggak bakal ditanyain itu" ini benar. Jangan jadikan IP sebagai tolak ukur keberhasilan. Jangan jadikan acuan untuk menciptakan kebahagiaan. Tapi alasan itu jangan dijadikan pembenaran. Meski tak terlalu penting bagi nanti, setidaknya dengan angka-angka itu bisa membuat kedua orang tua tersenyum bangga.

"Siapa bilang IP itu nggak penting," begitu kata siswa besar yang berIP cemerlang. Lalu alasan-alasan yang tak kalah banyaknya muncul. Ah alasaan.. 

Alasan selalu membuat kita selalu benar, begitu kata guru fisika gaul dulu. Alasan, Dalih.
 
Ah aku tak tau aku menulis apa. Sebenarnya aku ingin menuliskan tentang dua kalimat paling awal di atas, tapi menjabarkannya sungguh tak mudah. Aku hanya ingin menulis, tanpa alasan apapun. Hanya ingin merajut kata, tanpa tau ingin membentuk makna apa. Aku sedang kesal, lalu kesal menjelma menjadi rindu akan kata-kata. Aneh. Tapi biarlah..
ditulis pada 3Feb'14

Saturday, February 1, 2014

tundukku

If I say as a soul, you know I'm free

Bagaimana bisa ku tahan bola kaca di mataku tak pecah saat ku dengar apa yang sudah kuduga itu. Sementara aku masih bertahan dalam kebenaran yang ku pegang. Aku selalu menurutimu, kebohongan terakhirku sudah bertahun lalu, sementara tundukku padamu selalu sejengkal lebih rendah daripada angkuhku. 

Jadi ini masih salahku? Sementara kau benar-benar tak bicara denganku, bahkan ketika ku ajak kau berbincang. 

Dan ternyata itu masalahmu, perdamaian dalam hatimu belum kau kibarkan. Dan aku yang kena tiang benderanya. Kau serahkan padaku. Padahal jelas-jelas kau bilang apa yang kau mau, apa yang berlawanan dengan fakta tentangmu dan seirama dengan keinginanmu berpuluh tahun lalu. Ini masih salahku?
Jangan pernah bilang kau tau aku. Kau tak kan pernah tau. Bahkan pada dirimu sendiri kau tak mau berdamai, bagaimana kau mau berdamai dengan keadaan yang selalu membuat orang lain berada di sisi yang salah. Jika bisa aku teriak, ku teriakkan apa yang tak ku suka darimu. Tapi bukankah tundukku harus selalu sejajar dengan kakimu? 

But now I'm a human, that don't have a freedom. Death is my freedom

Tuesday, January 28, 2014

serbuk mimpi berbalut kapsul kenyataan

Aku pandangi langit-langit kamarku yang berkontur kasar. Garis-garis kuning mengembang di permukaannya. Beberapa di ujung, beberapa lainnya di tengah. Menekan-nekan ujung jemari tangan kiriku, aku sadar sesuatu. Lantas senyum sedikit bermekaran.

Aku tak lagi merasakan sakit pada jemariku, ketika kutekan dawai hingga keluar nada-nada sumbang itu. Tak seperti awal-awal dulu saat memerah kulitnya dengan rasa nyeri. Sudah mati rasa. Sudah kebal rupanya terhadap sakit yang sama. Ah aku mengerti.

Begitukah alasannya.

Masih menekan-nekan ujung jemari, aku membayangkan tokoh yang hadir dalam mimpi sesaat yang lalu. Mengapa memenuhi cerita mimpi itu? Alam bawah sadarku mengeluarkanmu dari sana? Apa kau menguasai alam bawah sadarku? Aku tak kesal, juga tak senang. Biasa saja. Aku tau bagaimana faktanya, aku tau bagaimana kenyataannya. Ku telan kapsul kenyataan itu, hingga tertelan mimpi pengusik.
Sakit tak kan lagi terasa, karna kebal terbentuk di dasarnya.

Kau tak perlu mengerti. Selamat pagi

Wednesday, January 15, 2014

Misi Agen Kanan



Report. Laporan. 

Ini adalah rangkaian laporan dari Agen kanan. Agen Kanan adalah sebutan untuk memperoleh kebahagiaan, otak kanan yang berperan besar. Agen Kanan kali ini melangkah di jalan kemanusiaan bidang pendidikan, berusaha memasuki gerbang salah satu pintu yang menuju jalan lain yang biasa ditempuh. Ya, mencoba melalui salah satu titik untuk menjadi salah satu volunteer di Inspiring Youth Educators. Agen Kanan sedang bersinyal penuh, kobaran api menggebu membakar keraguan. Well, this is it. Bisa dibilang ini adalah titik akhir untuk mencapai pintu itu.

Pintu volunteer yang tiba-tiba ingin dibuka, karena satu dua alasan di masa lampau. Karena pernah menggores satu kalimat pada lembar bekas yang tak terpakai. ‘Jangan hanya jadi pohon dan dan diam. Hanya tumbuh untuk diri sendiri. Jadilah pohon yang menghidupi, bernapas untuk sekitar.’ Berbekal kalimat itu, yang tak ingin hanya jadi coretan, yang tak ingin hanya sekedar melihat, mendengar dan berkomentar, maka berjalanlah perlahan kaki Agen Kanan untuk berusaha bernapas untuk sekitar. Sama seperti pohon yang tak hanya menyerap air dari tanah dan menghirup karbon dioksida dari lingkungan, Agen Kanan juga harus bisa bernapas untuk sekitar, membagikan apa yang telah didapatkan untuk bermanfaat bagi kehidupan. To be inspire.

Thursday, January 9, 2014

Puisi

Aku mengikatmu dalam puisi
tak perlu kau baca, aku tak butuh pujian-pujian tanpa rasa

Aku mengikatmu dalam puisi
tak perlu kau menyadarinya, aku tak ingin sapa palsumu

Aku mengikatmu dalam puisi
dalam kata yang berirama, kucaci kau dalam rangkai kata indah
lalu memujimu dalam desak halus daun jatuh
tanpa sadar kritikan ku ukir dalam liuk rima

Aku mengikatmu dalam puisi,
Lalu lama kemudian aku menyebutmu
puisi

Pencapaian



Selamat malam wahai dunia dalam alam pikir.

Beberapa tawa terdengar dari sela desau kipas di bawah kotak kabel tipis. Kacamata sudah bertengger di tempatnya berada. Flashdisk tertancap tepat di wadahnya, siap dilahap untuk diserap sarinya.

Apa yang harus ku lakukan.

Pikiran terus mengulang-ulang satu tema. Lidah terus berkata tentang satu bahan, meski sejujurnya bukan itu yang ada dalam kepala, sama sekali bukan tentang topik utama.

Ke mana kakiku harus ku bimbing? Jalan mana yang harus ku tempuh?

Lalu beberapa profesi muncul sekelebatan. Pengusaha. Pegawai kantoran. Pengajar. Teknisi. Kemudian satu kata hadir mengagetkan. BERHASIL

Apa arti kata itu? Berhasil? Ber-hasil?

Sunday, January 5, 2014

Tentang Rindu



Tentang Rindu

Bicara tentang rindu dimalam minggu.

Membaca rangkai kata dari insan yang ditunggu racauannya, ditulisnya tentang rindu. LDR katanya. Long Distance Relationship. Rindu pada sebagian tulang rusuknya di seberang pulau, sementara dia di pulau lainnya, yang berbeda bahasa dan warna kulitnya.
Lalu berkaca ku pada cermin tak kasat mata. Tidakkah aku rindu? Bayangan menamparku. Rindu pada siapa? katanya.

Berkacak pinggang aku bicara, rindu pada yang kurindu yang masih tanpa nama, bukankah aku dan dia juga berada dalam hubungan jarak jauh? Dia terdiam, mengamini sepertinya. Aku merindukannya, merindukan kehadirannya yang sungguh aku tak tau pernahkah kutemui. Aku merindukannya, merindukan ceritanya yang benar-benar aku tak sanggup menerka, pernahkah aku dengar sedikitpun tentangnya, tentang apapun yang pernah dia bicarakan. Aku merindukannya, seseorang yang aku tak sanggup bayangkan sedikitpun.
Rindu adalah tentang perjodohan dengan seorang Cinta, yang tak pernah sanggup bersama. Rindu ada saat Cinta menjauh, lalu Rindu pergi saat Cinta didekap. Rindu adalah tentang puisi pertemuan Cinta dan Sakit. Rindu, adalah rindu itu sendiri. Lalu rinduku rindu yang mana?

Wednesday, January 1, 2014

2014

Selamat datang 2014. 
Welcome to the new era
hari ini kolom bagian kanan sudah ada empat tahun yang berbeda, tiga tahun dalam perjalanan empat tahun saya menulis. Well actually saya sudah menulis sejak SMP, heuheu, nulis geje. Sama sih sampai saat ini juga masih nggak jelas nulis apa. Tapi paling tidak, buat saya menulis itu pelepasan. Pelepasan segala-gala yang menggalaui pikiran saya.

Taraaaa...
2014!!
Saya tak bicara soal resolusi, hanya akan bicara soal hal-hal yang ingin saya selesaikan tahun ini. (insya Allah sih, kalau diberi napas sampai akhir tahun)
1. Lulus atau paling tidak skripsi beres tahun ini (padahal mulai aja belom -___-). Saya sih masih ingin main-main, masih ingin menikmati masa muda, tapi ya kok kalau dipikir-pikir masa saya tega sih berlama-lama bikin beban orang tua berat gitu. Tentu orang tua saya menganggap bukan beban, tapi sudah cukup ah saya jadi anak yang biaya sekolahnya mahal terus.
2. Saya ingin jalan-jalan lagi. Semarang, Bandung, Bromo, pantai-pantai, wait me ya sayangs.
3. Saya mau memulai proyek 'hijau' saya. Mendisiplinkan diri sendiri dulu, nanti lanjut ajak-ajak orang lain
4. *nggak bisa ditulis*
5. *sok-sok-an nggak bisa cerita*


Hehe asli poin empat ada yang mau ditulis tapi males mau ceritain (cuma rachmi dan tami yang tau. Heuheu) poin lima, itu gilanya saya aja sih. 

Tepar seharian ke Wonorejo. capek gueh *dikeplak orang Jember* *Jember ae guah gueh*
Oke welcome 2014.