(koleksi pribadi dari bawang penelitian) |
Aku
dipaksa berkenalan. Maka kuberanikan diriku. "Hai," sapaku, kaku. "Hai,
aku bawang merah," katamu, riang. "Onion?" tanyaku sok tahu. "Bukan,
salah! Aku shallot." Lalu kita mulai saling mengenal. Kau labil, aku
juga. Kau susah ku cari, aku mudah menghilang. Tapi aku tak mau lari,
maka kau terus ku kejar, meski lambat.
Sudah sekian lama, maka ku beranikan diri bilang.
"Aku mencintaimu," kataku, malu. Cinta tapi begini. Cinta tapi begitu. Sebenarnya, supaya ku kuat terus bertahan. Lama tak terdengar, kau jawab pelan, "aku juga mencintaimu."
Aku
terdiam, benarkah itu? Kau tau artinya raut wajahku yang ragu, maka kau
katakan "aku mencintaimu, tapi tetap membuatmu menangis? Maaf. Tapi
sesungguhnya itu bukan sepenuhnya salahku. Kau juga harus tau, bagaimana
harus menghadapiku. Bukankah sudah lama kita saling mengenal? Harusnya
kau lebih paham."
Aku terdiam. Serasa ditampar. Ya, aku yang seharusnya lebih paham.
Tetap
saja, boleh ku katakan lagi? "Aku mencintaimu. Mari membuat kisah cinta
yang lebih cantik lagi. Ah maafkan aku." Kataku. Lalu kau tersenyum.
Keluar tunasmu, matilah aku. Lagi-lagi, aku yang salah. Ah, aku bisa
apa? Oh, lagi-lagi.