Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Saturday, July 7, 2012

Mati rasa

berjalan santai tanpa beban, aku bertemu denganmu. Kau duduk meringkuk dalam sudut ruanganmu. Menggenggam sebuah lilin dengan cahaya yang kian cemerlang. Kau menatapku. Aku tersenyum. "Kau mau mengajakku pergi dari sini?" tanyamu yakin. Aku terdiam, tersenyum. Bukan, bukan iya jawabku. "Atau maukah kau membawa lilinku pergi?". Aku terdiam, tentu aku tak bisa mengajakmu pergi, idealismeku menahanku, teoriku runtuh, meski kau membuat segalany lebih mudah dengan lilinmu itu. Aku masih diam, dan kau hanya menatapku. Tak bisakah kau membaca mataku? Bacalah, karena aku tak bisa berkata-kata. Bahkan untuk menggeleng dan menganggukpun aku tak bisa. Jadi bacalah.

*ga jelas ya?* haha :D

2 comments:

Anonymous said...

aku bisa membawamu pergi walaupun lilin kita tak sama..
namun aku tak akan memaksamu untuk mematikan lilinmu dan berjalan bersama dengan lilin yang sama, pun kamu tak pernah memaksaku untuk meniup lilinku dan kemudian melangkah bersama dengan satu lilin milikmu..
lilin-lilin kita sungguh tiada lah berbeda, sama membara dan benderang :D

azzaitun said...

bukan lilinnya masalahnya ndut, tapi subjeknya. Masalah utama juga bukan dari situnya, tapi dari si tokoh "aku" karena tertahan idelaismenya sendiri. Mau maju tapi angkuh.. *tssaaah gayaku

Post a Comment