Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Sunday, September 8, 2013

ke mana-mana

ke mana?
ke dalam diri, terdekat yang terjauh.
"Apa kau pernah iri terhadap sesuatu atau seseorang?" tanya wanita itu, senyum mengembang di wajahnya. Keringat yang dingin terjun dari keningnya.
Lelaki di sampingnya mengipas wajahnya dengan daun. "Iri?" keningnya mengernyit, keringat membanjiri kausnya.
"Iya iri, aku sering iri pada beberapa orang di dalam hidupku."
"Kenapa harus iri?"
"Karna kadangkala mereka memiliki apa yang aku inginkan, atau seringkali di mataku mereka mendapatkan pencapaian yang lebih tinggi."
Sang Lelaki menawarkan daun kuning itu pada Wanitanya.
"Padahal setiap orang memiliki jalan sendiri, dan modal yang berbeda pula."
"Aha, jika mau diteruskan irinya ya akan jadi iri yang hebat. Kita diciptakan berbeda sedangkan menginginkan pencapaian yang sama, ya mana bisa."
"Iri tidak membawamu ke mana-mana." Lelaki itu terlentang di atas rerumput kering, angin malam berlarian kecil di atas wajahnya.
"Siapa bilang, entah itu iri, entah itu luka, itu akan membawa kita ke mana-mana."
"Ke mana? Neraka?"
"Bisa jadi, kalau iri itu hanya sekedar benci. Tapi kalau iri itu diubah menjadi energi positif di mana kita bisa melakukan hal yang lebih besar ya beda lagi kan?"
"Hahaha, iya, kalau cuma iri tapi doing nothing dan hanya merutuk saja apa gunanya?"
"Seringkali saat iri, aku menyalahkan Tuhan mengapa aku diciptakan begini, mengapa aku tidak begitu, mengapa dan mengapa. Tapi ternyata itu tak mengubah apa pun ya, justru kita tak akan bahagia."
"Lalu biasanya apa yang kau gunakan untuk mengobati sakit itu?"
"Obat paling murah dan mudah didapat, bersyukur atas apa yang sudah ku dapat dan akan ku dapat nantinya. Ternyata pencapaian tertinggi bukanlah soal materi, bukan juga soal popularitas, tapi pencapaian itu adalah kebahagiaan. Apa kau bahagia malam ini?"
-----
baru saja saya iri, lalu tidak saya teruskan. ternyata iri bikin lapar.
Selamat malam menjelang pagi

0 comments:

Post a Comment