Takut-takut kau nyalakan sebatang lilin yang kau
punya
Dalam sudut yang kau anggap tak berbahaya
Kau lindungi dari angin dan hembusan napasmu
sendiri
Seakan kau lupa
Lilin hanya punya segaris sumbu
Yang panjangnya tak seberapa, dibandingkan
ketakutanmu yang sempurna
Kau berjalan maju, tapi pikiranmu mundur, kembali
pada beberapa jam lalu. Saat amarah menguasaimu, tapi kau padamkan seketika
saat bertemu dengan amarahnya. Pertanyaan itu kembali bermunculan dalam
kepalamu. Pernyataan-pernyataan itu kembali hadir setelah tidur pulasmu. Aku
tau, kau tak sekuat itu. Kau rapuh, kau bisa marah, tapi kau benci mengeluarkan
air mata di depan mata lainnya. Maka, ketika merah sembab kedua matamu, aku
bisa paham. Kau menangis semalaman, hanya karena menjaga perasaan orang lain,
sementara hatimu sendiri berdarah.
Apa kau sanggup terus bertahan
Sementara serangan terus mematikan
0 comments:
Post a Comment