Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Saturday, February 25, 2017

Di balik kelopak mata


“Aku ingin menemukan cinta seperti itu,” katamu, memecahkan sepi yang mendadak ada setelah ku bercerita sekian bab cerita pilu. Tentang pertemuan dan perpisahan, tentang senyum dan air mata, tentang paradoks dan kontradiksi yang selalu beriringan.
 
“Cinta sejati?” tanyaku, memancingmu. 

“Benar!” serumu, sambil tersenyum dan bersemangat. 

“Coba cari saja di dalam lemari, di atas meja, atau di bawah kolong kasurmu. Siapa tahu ketemu.” Asal saja ku jawab seperti itu. 

“Ah kau pikir aku mencari kecoak?”

Aku tertawa terbahak. Tak menyangka jawabanmu seperti itu. Lalu kau diam, mencipta hening panjang lagi. Aku datang ke tempatmu bukan untuk membuatmu berpikir, tapi sengaja untuk mencipta senyum di raut mukamu yang telah lama mendung. Meski tak kelabu. 

“Bukankah cinta itu selalu ada di balik kelopak matamu?” tanyaku, mencoba memutus hening.
Kau mengernyitkan dahimu. Membentuk tepat tiga lipatan pada dahi dan alismu yang seakan menyatu. Aku suka raut wajah itu. 

“Cinta itu selalu ada di balik kelopak matamu. Kau tak pernah menemukannya? Atau tak sengaja bertemu dengannya di balik kelopak matamu?”

Lalu kau buru-buru mencari cermin terdekat, dan hanya kamera handphone yang bisa kau raih. Bercermin dengan polosnya dan entah apa yang kau cari. Apa itu cinta menurutmu? Sebuah titik yang kau kira kau kan temukan di balik kelopak matamu, seperti apa yang ku bilang tadi? Atau sepanjang benang yang bersarang antara iris dan pupilmu? Kini kau cemberut, kau pasti menyangka aku bercanda. Aku tersenyum melihat bibirmu yang sengaja kau manyunkan. Ah, aku juga suka raut wajah itu. 

“Tidak, sayang, kau tidak akan temukan dengan bercermin. Kau hanya akan temukan cinta yang sesungguhnya saat kau memejamkan matamu. Saat lekukan kelopak mata itu sempurna menutup lensa matamu. Hingga tidak ada gambar yang terlihat dalam retinamu. Sempurnalah cinta bisa kau lihat. Tepat di titik buta itu, sengaja cinta bersemayam. Selalu. Terjaga saat kau tutup matamu. Dan tentu, saat kau buka hatimu..”

Dan kau tak repot-repot menutup matamu. Kau hanya memandangku, membeku, dengan ekspresi itu. Saat kau kebingungan harus menjawab atau merespon apa atas kata-kataku. 

Dan aku? Aku masih suka ekspresi wajah itu... 

Kau terlalu candu. 

--------
terinspirasi dari percakapan tentang tjinta - lemari - dan kecoak

0 comments:

Post a Comment