Satu topik yang sering dibicarakan di kalangan mahasiswa (yang buka buku terus setelah tutup buku, akakakak) seperti saya adalah topik satu ini : MENDINGAN (MENIKAH DENGAN PASANGAN/TEMAN).
Beberapa teman saya menikah tahun ini, tiga teman baru di jenjang pascasarjana menikah bulan Januari lalu, dan dua lainnya menikah di bulan Juli kemarin. Tidak heran sih, mereka memang beberapa tahun lebih tua dibanding saya. Tapi ada juga teman seangkatan saya di Sekolah Menengah Atas yang juga sudah menikah tahun ini. Iya seumuran.
No, jangan beranggapan saya iri. Nope. I don't. Not yet. Ekekek
Saya cuma kagum, hebat. Teman-teman saya berani membuat sebuah komitmen luar biasa. Menikah menurut saya adalah perjanjian seumur hidup, pengukuhan komitmen, persaksian yang juga disaksikan penduduk langit. Uhh beraattt.
Sunday, September 4, 2016
(B)utuh
“Apalah arti dari kata-kata yang kau rangkai itu?” protes
pertamamu hari ini. “Hanya untuk sedetik saja kau resapi lalu kau uapkan hilang
dengan suhumu yang sudah keterlaluan itu?” sarkasmemu yang keterlaluan.
“Apalah arti dari semua yang kau karang itu?” protesmu yang
kedua.
Aku mendengus kesal. Bukan padamu, lebih pada diriku
sendiri.
Tapi rupanya kau menyangka aku kesal padamu. Merah padam
mukamu itu. “Aku begini karna aku peduli padamu, sudah bermingu-minggu dan
perkembanganmu nihil. Kau tau kau membuang begitu banyak waktu yang berharga!”
“Aku tau!” bentakku. Aku ingin kau diam. Aku sedang lelah
beradu kata.
“Kau tau, tapi terus begitu. Kau hanya menghabiskan detik-detikmu
demi kesenanganmu. Kau abaikan semua tugas dan hal yang harus kau kerjakan
tuntas.”
Baiklah, aku tau kau
kecewa padaku. Sama, aku juga kecewa pada diriku sendiri.
Subscribe to:
Posts (Atom)