Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Monday, December 26, 2016

Apakah?


Apakah setiap menyerah berarti kalah?
 
Pertanyaan negatif pertamaku hari ini padamu. Kau diam saja, berpikir. Kau biasanya banyak bicara. Beberapa menit lalu kau banyak mengurai kata, sementara jawabku hanya senyum dan tawa. Kau tak perlu ku jelaskan aku sedang bagaimana kan. Aku yakin, kau sudah tau.

Apakah setiap jalan harus dituntaskan sampai tujuan?

Tanyaku lagi, menuju pernyataan negasi lainnya. Kau tau ini mau ke arah mana. Beberapa hari yang lalu aku menghubungimu tengah malam. Hanya untuk mengeluh. Tak apa katamu. Curahkan saja semuanya padaku, katamu. Lalu aku menjadi sapi. Mengeluh ke sana kemari.
Semakin hari aku semakin susah menangis, maka malam itu aku menangis. Melepaskan segala beban di kepalaku. Mencair kaca itu di mataku, mengalir melewati pipi. Aku tak berharap ada yang menghapus air mataku. Aku tak pernah menangis di depan orang lain selain kedua orang tuaku. Aku lebih sering menangis sendiri. Maka malam itu, aku membicarakan bebanku kepadamu. Membicarakan, tidak menangis di depanmu. Aku tak akan melakukan itu. Biarkan kau hanya tau aku suka tertawa, dan marah. Bukan menangis.

Apakah setiap janji harus kita tepati? Apakah setiap komitmen harus kita lunasi?

Tanyaku lagi. Aku menjadi setengah pengecut. Aku benci. Aku benci terlihat lemah, tapi aku juga benci terlihat kuat tapi keropos di dalam.
Kau tak menjawab satupun pertanyaanku. Seakan kau tau, aku tak perlu jawaban dari itu. Lalu angin menerbangkan daun-daun kering di depan kita. Sudah hampir tengah hari, dan kita masih betah berlama-lama memandang anak kecil yang berlarian. Ini wisata keluarga, katamu tadi pagi. Tentu, mana ada wisata yang bukan wisata keluarga? jawabku, seperti biasa, sekenaku, ketus, seperti biasa. Kau tak akan terganggu, kau sudah tau aku.

Wednesday, December 14, 2016

DESEMBER!

“Lip kamu nggak lagi stress kan lip?” mbak bubu tanya pada saya. Mungkin dia heran, kok saya malam-malam tiba-tiba chat dan tanya kesehatannya. Haha

Boleh jujur? Saya lagi suntuk. Heuh. Sebelumnya ngga ada sejarah migrain dalam hidup saya. Minggu lalu tiba-tiba tengah malam saya migrain. Malam jumat waktu itu. Selanjutnya selama tiga hari setelahnya saya pusing tidak sembuh-sembuh. Barulah setelah itu lumayan hilang sakit kepalanya. Malam ini saya sakit kepala lagi. Bahaha terlalu banyak yang dipikir, harus dikerjakan, harus diselesaikan dan tugas yang menunggu selanjutnya. Mudah-mudahan antioksidan yang saya konsumsi mencukupi untuk mencegah stress oksidatif yang saya yakin banyak terjadi di badan saya ini.

Ternyata tidak mudah menjalani kehidupan doktoral ini. Hahaha rasanya saya ingin menertawai diri saya sendiri. Kalau boleh jujur saya suntuk dan stres berat. Saya malas untuk bercerita pada papa dan mama. Malas. Saya malas mengeluh terus. Lha piye? Wongan gak ada solusi lain selain dikerjakan. Memang luar biasa kok beasiswa ini. Tidak sampai tiga bulan disuruh menghabiskan uang sekian puluh juta untuk penelitian. Ya iyasih bisa. Kalau ngga ada kuliah, kalau udah ngga ada tugas, kalau dan kalau alasan lainnya. Alasan tidak ada yang salah kan? Beuuhhh.. kemudian desember ini jadi bulan yang benar-benar gila. Seminggu setelah batas akhir pengumpulan laporan keuangan (bahkan tidak sampai seminggu – hanya lima hari saja), proposal penelitian tahap kedua harus dikumpulkan. Hahahahahahahahaha saya sampai saat ini belum menyentuh apa itu proposal. Blasssss. Kenapa? Karena saya masih harus mengerjakan tugas yang lain yaitu telaah disertasi yang sejujurnya saya nggak ngerti ini isi disertasinya teh naon. Kumahaaa ieeee.

Maapkan. Lama tidak ngblog, sekalinya nulis malah nyampah T-T

Seperti saya bilang tadi, saya sedang malas cerita ke mama papa. Saya sedang malas cerita pada siapapun. Saya capek, serius. Tapi serius juga, saya makin penasaran sama bawang merah. Pengen cepet penelitian, tapi apa daya. Ah bodo ah....

Bye ~~ kamar saya bau bawang. Fiuuuh. 

Friday, November 11, 2016

Dudududududu ~

Banyak yang ingin saya tuliskan di kolom ini malam ini. Tadi sudah beberapa paragraf saya tulis, sudah beberapa dialog saya karang, akhirnya saya hapus lagi. Saya malas menulis picisan hari ini. Meski yang saya rasakan sore tadi juga picisan. 

kbbi : -- picisan buku atau roman yang tidak bernilai ilmiah atau tidak bernilai sastra

Yep, setalah mendengar kisah yang baru saya dengar beberapa tahun dari yang seharusnya itu, saya shock berat. Haha. Picisan ah, malas dibahas. 

Hari ini berjalan dengan kacau. Mulai dari kuliah yang sama sekali saya nggak ngerti kecuali bagian hitung-menghitungnya, dilanjutkan dengan tidak menemukan supplier bahan kimia untuk beli Toluena (yang lebih murah), kemudian mencari ketenangan di LSI tapi akhirnya mendengar kenyataan yang tidak seharusnya dibuat sedih, cerita ke mama malah mama menjudge dan mendogma saya ini itu yang justru membuat saya meledak nangis hadeh, dan akhirnya sampe kos dapat pesan-pesan di whatsapp dengan menghasilkan rasa bersalah yang mendalam. Ahhhhhhh rasanyaaaa mau konsentrasi ke bawang merah susah amat. Akhirnya saya nonton anime malah hilang episode 7 sama 8-nya, kacauuu. 

Sudah niat dari kemarin malam, akan menulis ini itu di blog, tapi menguap segala kata yang sudah saya rancang, dan segala dialog yang sudah saya bayangkan. Syudududududu, saya ingin main hujan-hujanan, naik bianglala, atau ke pantai teriak-teriak kaya orang ndak sehat. Hahahaha

Kalau boleh saya proporsikan, sebagian besar, hampir 80% pikiran saya hanya tertuju pada bawang merah. Topik penelitian, disertasi atau apalah itu. Yang lain-lain cuma jadi accessories aja, seriusan. Kecuali galau saya mau ikutan fanmeet Park Bo Gum tapi tiketnya kemahalan, itu menyita sekitar 10% pikiran. Nah sisanya 10% lagi memikirkan tugas-tugas yang semakin menumpuk, jadwal olahraga yang cuma jadi wacana, dan galau malam minggu yang selalu sendirian. eaaaaak hahaha bodo amat ini mah, masih ada laptop ini.

Ah ngga tau aaahhhhh.. 

Selamat malam, kekasih.

Friday, September 16, 2016

MENDINGAN

Satu topik yang sering dibicarakan di kalangan mahasiswa (yang buka buku terus setelah tutup buku, akakakak) seperti saya adalah topik satu ini : MENDINGAN (MENIKAH DENGAN PASANGAN/TEMAN). 

Beberapa teman saya menikah tahun ini, tiga teman baru di jenjang pascasarjana menikah bulan Januari lalu, dan dua lainnya menikah di bulan Juli kemarin. Tidak heran sih, mereka memang beberapa tahun lebih tua dibanding saya. Tapi ada juga teman seangkatan saya di Sekolah Menengah Atas yang juga sudah menikah tahun ini. Iya seumuran. 

No, jangan beranggapan saya iri. Nope. I don't. Not yet. Ekekek

Saya cuma kagum, hebat. Teman-teman saya berani membuat sebuah komitmen luar biasa. Menikah menurut saya adalah perjanjian seumur hidup, pengukuhan komitmen, persaksian yang juga disaksikan penduduk langit. Uhh beraattt.

Sunday, September 4, 2016

(B)utuh



“Apalah arti dari kata-kata yang kau rangkai itu?” protes pertamamu hari ini. “Hanya untuk sedetik saja kau resapi lalu kau uapkan hilang dengan suhumu yang sudah keterlaluan itu?” sarkasmemu yang keterlaluan.
“Apalah arti dari semua yang kau karang itu?” protesmu yang kedua.
Aku mendengus kesal. Bukan padamu, lebih pada diriku sendiri. 
Tapi rupanya kau menyangka aku kesal padamu. Merah padam mukamu itu. “Aku begini karna aku peduli padamu, sudah bermingu-minggu dan perkembanganmu nihil. Kau tau kau membuang begitu banyak waktu yang berharga!”
“Aku tau!” bentakku. Aku ingin kau diam. Aku sedang lelah beradu kata. 
“Kau tau, tapi terus begitu. Kau hanya menghabiskan detik-detikmu demi kesenanganmu. Kau abaikan semua tugas dan hal yang harus kau kerjakan tuntas.”
Baiklah, aku tau kau kecewa padaku. Sama, aku juga kecewa pada diriku sendiri. 

Wednesday, August 10, 2016

Embun dan Matahari

Aku tau kau begitu menyukai embun
Sejak itulah aku sadar kita tak bisa bersatu
Karena ku mencintai matahari
Bukankah akhirnya aku membunuhmu?
Meski aku juga tau, apa yang kita sukai tak seharusnya saling membunuh.

Kita pernah duduk bersama di suatu malam tanpa bulan. Berbicara soal embun dan matahari, siapakah yang lebih mencintai. Waktu itu malam, tapi kita bicara soal pagi, karena tak ada matahari di malam hari. Kau selalu membantah, embun yang lebih mencintai. Aku tau kau begitu menyukai embun, meski itu juga yang membuat paru-parumu basah. Terlalu basah untuk wanita periang sepertimu. 

Tuesday, August 9, 2016

Oh my leg

Pukul 12.49 am ketika saya mulai menulis tulisan ini. Saya tidak bisa tidur, tiba-tiba kaki kiri saya linu bukan main, sebelumnya kepala saya pusing bukan main. Saya tau ini efek jalan-jalan tadi, lebih tepatnya efek saya kurang jalan hingga jalan jauh sedikit saja jadi begini atau mungkin memang malam ini dingin makanya penyakit lama saya datang? Atau ada pengaruh period juga? Linu-linu kaki yang ngga jelas. 

Akhirnya saya menyerah, saya ganti pakai celana panjang (siapa tau memang karena dingin dan selimut tidak berpengaruh apapun). Tetap saja cenat-cenut. Saya mencoba mengubah persepsi sakit dengan cara berdamai, menerima rasa sakitnya, menerka-nerka darimana si sakit berasal. Benar dari tulang-kah atau dari si otot-kah. Saya rasakan sakit itu ternyata benar sakit tidak tipu-tipu. Ah dia justru menjalar ke kepala! Hahaha lucu juga, sakit di kaki jadi berbeda rasanya, sama seperti rasa sakit yang lama dulu. Ketika dingin menghampiri dan badan tidak fit. Ini akibat dari perjalanan belasan kilometer sewaktu di sekolah dasar dulu, melewati kebun berkabut dan kaki jadi korbannya. Sensitif dingin.

Well, kadang kita perlu untuk memutar sudut pandang untuk mendapatkan pemikiran yang berbeda. Atau sekalian terjun dalam suatu bidang, agar kita mampu berdamai dengan keadaan. 

Kinda strange, I know sth happen if my leg start bring up this pain. But what happened? Idk 


Sunday, 7th August 12:58 AM

Monday, August 8, 2016

8 Agustus 2015

8 Agustus 2015.
8 Agustus 2016.

Sudah setahun saya wisuda sarjana. Jadi ingat rentetan kejadian setelah wisuda. Saya menulis paragraf-paragraf di bawah ini setahun lalu, meski bukan di bulan Agustus. Membaca ini saya jadi ingat perjuangan sampai ke sini (ke Bogor), jadi menyesal lebih sering nonton drama dan baca novel ketimbang baca jurnal T-T

Ini, saya post sajalah tulisan saya itu. Judulnya di file saya adalah escaping Malang.

----

Sunday, June 19, 2016

Lompatan beberapa topik dangkal

"lagi ngapain" suara bercampur batuk di seberang.
"baca novel, hahaha"
"tugasnya sudah selesai?"
"belumlah, orang aku daritadi baca novel. santai laaah"
"ya coba selesaikan dulu tugasnya"
"no, baca ini suatu cara untuk mengumpulkan kebahagiaan."
"ya sudah" ~ papa

Yep. entah papa entah mama, akan kalah untuk satu hal ini. Aku bukan kutu buku, tidak selalu mambaca buku. Tapi sekali menemukan alur dalam suatu buku, bye bye handphone, bye bye makan, ku akan hilang di atas bantal selama berjam-jam! 

percakapan lainnya. 

"memang selama di Bogor sudah berapa baju yang dibeli sampai sekarang?"
 "emmm... dua? tiga?"
"segitu aja? penampilan itu penting, Vi"
"hahahahaha, iyo iyo"
"terus apa yang banyak bertambah"
"buku!"
"berapa?"
"emmm......" delapan, sembilan, sepuluh? 

 masih papa.


"sebenarnya aku sudah ngga seperti dulu bacanya, tapi aku masih ingin memelihara kesukaanku terhadap membaca (meski sering lupa setelahnya)"
"hmm"
"daripada aku menghabiskan waktuku untuk menonton drama (korea)" 
ya, drama korea nanti saja, baca novel dulu sajalah. 

Tuesday, June 7, 2016

Who am I. 
The question I always ask when I need to reduce my anger. To calm my ego.
What is your initial destination. 
The question I always ask when I lost my way.


I always have the answer, but sometimes you have to ask me. 


As I already said before. I lose.

Tuesday, May 24, 2016

Pagi dan Cita Rasanya [#FlashFictionYummyLit]


Hari beranjak mendekati petang, sementara "warung cantik" ini semakin ramai dikerubungi muda-mudi untuk menghabiskan apa yang orang sebut dengan malam minggu. 

Begitu juga aku. 

Aku sudah memesan satu hidangan yang paling kau suka. “Aku tak perlu hidangan penutup yang lain,” katamu kala itu, coklat powder belepotan di sekitar bibirmu. “Memang rasanya ada sedikit pahit, kau tau kenapa?” tanyamu.

Aku seorang yang tak mudah bicara pada orang baru, berbeda denganmu yang langsung tak kenal malu. Tapi berbeda lagi dari biasanya, aku nyaman berbicara dengan orang asing sepertimu. Aku menggeleng menanggapi kicauanmu. 

“Pahit ini karena ada kopi sebagai ingrediennya, kafein yang menciptakan cita rasa pahitnya,” lalu kau kembali mengunyah satu sendok tiramisumu. Ya, itulah hidangan favoritmu, tiramisu

Aku melihatmu seakan kau tak akan pernah bisa lagi makan, begitu menikmati. Entah mengapa aku tersenyum tiap kali melihat ekspresimu setelah merasakan pahit yang kau bilang. 

“Tapi, tidak hanya pahit,” katamu sekali lagi. “Juga ada cita rasa manis, karena ada gula sebagai ingredien lainnya. Dan juga kau tak perlu mencari hidangan lainnya, ini sudah berenergi tinggi.” 

“Kenapa?” tanyaku. Aku tak tau menau soal kue dan ingrediennya. 

Kau menyelesaikan sepiring tiramisu-mu, “telur menyumbangkan kalorinya untuk si tiramisu,” katamu seraya mengulurkan tanganmu, “senang berkenalan denganmu. Pagi.” Aku mengernyit. “Pagi?” tanyaku. 

“Iya, namaku Pagi. Selamat malam, Wira.” Kemudian kau berlalu. 

Thursday, May 19, 2016

Zenuh

Kali ini aku tak tau, kali ini aku tak kenal. 
Siapa yang ada di kepalaku beberapa hari ini. 
Siapa yang menempati ruang emosiku. 
Sudah lama tak berjumpa. 
Dengan harimau yang tidur panjang, jarang mengaum. 

Kali ini aku tak tau, kali ini aku tak mengenal. 
Diriku sendiri. 

Sudah ku penuhi kebutuhan sampinganku. Pelarian yang selama ini aku andalkan. Sudah beberapa bab aku tuntaskan, menuju setengah buku. Belum rampung memang, tapi setidaknya aku sudah bersenang-senang melahap beribu kata. Tentang cerita lama, seribu tahun lebih. Di daerah padang tandus sana. Belum tuntas, karena memang tak ku niatkan untuk menuntaskan. Sudah ku bilang, ku hanya ingin bersenang-senang sebentar. 

Monday, May 2, 2016

Pelarian

Saturday, April 30, 2016

Ditulis, ku hapus lagi. Dituang, ku tumpahkan lagi

Ditulis, ku hapus lagi. Dituang, ku tumpahkan lagi.

Menulis sesuatu, mengkosongkan kolom-kolom pikiran. Mencipta barisan kalam untuk menayangkan perasaan. Berbait-bait, berbaris-baris. Ditulis, ku hapus lagi. 

Ditulis, ku hapus lagi. Dituang, ku tumpahkan lagi. 

Mengeja dengan jelas apa yang diinginkan. Mengulang-ulang apa yang diejakan. Tanpa beban, tanpa membayangkan apa akibatnya jika terus diulang. Mencoba mengisi ruang yang entah apa isinya. Setelah dituang, kembali dilakukan. Kebiasaan lama. Dituang, ku tumpahkan lagi. 

Tuesday, April 19, 2016

Mungkin sudah mencapai threshold, 
hingga aroma bisa diendus
Mungkin sudah mencapai threshold, 
hingga rasa bisa dirasa
Mungkin sudah mencapai titik terjenuh
hingga tekanan uap hampir meledakan
Aku tau, aku belum mencapai batasku.
Tapi ijinkan aku mengeluh,
Aku sedang jenuh, 
Sedang ingin memecahkan bola kaca
di dalam mataku sendiri
meski tak bisa. HAHAHAHA

Saturday, April 9, 2016

Taste bud

"Setiap papila tidak hanya memiliki satu reseptor rasa, tapi bisa empat sampai lima reseptor."

Baiklah, aku gambar penampakan si papila  secara umum. Papila berbentuk circumuallate. Bagian atas adalah papila, di dalamnya ada beberapa reseptor bernama taste bud yang 'batang'nya adalah syaraf. Jadi benar, teori wilayah rasa itu sudah jatuh. Setiap bagian di lidah kita bisa merasakan semua rasa dasar. Walau memang ada daerah-daerah tertentu yang lebih sensitif terhadap rasa tertentu.
Aku mengontrol handphone sesekali, checking apakah fungsi recorder masih berjalan. Aku tak ingin tertinggal satu kata pun. 

Sunday, April 3, 2016

Pembela Hak Pangan (PHP)

Dari beberapa berita, yang disalah-salahin ya si gula, kalau nggak gitu ya si lemak. Kasian. Sabar ya… Manusia emang gitu, padahal butuh tapi sok-sokan nuding ngga jelas. Sabar ya.. mana si minyak dikata mengandung lemak yang tinggi pula, lah kalau nggak mengandung lemak (asam lemak), minyak cuma jadi gliserol dong. Ah, kalian ada-ada aja…. Kasian. Makanan selalu jadi kambing hitam, yang salah situ, yang disalahin makanannya. Hmm.

Tuesday, March 29, 2016

時間

Apakah itu waktu?
Ia hanya sebuah kata benda. Invisible. Sering melakukan pekerjaan, entah berlari, entah berjalan atau sekedar ingin dihentikan. 
Apakah itu waktu? 
Ia sering disandingkan dengan kata sifat, yang pendek, yang panjang, yang tepat (?)

Thursday, March 17, 2016

A Thought and Task - Free Day. I need it, asap

"Aku tak mengenalmu!" bentakku kasar. Amarah sedang menguasaiku.
Bagaimana aku bisa tak mengenalmu seperti ini, ini sudah keterlaluan. Kau tidak seperti biasanya. Aku tak bisa lagi meramal kenapa dan apa. 
"Ada apa? mengapa kau berubah begini?" tanyaku lagi, sedikit menahan nada-nada tinggi yang mungkin terlontar.
Kau diam saja bagaimana aku tau? aku sudah mencoba beberapa hal, tapi kau tetap bergeming. Kau biarkan panas itu bersarang dalam tubuhmu, sementara lidahmu tak suka mencecap yang pahit, dan kakimu tak suka melangkah menuju yang berbaju putih. 
"Jadi aku harus bagaimana?" rasanya pertanyaan ini kuajukan untukku sendiri.
"Kau tau sendiri, aku tak bisa diam saja, aku tak bisa tak melakukan apa-apa sementara begitu banyak urusan yang harus ku selesaikan, atau sekedar ku cicil. Jika terus kau begini, aku bisa apa?" rasanya aku berbicara sendiri, dia tak merespon apa-apa.

Thursday, March 10, 2016

10 maret

Selamat ulang tahun, lip!  お誕生日おめでとう!
jika ada satu harapan yang aku inginkan untukmu adalah berbahagialah!

Buang segala perasaan yg tak perlu kau simpan, buka hatimu untuk orang orang yg mampu membuatmu bahagia. Hiduplah di masa kini, tak perlu terpaku pada masa lalu apalagi terlalu memuja masa depan.

Hiduplah dengan rasa syukur, rendah hati, ringan tangan dan murah senyum. Ah, sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi orang lain kan?
:)

Well, alhamdulillah, tidak seperti tahun tahun sebelumnya, I'm so happy today.

Didoakan teman sekelas, disamperin ke kos 'cuma' buat ngasih kue tart sama temen-temen sekelas, dikejutkan mbak bubu yang hujan-hujan belain buat ngasih si larva dan yang terakhir diberi surprise sama temen sekost hihi.ah, Tuhan sayang banget ya sama saya. Satu satunya hari yang saya spesialkan sepanjang tahun ya hari ini. my only special day. Selamat ulang tahun, oliv, ovi! Berbahagialah selalu, seperti ini..

Wednesday, March 2, 2016

lama tak bersua


Kita duduk berdampingan. Bahu kita berjarak sejengkal, wangi parfummu masih sama seperti sebelumnya. Rambutmu yang biasa berantakan kini terlihat rapi. Sudah berapa lama aku tak memperhatikanmu, aku tak tau. Sudah beberapa kali kau mengajakku berdiskusi dan aku hanya menolak dengan alasan kesibukanku. 

Kini, saat aku tak tau harus pergi ke mana, ku ketuk pintu rumahmu yang selalu tak terkunci. 

Setengah jam sudah kita berdiam diri di sini, di halaman rumahmu yang kaku, hanya satu dua kaktus, sebatang mawar yang entah sekering apapun tetap hidup, serumpun melati yang jarang kau siram namun tetap berbunga, dan yang paling aneh adalah satu pot kosong yang kau isi dengan beberapa siung bawang merah. 

Rasa, kata, makna

Jadi begini urutannya dalam satu sisi. Rasa, kata, makna. Jika ku tak miliki step yang pertama, jangan tanyakan step-step selanjutnya. Jikapun aku ada kata, itu hanyalah pengulangan-pengulangan. Yang entah bagaimana maknanya.

Sudah beberapa lama tak ku miliki sebuah rasa. Sebab itulah aku menjauh dari kata. Mungkin ku sengaja, atau juga tak. 

Tentang rasa, aku bisa menyembunyikannya sebaik apapun di wajah orang lain. Tidak dengan kata. Jika kau bisa membaca, semua sudah kutuangkan rasanya tuntas di kolom kata. Tentu, aku sengaja agar kau tak memahami artinya. 

Maknanya memang sengaja untukku sendiri. Bagaimana rasaku, kau tak perlu tau maknanya kan? 

Jumat, 26 Februari 2016 11:37 PM

Wednesday, February 10, 2016

sebab-akibat yang dimusnahkan

Barangkali aku hanya ingin membaca
Dan mencoba merasakan
dari apa yang penulis ingin gambarkan
sesederhana itu saja
Jika kaca mataku pecah
apakah itu artinya aku tak kan bisa melihat?
Tidak, tentu saja tidak 
hanya saja, tidak akan sejelas biasanya

Jika sepatuku berlubang, solnya lepas
apakah itu tandanya aku tak kan bisa berjalan lagi?
Tidak, tentu saja tidak
hanya saja, jalanku tak kan semudah dan senyaman biasanya

Ya, hanya tidak seperti biasanya
Biasanya, sebagai akibat dari sebab yang diulang-ulang
Maka, sudah lama ku putuskan aku tak kan mengulang-ulang
Sebab-sebab yang akan menjadi biasanya
Sudah ku hentikan, hingga tidak ada lagi yang biasa
Akibat dari sebab ketiadaan

8 Februari 2016.

Sunday, February 7, 2016

Cita rasa dasar



Pukul dua belas tepat, ditandai dengan jingle radio yang menggaung saat pergantian jam. Siang yang panas, ditemani oleh kipas angin yang sudah berpuluh menit berputar menghembus udara yang diam, pengap. Musim penghujan sudah datang, tapi entah mengapa malah udara panas yang betah singgah. 
Sang Lelaki menyodorkan segelas jus jambu dingin pada Wanitanya. Wanita yang sesaat lalu mematikan televisi di depannya itu lantas tersenyum. 
“Jalan-jalan, yuk?” tanya sang lelaki sambil meletakkan kaca matanya di atas meja kayu di depannya.
“Hmm, enggak yuk?” jawab sang wanita, santai. Sang Lelaki tertawa
“Kenapa?”