Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Tuesday, January 10, 2012

Something about UAS H-1

Koniciwa everybody !
                 
Minggu ini adalah pekan UAS bagi mahasiswa Universitas Brawijaya. Dua pekan menegangkan (kalau mau dibuat tegang) dan dua pekan serius (harus dibawa serius).

Kemarin (09/01) adalah hari pertama UAS, mata kuliah pertama yang diujikan adalah mata kuliah inti menurut saya, Pengantar Ilmu dan Teknologi Pangan. Saya sudah mempersiapkan ini sejak beberapa hari sebelumnya, ya walau hanya sekedar merangkum sekian ratus slide, setidaknya saya membaca. Entah mengapa rasanya malas sekali mau ‘getol’ belajar. Pada hari H ujian, seperti biasa saya tidak pikir panjang untuk memilih tempat duduk. Asal tidak terlalu belakang, it’s OKe dimana aja boleh. Dan saya langsung memilih tempat duduk di depan pengawas dekat pintu masuk (dan juga pintu keluar).
                
Pada menit-menit awal, perjalanan mengerjakan soal lancar-lancar saja, saya mengerjakan langsung ke nomor 4, lalu baru nomor 2. Pada saat On the way inilah ada gangguan yang menyita perhatian saya, dua pengawas di depan saya asyik sekali mengobrol, astaga dasar wanitaaaaa. Sedikit banyak tentu saya dapat merekam apa yang mereka bicarakan, bicara tentang kehamilan, keuangan, ngegosip, ah apalagi saya tak tau. Pada saat mengerjakan soal ujian dan butuh konsentrasi tinggi untuk memanggil kembali apa yang sudah dihafalkan, tentu ini bukan hal yang mudah untuk diabaikan. Rasanya saya ingin sekali berkata pada mereka berdua “maaf Bu, saya butuh konsentrasi” walau nyali untuk mengatakan satu kalimat itu ada dan besar sekali, tapi saya mengurungkan niat saya. Saya hanya mencoba menatap mereka berdua, menatap setajam yang saya bisa, berharap mereka tersindir dan menghentikan obrolannya, tapi nyatanya hasilnya NIHIL!
                
Oh God, dongkol setengah mati memang, saat itu yang ada di pikiran saya hanya bagaimana caranya memarahi mereka, dan akhirnya pada satu titik, saya sadar : Kenapa saya harus memfokuskan pikiran saya pada dua makhluk di depan saya ini, kenapa tak memfokuskan diri pada dua lembar kertas buram di meja saya saja. Masih banyak yang belum sempurna pada jawaban-jawaban saya, dan masih ada satu nomor yang masih kosong. Well akhirnya saya mencoba mengabaikan suara-suara makhluk-makhluk itu. Saya tak ingin usaha saya selama sekian hari harus dirusak hanya oleh satu gangguan kecil yang ‘sebenarnya’ bisa diatasi.
                
Dari sinilah saya sadar akan suatu hal yang kadang kita lakukan dan seringkali kita tak menyadarinya. Dalam usaha kita untuk mencapai sesuatu, seringkali kita hanya membuang-buang pikiran kita terhadap apa yang ‘mengganggu’, bukan memfokuskan penuh pada apa yang seharusnya kita usahakan dengan maksimal. Kadang kita perlu bersikap selayaknya orang tuli yang tak bisa mendengar apapun, mengabaikan segala hal yang tak perlu kita perhatikan.
                
Hari pertama UAS sudah saya lalui dan sejujurnya saya tak puas dengan apa yang sudah saya kerjakan. Seharusnya saya bisa lebih dari itu. Tapi seperti biasa, sama seperti bertahun-tahun ini, saat saya menyesal dan menghadapi suatu kekecewaan terhadap diri saya, saya membisikkan sesuatu di dalam otak saya : ‘Mengapa harus terus menyesal terhadap sesuatu toh itu sudah terjadi dan tak dapat dirubah, Yang terpenting adalah usaha untuk menjadikan yang esok lebih dari hari ini, dan hari ini lebih dari kemarin.’ Itu adalah sesuatu yang membuat saya menghembuskan api kecewa dan menghirup semangat saya kembali, cara simple saya menyemangati diri sendiri. Kalau bukan saya, sapa lagi yang akan membangkitkan seorang Olivia Yofananda? Overall, SUKSES buat UAS !!

0 comments:

Post a Comment