Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Saturday, January 21, 2012

Kereta dan stasiun, sebuah paradoks

Aneh memang, kereta dan stasiun dikatakan paradoks, berlawanan. Tapi entah mengapa saya berfikir seperti itu, why? 

Mereka berdua berdiri pada posisi yang sama, sebagai media perhentian dan sebagai media pendistribusian, sebuah kerja sama yang hebat antara keduanya, tanpa kereta, sebuah stasiun tak akan pernah disebut stasiun, ya walaupun tanpa stasiun pun kereta tetaplah kereta. Bukan sebuah hubungan yang terlalu baik, tapi selalu berjalan harmonis. Kita perlu pergi ke stasiun terlebih dahulu untuk naik kereta dan barulah ‘terbang’ ke tempat lain.

Stasiun dan kereta amat berlawan di mata saya, pandangan ini muncul saat kemarin (19/01) saya pulang ke kota kecil saya dengan menumpang kereta Tawang Alun jurusan Malang – Banyuwangi. Stasiun menurut saya merupakan tempat yang menyedihkan, tempat yang biasanya mengantarkan kepergian seseorang ke satu tempat ke tempat lainnya, atau tempat yang amat membahagiakan, karena menjemput orang-orang yang datang dari tempat lain dengan sejuta euphoria. Sementara kereta? Saat kerabat-kerabat di stasiun menangis, sedih dan kehilangan, justru sebaliknya, seseorang yang berada di kereta memiliki semangat yang besar untuk terus menjalani hidup, dengan menggenggam mimpi dan terus melangkah meraihnya.

Dan kita, yang pulang pergi dengan menggunakan kereta, biasanya mimpi dan impian itu muncul saat kita sendiri di dalam kereta, merangcang sebuah langkah besar  untuk menyusuri  perjalanan panjang sampai tujuan, tapi kita harus tetap mempertahankan mimpi-mimpi itu, menghidupkannya tidak hanya sekedar sampai stasiun pemberhentian di kota baru itu. HAMASAH :)

*rasanya tulisan saya gak karuan *

0 comments:

Post a Comment