Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Wednesday, June 13, 2012

Paradoks dalam kereta

Terlalu banyak hal-hal yang saya pikirkan saat menaiki kendaraan umum, selain tidur tentunya, hobi saya adalah melihat pemandangan di luar kereta. Kesamaan antara luar dan dalam kereta adalah hal-hal paradoks yang tersimpan dalam wajah-wajah yang berbeda. Pemandangan.

Saya bisa melihat kegagahan gunung, yang ya walau saya tak tau itu gunung apa. Saya bisa melihat sawah sawah dengan mawar merah yang diselingi sedap malam. Dan tiba tiba pemandangan itu berubah menjadi rumah-rumah penduduk, dengan sampah yang berserakan di dekat lahan kanan kirinya. Akankah pejuang bumi berslogan 'lets go green' akan menjangkau lahan-lahan penuh sampah ini untuk dibersihkan? Atau mungkin sampah-sampah itu akan mengalami perjalanan panjang menuju sebuah materi yang nantinya akan menjadi suatu subject mata pelajaran yang diajarkan di sekolah-sekolah? 300tahun sampai satu juta tahun lagi-- sebagai asal usul minyak bumi? Ah ~ tapi bisakah plastik menjadi minyak bumi? Sungguh saya tak tau.

Kelelahan dengan perhatian yang disita oleh sinar matahari yang memancarkan kekuasaannya, pandangan saya beralih pada wajah-wajah paradoks di dalam kereta. Seorang wanita muda di hadapan saya yang sejak awal saya duduk, dia terus menerus mengalirkab air matany. Saya bukan Edward Cullen, seorang tokoh vampir dalam tetralogi Twilight, saya tak bisa membaca pikirannya. Sisi sok tau dan kepo saya muncul, menebak-nebak kenapa 'mbak-mbak' ini daritadi terus mengusapkan tisu pada matanya. Mungkin dia sedang rindu dengab kampung halamannya? Atau mungkin telah bertengkar dengan kekasihnya? Hemm entahlah, itu bukan urusan saya-- ternyata-- Dan tentang banyak wajah yang bersembunyi dibalik senyum, tawa dan mata sendu.

Mata sendu yang 'diciptakan' oleh banyak peminta-minta yang berjalan di antara bangku-bangku, mengulurkan tangan dan lain sebagainya, pikiran-pikiran lama saya muncul, tidak kuatkah mereka untuk sedikit membanting tulang demi pekerjaan layak yang lain? Atau terlalu tuakah mereka untuk bekerja keras? Saya bingung -- saya tak dapat jawaban. Entahlah saya lelah terus bertanya.

Suara gesekan roda dan rel menenggelamkan tawa dan isak tangis yang bersuara di dalam gerbong-gerbong kereta. Menenggelamkan rasa-rasa yang bercampur aduk di dalam otak saya. Tenggelam -- kehilangan daya -- mengapung -- dan mengalir :))

--090612:16.35--keretatawangalun

0 comments:

Post a Comment