Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Tuesday, April 16, 2013

School 2013

                hallo hi!
                Heuheu SCHOOL 2013. Itu adalah judul drama korea yang baru selesai saya tonton. Drama 16 Episode itu tuntas saya tonton dalam dua hari selama weekend pekan lalu, ngebut dan ngepot ngelihatnya, supaya tidak mengganggu kegiatan efektif saya #alesan.
                Cerita drama ini bagus menurut saya, tidak ada cinta-cintaannya sama sekali. Dan benar-benar menggambarkan bagaimana suasana sekolah. Inti dari cerita adalah persahabatan, masalah guru-guru, masalah murid-murid, masalah guru-murid, dan masalah sistem pendidikan. Berbeda dengan sinetron-sinetron ala Indonesia yang kisahnya berlatar sekolah tapi teutep aja ceritanya cinta-cintaan, cinta guru-muridlah, cinta ini itulah, bah. 
                Persahabatan. Well to be honest, saya iri dengan kisah persahabatan dalam drama ini. Ada beberapa kisah persahabatan di sini, kisah antara Go Nam Soon dan Park Heung Soo, dan juga antara ah lupaaa deh namanya. Ya pokoknya merekalaah.. saya heran, apa ada persahabatan yang benar-benar seperti itu. Well ya, makna inti dari persahabatan dalam cerita ini menurut saya, sejelek-jeleknya sahabat kita, bagaimanapun sahabat kita, seberapa besar masalah yang ada di antara persahabatan, asal kita bisa dengan besar hati menerima kekurangan dan kelemahan satu sama lain, kita akan memiliki harta yang sungguh luar biasa mahalnya. Aha, saya sungguh iri melihat persahabatan antara Nam Soon dan Heung Soo ini, biar mereka sewaktu SMP adalah berandal tetapi persahabatan mereka tetap bikin iri, meski ada masalah yang membuat Heung Soo gagal menjadi bintang sepak bola akibat dihajar oleh Nam Soon supaya bisa keluar dari ‘genk’, tetapi ternyata mereka berdua sama-sama merindukan kehadiran satu sama lain. Kece dah!
abang-abang saya yang baru
                 Guru-guru. Entahlah, dalam kehidupan nyata saya tak seberapa tau menau tentang kehidupan guru-guru dalam pengajaran sekolah. Yang saya tau, memang setiap guru memiliki metode pengajaran yang berbeda untuk disampaikan kepada siswanya, dan juga tak jarang memiliki tujuan yang berbeda. Sama halnya dalam cerita ini, Guru Jung lebih menekankan penyerapan pelajaran dengan metode yang menyenangkan serta menitikberatkan pada pemerataan materi pada seluruh siswa, ya dia peduli pada semua siswa dan tidak ada siswa yang mengantuk pada saat pelajarannya, mengantuk saja tak boleh apalagi tidur. Berbeda dengan guru Jung, guru Kang tidak peduli pada siswa yang berada pada tingkat rata-rata ke bawah, tujuan mengajarnya adalah untuk NILAI dan untuk mengerjakan soal supaya dapat masuk pada perguruan tinggi. Sangat terasa perbedaannya bagi siswa yang diajarnya. Tapi dalam perbedaan itu tentu saja masih ada tanggung jawab atas apa yang diembannya sebagai guru. Well, saya masih sering mendengar bahwa masih ada guru-guru yang korupsi waktu, ya, tidak mengajar saat waktunya mengajar dan juga seringkali merokok di dalam kelas. Entahlah, saya heran di mana tanggung jawab moral seorang guru. Terlepas dari itu semua, saya suka kata-kata guru Jung, kira-kira begini, “aku menjadi guru karena memang ingin menjadi guru,” dia berkata sambil tersenyum. Dan ini sungguh membuat saya (bertambah) ingin menjadi guru, hehe setidaknya menjadi guru untuk anak-anak saya nanti #plaak.
                Murid-murid. Kalau cerita masalah ini sih, yayaya kita semua pernah merasakan pasti, karena kita pernah menjadi seorang murid di dalam suatu kelas yang isi kepalanya berbeda-beda. Tapi dalam drama ini, seringkali ceritanya adalah perkelahian antar siswa laki-laki. Hehe keren kok, tinju meninju, tendang menendang, dan darah kemana-mana -__- Ya sud, lihat sendiri saja. Mungkin kalau di daerah saya (jember –pen) tidak ada yang siswa yang begitu, atau mungkin ada tapi saya tidak tau. Tapi kalau sudah membaca novel Tak Sempurna –Fahd Djibran, pasti akan tau kalau hal-hal begitu pasti ada. Aha pasti! Ya, di daerah ibu kota sana, tawuran lebih tepatnya.
                Murid-Guru. Engg, hehe saya bingung mau nulis apa heuheu. Skip.
                Sistem pendidikan. Well kalau bicara ini bisa panjang. Saya juga belum baca tentang kurikulum 2013 yang baru ini, masih belum bisa komentar bagaimananya. Tapi kalau mau dikatakan, tentang pengalaman saya bersekolah 12 tahun lamanya dan berlanjut sampai kuliah ini, sistem pendidikan di negara ini hanya bisa memunculkan mindset : sekolah untuk mendapatkan nilai, mendapatkan ijazah, mendapatkan gelar, dan bekerja! Bah. Padahal menurut saya, sekolah itu yang benar, adalah untuk mengais ilmu. Kalau mau dikenang, tentu bukan saat belajarlah yang bisa diingat, tetapi pada saat bermain dengan teman-teman di kelas, pada saat kegiatan ekstrakulikuler dan kegiatan lainnya. Ilmu? Entahlah. Well tentu tidak semuanya begitu, tapi saya pribadi begitu. Sekolah, sistem dalam sekolah seakan menuntut kita memiliki nilai setinggi langit lalu bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di lembaga ternama. Ah, padahal apalah artinya itu semua jika sebenarnya tidak ada ilmu yang nyantol, dan didapatnya nilai excellent itu dengan cara-cara yang tidak tepat (atau lebih tepatnya dikatakan salah : menyontek dll). Apa yang harus diubah? Semuanya! Ya semuanya menurut saya. Seluruh sistem dan tentu saja, mentalitas sejak kanak. Mau jadi Guru?? Saya mau

Secara keseluruhan, bisa dirasakan bahwa pesan dari drama ini (yang saya dapat) adalah, seberapa besar masalah yang kita hadapi, asal kita terus berusaha untuk menjalaninya, masalah-masalah itu hanya jalan untuk kita menjadi kuat, dan hey! untuk apa hidup jika tidak untuk dijalani dan dinikmati :)
                
sumber gambar : 
gambar 1
gambar 2

                         

0 comments:

Post a Comment