Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Sunday, January 5, 2014

Tentang Rindu



Tentang Rindu

Bicara tentang rindu dimalam minggu.

Membaca rangkai kata dari insan yang ditunggu racauannya, ditulisnya tentang rindu. LDR katanya. Long Distance Relationship. Rindu pada sebagian tulang rusuknya di seberang pulau, sementara dia di pulau lainnya, yang berbeda bahasa dan warna kulitnya.
Lalu berkaca ku pada cermin tak kasat mata. Tidakkah aku rindu? Bayangan menamparku. Rindu pada siapa? katanya.

Berkacak pinggang aku bicara, rindu pada yang kurindu yang masih tanpa nama, bukankah aku dan dia juga berada dalam hubungan jarak jauh? Dia terdiam, mengamini sepertinya. Aku merindukannya, merindukan kehadirannya yang sungguh aku tak tau pernahkah kutemui. Aku merindukannya, merindukan ceritanya yang benar-benar aku tak sanggup menerka, pernahkah aku dengar sedikitpun tentangnya, tentang apapun yang pernah dia bicarakan. Aku merindukannya, seseorang yang aku tak sanggup bayangkan sedikitpun.
Rindu adalah tentang perjodohan dengan seorang Cinta, yang tak pernah sanggup bersama. Rindu ada saat Cinta menjauh, lalu Rindu pergi saat Cinta didekap. Rindu adalah tentang puisi pertemuan Cinta dan Sakit. Rindu, adalah rindu itu sendiri. Lalu rinduku rindu yang mana?

Geseran, gesekan dan getaran, gaya-gaya bermunculan. Tanpa kutau ku tulis apa, ada setitik harap muncul sebuah nama, yang seringkali datang saat ku hilang sadar, atau sadar muncul perlahan. Lalu senyum menjelma menjadi hantu di kamis malam, saat ketakutan akan sesuatu yang sungguh tak begitu penting. Sebuah nama, yang kadang memaksa untuk membenci, sebuah nama yang kadang memaksa untuk dirindu. Tidak, ini hanya sebuah kata.

Puisi menari di latar sepi, menyanyi di kolong sunyi, dan berteriak di panggung hujan. Puisi berubah wujud menjadi cerita-cerita, pertumpahan nada, dan prosa-prosa. Yang sebenarnya hanya satu rima, yang tak sanggup dibaca, yang ditulis untuk tak bisa dibaca. Rindukah?
 
Mengutuk sepasang langkah kaki yang berjalan bersama di pelupuk bola mata, lantas tertawa untuk diri sendiri. Aku adalah raja, kataku sombong dan angkuh. Aku sembunyikan yang ku miliki, dan aku tak peduli jika yang kumiliki pergi. Lalu bayang-bayang mulai mengabur. Bukankah aku tak miliki apa pun bahkan diri sendiri?

Malang. Sabtu, 4 Januari 2014 . 20:15

0 comments:

Post a Comment