Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Thursday, September 22, 2011

KESAKTIAN KATA


Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, remaja di era ini membutuhkan filter yang kuat untuk mempertahankan apa yang sudah benar dan menjauhkan diri dari apa yang seharusnya tidak dilakukan. Banyak media yang dapat menjadi sarana untuk mengarahkan remaja untuk tetap berpegang teguh pada pendirian yang benar. Salah satunya adalah dengan karya sastra novel.
Negeri 5 Menara adalah salah satu novel yang berisi sebuah cerita yang jarang ada di dunia karya sastra. Novel yang diangkat dari kisah nyata ini sangat membangun karakter remaja. Berisi tentang kehidupan seorang remaja yang melanjutkan studinya di Pondok Pesantren karena kemauan dari orang tuanya, bukan dari kemauannya sendiri. “Berawal dari sebuah keterpaksaan dan berubah menjadi kesyukuran”, begitulah sang penulis menggambarkan perasaannya setelah menjalankan kemauan dari kedua orang tuanya. Padahal biasanya, pada saat-saat remaja adalah saat dimana keegoisan seseorang sangat tampak dan dominan, tapi Alif pada tokoh ini menunjukkan kebesaran hatinya untuk menerima keinginan dari orang tuanya, menanggalkan keinginannya sendiri untuk bersekolah di SMA. Bukankah baik apabila setiap remaja memiliki mental seperti itu, mengetahui bahwa orang tua memilihkan yang terbaik bagi kita. Tak mungkin bukan, kedua orang tua kita menjerumuskan kita pada hal-hal yang tidak baik.
Novel luar biasa ini dibuka dengan kesaktian satu kalimat berbahasa Arab “Man Jadda Wajada” yang berarti siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil. Kalimat sederhana yang  juga mampu membius hati pembaca. Benar bukan, siapa yang bersungguh-sungguh pada apa yang dikerjakannya, maka dia akan memperoleh keberhasilan. Inilah inti dari novel Negeri 5 Menara ini. Kadang tiap insan memerlukan kalimat-kalimat dalam hidupnya untuk dijadikan sebagai motto, seperti halnya “Nothing Impossible”, “Man Jadda Wajada” memiliki kekuatan besar untuk membangkitkan seseorang yang kehilangan semangat, membuka mata bahwa kita harus bersungguh-sungguh dalam menjalani sesuatu dalam hidup. Ada banyak hal yang ingin kita raih dalam hidup ini, banyak impian dan keinginan yang dicita-ditakan, dan tak semudah membalikkan telapak tangan untuk meraihnya, kadang tikungan-tikungan tajam dalam perjalanan dapat menjatuhkan kita, itulah fungsi sebuah kalimat sebagai pengingat, pembangkit dan penyemangat agar kita melanjutkan perjalanan untuk meraih cita-cita.
Kalimat demi kalimat yang ditulis memerintahkan setiap insan di bumi ini untuk terus menuntut ilmu, hanya karena Allah SWT. Bahkan ada kalimat “Beruntunglah kalian sebagai penuntut ilmu karena Tuhan memudahkan jalan kalian ke surga, malaikat membentangkan sayap buat kalian, bahkan penghuni langit dan bumi sampai ikan paus di lautan memintakan ampun bagi orang yang berilmu”, tidakkah luar biasa kekuatan ilmu yang dimiliki setiap insan. Ilmu lebih mahal dari harta, ilmu tak bisa dicuri, tapi harta bisa. Ilmu semakin diamalkan maka semakin kaya, tapi harta tidak. Ah, apa jadinya hidup tanpa ilmu, seperti halnya melakukan perjalanan tanpa bekal apapun.
Tak hanya kalimat-kalimat menawan yang disajikan, tapi isi dari cerita semakin lama semakin menarik, pentingnya sebuah kedisiplinan, itu juga ada di dalam novel ini. Penulis menceritakan bahawa murid tahun pertama di Pondok Madani ini diberitahukan tentang qanun, yaitu aturan disiplin di Pondok ini. Hebatnya, qanun ini tidak tertulis, hanya dibacakan sekali saat hari pertama murid Pondok masuk. Setiap apa yang melanggar isi qanun itu akan mendapatkan konsekuensi. Jarang sekali bukan ada peraturan tidak tertulis di sebuah organisasi maupun negara. Qanun ini membuat setiap murid menyerap apa isi qanun, memasukkannya pada hati masing-masing, dan mematuhinya. Alangkah hebatnya jika bangsa ini memiliki peraturan tak tertulis yang seperti itu. Apa gunanya memiliki berlembar-lembar peraturan tapi tak ada satupun yang ditaati.
Membaca lembar demi lembar Negeri 5 Menara membuat mata semakin terbuka, membuat semangat kian membakar untuk menuntut ilmu, jangan takut merantau untuk menuntut ilmu, terjanglah jarak untuk mencari apa yang sangat kita butuhkan dalam hidup yaitu ilmu. Bahwa mempelajari bahasa adalah salah satu kunci untuk mencari ilmu ke penjuru dunia. Dan niat saja tak cukup untuk perbekalan menuju kesuksesan untuk mencapai cita-cita, tapi ketekunan juga adalah hal yang sangat penting. “Saajtahidu fauqa mustawa al akhar” bahwa aku akan berjuang dengan usaha di atas rata-rata yang dilakukan orang lain.



0 comments:

Post a Comment