Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Monday, March 17, 2014

Tinggi

"Lihat tuh mereka! Gimana kerjanya," kataku sedikit memelankan suaraku.
"Iya, coba deh liat mereka sendiri gimana, gitu mau jadi atasan," temanku menimpali.
Lalu keributan menarik sahabatku ke tempat lainnya. Aku diam saja di tempat ini, masih malas berbuat sesuatu. Bosan.
Aku pandangi penjuru ruangan. Kacau balau. Berantakan. Tak betah aku di dalam, ke luar aku duduk di seberang pintu yang membuka terang ruangan.
Lalu satu persatu temanku datang. Huru hara mereka katakan apa yang ingin mereka katakan, aku diam saja, mengamini dalam hati. Begitu yang sekilas aku lihat, begitu yang sekilas aku rasakan. Aku tetap diam sementara mereka katakan macam-macam. Puas membuang sampah, mereka berlalu. Sementara aku tetap duduk di tempatku, "ah aku mau jadi biasa-biasa sajalah."
"Kita nggak boleh merasa tinggi, harus merasa rendah terus. Jangan selalu merasa bisa sementara merendahkan orang lain," kata teman di sampingku.
Tepat sasaran. Mati aku. Ya, aku merasa tinggi beberapa hari ini. Merasa aku bisa sementara orang lain terus berada di posisi yang salah. Ah, siapalah aku.

Friday, March 14, 2014

Surat ketiga

Assalamu'alaikum
Selamat malam, hai apa kabar kau.
Semoga kau selalu dalam keadaan sehat dan bahagia.


Aku sedang merindukanmu.
Akhir-akhir ini aku memikirkanmu, dalam suntuk luar biasa jika ada kau mungkin aku bisa berbagi apa yang benar-benar ingin ku bagi. Kadangkala menggunakan topeng segala rupa untuk menutup kelelahan, kekesalan dan rasa gerah itu tak menyenangkan. Ada kalanya ingin sekali menceritakan apa yang benar-benar dirasakan pada orang yang ingin mendengarkan. Karena aku tak bisa bilang 'hah aku capek' kali ini, berbeda kondisi.


Kau bisa ku temui dimana? Dalam sujud-sujud kosong malam harikah? Saat hanya berdua aku dan Dia? atau dalam kesadaran terendahku di malam hari?

Beberapa hari yang lalu seorang teman bertanya padaku, "emang kamu cari yang gimana?" Aku diam, diam saja, memikirkan jawaban yang aku tau pasti.

Tadi sore aku melewatkan dua waktu shalat akibat ketiduran. Ternyata aku benar-benar manusia, tak bisa menahan puncak lelah di bahuku. Rencana mencari makan, mandi dan briefing asisten lewat begitu saja. Pukul lima sore sampai pukul delapan malam yang benar-benar berkualitas. Mungkin jika tak ada dering telepon tadi, bablas aku sampai subuh besok. Kamis yang tanpa terlelap, jumat hanya tidur satu setengah jam.

Ah indah hidupku. Kesibukan itu menyenangkan. Dan melewatkan sebuah ritual dan jadwal akibat ketiduran itu jadi menyebalkan.

Aku ingin menyegarkan kembali kepalaku. Bisa kutemui dimana dirimu? Pada lembar sebelum lembar yang ditautkannya nama kita? Sampai uluran waktu yang mana?

Aku ingin naik gunung lagi, kapan kau mau menemaniku? Pantai masih nomor satu, tapi gunung membuatku jatuh hati.
Mungkin jika orang lain membaca suratku padamu kali ini, akan terlihat luar biasa kacau dan galau. Tapi aku tak peduli. Rindu bukan sesuatu yang memalukan, kan?

Sudahlah, aku ingin merebahkan badanku. Sampai bertemu dalam gerbang halus mimpi, meski tak jelas rona dan sosokmu.

Semoga kau selalu sehat dan bahagia. Meski tak selalu, setidaknya tersenyumlah saat tak dalam itu.

Sampai jumpa.
Wassalamu'alaikum

pecah

selamat dini hari. Setelah sekian lama tak berkata-kata disini, saya ingin bilang sesuatu. Saya habis memecahkan salah satu bagian tabung ekstraktor soxhlet. Mati. Mau nangis, lebay. Mau misuh, males. Mau teriak-teriak, nanti setan dateng. Haih. Ini udah empat malam nginep di lab, akhirnya mecahin sesuatu juga. Iya, nggak afdol kali ya kalo ngelab tapi nggak mecahin sesuatu. Ah mati ah..
Pfft mau tidur aja nggak bisa gegara masuk angin. Ah tauk lah. Itu harga ekstraktor berapa, besok pagi pasti dimarahin laboran,  dimaki-maki kakak tingkat yang mau penelitian. Apakah ini hanya mimpi? T-T