Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Monday, January 30, 2012

Juluran Tangan : hal yang biasa

Hari ini saya bosan sekali di rumah, bangun tidur buka penutup saji di meja makan dan tadaaaaaaaaa makanan sudah tersedia. Wah rasanya indah sekali dunia ini, hehehe. Tapi ya ya, ini membuat saya bosan, kenapa? Karena rasanya tak ada lagi yang bisa saya kerjakan, walau ada yang saya kerjakan pun rasanya saya malas hahaha. Oh Tuhan ampuni hambamu ini. 

Setelah adik kecil saya pulang sekolah (Playgroup) barulah saya mengajak mama saya keluar, ya cuma sekedar jalan-jalan boleh lah ya. Awalnya sih berencana membeli kain, tapi batal juga mencari kain ini. Dan akhirnya malah ke matahari dan entah juga mau ngapain. Setelah di matahari dan mbulet gak karuan daaaaan tidak mendapatkan apapun – karena gak ada duit— haha ya sudah akhirnya kami turun untuk pulang. Sebelum benar-benar pulang kami berdua makan kue dulu di pinggir jalan, dan tiba-tiba ada seorang bapak-bapak yang lumayan tua (bukan sangat tua) yang mengucapkan salam kepada kami sambil menjulurkan tangannya. Saya hanya menatapnya, bingung. Dan setelah beliau pergi baru mama saya berkata “itu ngemis lho”. “hmm iya masih seger gitu, padahal masih bisa kerja ya Ma” jawab saya. Seketika itu saya berpikir.

Kalau dilihat sekarang ini memang banyak sekali rasanya yang begitu, padahal masih pada usia produktif dan ya, mereka aktif dan produktif dalam dunia pengemisan. Apa benar-benar tak ada lapangan pekerjaan yang sanggup menampung masyarakat saat ini? Atau memang masyarakatnya yang tidak mempunyai bekal untuk hidup di dunia kerja yang sesungguhnya (bukan bekerja untuk meminta-minta)? Well saya tak tau jawabannya.

Miris memang kalau melihat pemandangan ini, tapi rasanya sejak kecil kita sudah dibiasakan melihat pengemis dimana-mana, di pertokoan, di area peribadatan, bahakan di rumah kita sendiri ! rasa iba itu hanya satu dua kali saja muncul, selebihnya dengan mudahnya kita bilang “maaf”. Ini salah kita? Salah mereka? Atau salah Negara? Entahlah.

Bahkan saya pernah mendengar tentang isu-isu di kalangan-kalangan ini, yaitu mereka-mereka bahkan ada yang rela menyewa bayi atau balita untuk digendong-gendong ya untuk menumbuhkan iba yang lebih besar. Ah, bagaimana ini? Apa mereka-mereka benar-benar tak bisa bekerja? Atau bahkan tak memilki keterampilan sama sekali? Saya tak tau.

Saya pribadi sampai detik ini hanya bisa mengkritik, memprotes, memaki, dan terus mengasihani, hanya sekedar itu, no more. Saya hanya ingin bertanya, mana peran Negara ini yang katanya akan memelihara fakir miskin dan anak terlantar? Sampai saat ini belum pernah saya  melihat ada upaya dari pemerintah yang bisa mengurangi jumlah fakir miskin dan anak terlantar ini. Miris. Suatu saat saya ingin benar-benar turun. Benar-benar terlibat dengan dunia itu dan mengurangi pengemis-pengemis dan juga anak terlanjar di Negara ini. Bisakah? Pasti bisa !

Sekarang, apa yang bisa kita lakukan? Hanya meletakkan tangan kita di atas dan membiarkan tangan mereka terus dibawah? Atau berusaha menjabat tangan mereka hingga mereka juga bisa berbuat sebaliknya, membiarkan tangan mereka di atas? Tentu saja bisa begitu, mungkin tidak dalam jangka waktu yang cepat, namun jika saat ini kita berusaha terus dan terus untuk menuntut ilmu hingga kita dapat mengamalkan ilmu dan mendapatkan penghasilan atau bahkan bisa membuat lapangan pekerjaan, bukankah kita bisa membuat itu menjadi kenyataan? HAMASAH !!

0 comments:

Post a Comment