Pukul dua belas tepat, ditandai dengan jingle radio yang menggaung saat pergantian jam. Siang yang panas,
ditemani oleh kipas angin yang sudah berpuluh menit berputar menghembus udara
yang diam, pengap. Musim penghujan sudah datang, tapi entah mengapa malah udara
panas yang betah singgah.
Sang Lelaki menyodorkan segelas jus jambu dingin pada
Wanitanya. Wanita yang sesaat lalu mematikan televisi di depannya itu lantas
tersenyum.
“Jalan-jalan, yuk?” tanya sang lelaki sambil meletakkan kaca
matanya di atas meja kayu di depannya.
“Hmm, enggak yuk?” jawab sang wanita, santai. Sang Lelaki
tertawa
“Kenapa?”
“Entah, rasanya tidak ingin berbuat apa-apa.”
Mereka pun diam. Menghela napas. Sebenarnya sang lelaki juga
tidak ingin pergi ke mana-mana, mengingat cuaca yang sedang panas-panasnya, dan
akibat yang mungkin terjadi adalah sore yang basah, hujan deras.
“Kau tau, rasanya aku butuh cita rasa dasar,” kata sang
wanita, setelah meneguk jus jambunya hingga tersisa setengah dari volume
semula.
Sang Lelaki menjawab sambil memejamkan matanya, membiarkan
angin bertiup di kelopak matanya yang lelah, “rasa apa yang kau inginkan?”
“Apa saja, entah manis, asin, asam, pahit, atau mungkin
umami?”
Kontan Sang Lelaki tertawa, entah untuk alasan apa, “asal
tidak hambar, begitu saja?”
Sang wanita mengangguk takzim, merasa Lelakinya kali ini
begitu mengerti apa yang ia maksudkan. “Aku ingin apa saja, rasa apa saja,
terlalu hambar begini jadi aneh. Tak ada yang sedang ku nanti, tak ada yang ku
harapkan, tak ada yang ku sesalkan, tak ada yang menyebalkan, tak ada apapun
yang membuatku berasa.”
Lelaki penyabar itu kembali tersenyum, kata-kata yang ingin
ia utarakan kembali ia simpan. Membiarkan wanitanya merenung sendiri, tanpa
merasa diabaikan.
“Mungkin, karena ini kita tak boleh berhenti makan.”
“Ya, mungkin karena itu kita tak boleh berhenti makan, salah
satunya supaya kita terus merasakan. Tapi bukankah kita memang tak berhenti
makan? Barangkali memang apa yang kita makan belakangan ini tak memiliki
prekursor yang sanggup menciptakan rasa.”
“Ya, barangkali,” tanggap Sang Wanita.
“Mungkin, kita perlu ‘makanan’ yang baru, untuk mengecap
rasa yang lain. Atau sekedar mereformasi pola pikir kita, bahwa makanan kita
saat ini tidak sehambar yang kita kira.”
Sang wanita tersenyum, “yuk, kita cari kegiatan baru?”
“Boleh, yang membuat kita merasakan sesuatu? Yang bermanfaat,
karena setiap yang kita makan tidak hanya memberikan rasa, tapi juga akibat
pada tubuh kita, begitu?”
----------
Sudah lama sekali saya tak menulis tentang mereka
rasanya.....
Saya sedang butuh lima
cita rasa dasar.
0 comments:
Post a Comment