Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Friday, September 16, 2016

MENDINGAN

Satu topik yang sering dibicarakan di kalangan mahasiswa (yang buka buku terus setelah tutup buku, akakakak) seperti saya adalah topik satu ini : MENDINGAN (MENIKAH DENGAN PASANGAN/TEMAN). 

Beberapa teman saya menikah tahun ini, tiga teman baru di jenjang pascasarjana menikah bulan Januari lalu, dan dua lainnya menikah di bulan Juli kemarin. Tidak heran sih, mereka memang beberapa tahun lebih tua dibanding saya. Tapi ada juga teman seangkatan saya di Sekolah Menengah Atas yang juga sudah menikah tahun ini. Iya seumuran. 

No, jangan beranggapan saya iri. Nope. I don't. Not yet. Ekekek

Saya cuma kagum, hebat. Teman-teman saya berani membuat sebuah komitmen luar biasa. Menikah menurut saya adalah perjanjian seumur hidup, pengukuhan komitmen, persaksian yang juga disaksikan penduduk langit. Uhh beraattt.


Entah kenapa saya jadi heran dengan diri saya sendiri. Akhir-akhir ini saya punya pola pandang yang lain dengan yang satu itu terkait dengan kehidupan saya saat ini. Saya sempat berpikir, "ah ya sudahlah meski tak menikah pun." GILA KAN! 

No, No, itu bukan karena saya desperate. I'm not that desperate. Mungkin itu karena saya terbiasa sendiri #eaaa #kemudianadabacksound. Saya bisa apa-apa sendiri, haha. Bahkan seorang teman saya pernah bilang, "lip, kalo kamu butuh dijemput, atau apa gitu bilang ke anak-anak. Mereka pasti bantu kok. Kamu ngga takut po malem-malem gitu ban kempes dari stasiun?"

JUJUR AJA SAYA TAKUUUT. Iya, pas bulan Ramadhan kemarin saya sempat ikut acara buka puasa di Jakarta. Pulang dari lokasi sekitar pukul sembilan malam, kemudian sampai Bogor pukul 11an. Saat saya mengendarai motor dari stasiun, terasa sekali ban depan motor kempes alias bocor. Panik bukan main. Saya bersama seorang perempuan pula, lebih muda pula. ALAMAAK. Saat itu saya panik bukan main. Bodo amat motor saya naiki dan alhasil tambah hancur si ban. Akhirnya saya bertemu dengan pahlawan tambal ban di sekitar pasar dekat stasiun. Syukurlah sampai kosan hampir jam 1 malam, dengan kondisi ban bocor lagi, sedih amat. 

Saya bingung harus menghubungi siapa untuk meminta bantuan. Bukan karena tidak punya teman, tapi karena memang sungkan saya berlebihan. Haha. 

Minggu lalu pun saya sampai tengah malam di Surabaya dari Jakarta, langsung lanjut ke terminal naik ojek untuk perjalanan bis ke Jember. Sendiri. Sudah dua kali saya begitu. Kata orang-orang, "kamu ngga takut tah?" saya jawab iya, saya ngga takut. Malah saya lebih takut kalo papa mama saya khawatir terus ngga bisa tidur nungguin saya sampe Jember haahaha. Tapi ternyata beliau berdua sudah tidak terlalu khawatir terhadap saya, sudah biasa rupanya. Dua anak perempuannya sukanya pulang dini hari kalo berurusan dengan pulang kampung --" 

Oke, kembali ke topik. Jadi kapan saya menikah? ahahaha ini pertanyaan yang biasanya saya jawab, 'dua tahun lagi lah yaaa' terus muncul pertanyaan kedua 'sama siapa lip?' 'ah ngga tau deh, nanti liat aja, siapa tau nemu di jalan', siapin aja pokeballnya, nanti langsung tangkap! hap! hap! 

Intinya, saya kagum terhadap teman-teman yang berani mengikrarkan janji suci di usia belia muda bersahaja ini. Kagum setengah mampus. Saya masih belum siap, atau.. belum... ah sudahlah. 

Selamat menangkap, hap hap hap.

3 comments:

IRA said...

nak, semangat ya nak..
kita bisa wkkwk

azzaitun said...

Wahahaha! Kawan senasib sepenanggungaaaan. KITABISA!

Ines Yuanta said...

Home bloggerku kok pada ngeblog nikah muda semua sih :'D

Post a Comment