Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Saturday, August 24, 2013

Let me cau. Racau

"Hey kenapa?" Dia mengacaukanku tiba-tiba. Kupandangi rambutnya yang kian panjang dan tak terurus, badan birunya masih sama.
"Kenapa memang?" jawabku dengan tanda tanya.
"Kau tanya aku, aku tanya siapa?" Dia menggaruk-garuk kepalanya, aku tertawa.
"Aku sedang kesal." Dia menatapku.
"Aku kesal dengan diriku sendiri, sudah membuat suatu keputusan dan aku rasa itu keputusan yang salah."
"Bagaimana kau bisa mengatakan itu keputusan yang salah?"
"Entahlah, aku sudah menimbang bagaimana resikonya dan tau seberapa buruk dampaknya, pada akhirnya meski aku sudah memilih tetap saja aku tak bisa menahan pikiranku sendiri terhadapnya."
"Memangnya itu keputusan apa sih?" Semakin tajam dia menatapku.
"Ah kau tak perlu tau. Aku kesal pada diriku sendiri kenapa semakin lama semakin payah."
"Heh! Kau sudah bertambah tua, apa yang kau pikirkan belum tentu benar, jika kau terus saja memikirkan apa yang belum tentu terjadi buat apa? Lagipula, menyesal terhadap suatu keputusan itu apa untungnya?"
Aku diam saja. Memang tak ada gunanya. Malas beradu argumen, aku diam saja.
"Sudahlah, kalau kau memilih terus begini, siapa yang akan membahagiakanmu? Seperti yang sering kau bilang, tertawa saja maka seluruh dunia akan tertawa denganmu jangan bersedih karena kau hanya akan bersedih sendiri. Bahagia itu keputusan juga kan?" Dia menepuk-nepuk punggungku, tersenyum memamerkan gigi putihnya. Aku masih diam saja, memandang langit jauh di hadapanku.

Friday, August 16, 2013

Merah Putih

Merdeka!
17 Agustus
Kata Merdeka akan banyak dipekik dan diketik hari ini. Dan sepanjang bulan kedelapan ini. Merdeka
Lagi-lagi kata itu akan banyak dibaca, didengar, dan digaung-gaungkan. 

Sebenarnya...
Buat apa ucap merdeka, jika penderitaan jelas masih diternakkan oleh makhluk spesies yang sama?
Buat apa ucap merdeka jika kejujuran masih dipenggal di lidah sendiri?
Buat apa ucap merdeka lantang, jika ternyata sadar tak sadar telah jadi hewan pengerat berwujud manusia?
Buat apa ucap merdeka, jika nyatanya hanya ingin dicap nasionalis?
Benarkah bangsa kita sudah merdeka?
Benarkah negara kita sudah merdeka?
Benarkah diri kita sudah merdeka?
..dari kemunafikan,
..dari belenggu keangkuhan,
..dari penjara keegoisan,
..dari ketidakpedulian.

Monday, August 5, 2013

Titik (dan) Sudut

Dentang jam riang berbunyi menunjukkan pukul 11 malam. Angka 23:00 dalam jam digital Lelaki itu tak menghentikan kegiatannya, menonton siaran pertandingan sepak bola klub favoritnya. 10 menit lagi dan pertandingan ini usai, batinnya. Refleks Lelaki berkaus putih itu menoleh ke arah jendela di mana ada Wanitanya sibuk mengamati sesuatu. Lelaki itu menggelengkan kepalanya.
"Yeah!" Dia mengepalkan tangannya, kecintaannya pada klub itu tak pernah tergantikan sejak ia masih berseragam putih merah. Lalu dia menghampiri wanitanya yang masih tak beranjak dari meja di dekat jendela. "Ckck, mau ku ajari main rubik kah? Kok sedari tadi cuma gantian melihat rubik, bola kecil ini sama jendela?" Wanita itu hanya menggeleng.
"Ada apa? Ingin keluar kah? Masih suntuk dengan kejadian tadi siang?" Wanita itu lagi-lagi menggeleng.
"Ternyata semua berawal dari titik ini," Sang Wanita menunjuk salah satu sudut rubik itu.
"Apanya?"