Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Tuesday, January 24, 2012

Konsekuensi dari sebuah komitmen

Mengeluh hanya akan membuat diri saya semakin memaafkan diri sendiri. MENGELUH tidak akan meringankan beban di pundak saya. Mengeluh tidak akan menyelesaikan apapun. TIDAK. Saya mulai gila jika saya melanggar komitmen yang saya buat sendiri, akhirnya saya menyesal dan mengeluh, sesuatu yang membuat jantung saya terus-menerus berdetak keras. Dan akan menciptakan satu kata di kepala saya : GALAU. Saat membuat sebuah komitmen, saya tau apa konsekuensinya jika saya melanggarnya. Dan di titik-titik akhir pertahanan saya, saya juga tau apa yang akan saya rasakan jika merobohkan pertahanan itu. Saya tau dan saya sadar. Tapi entah mengapa, saya masih merobohkan pertahanan yang bahkan membangunnya adalah perjuangan yang cukup hebat.

Rasa penasaran yang belum bisa saya kendalikan, rasa ingin tau yang dalam terhadap sesuatu. Entah mengapa untuk satu hal ini rasanya masih belum menjadi gampang untuk saya lakukan, padahal saya tau, apa yang ingin saya ketahui bahkan nantinya bisa menyakiti diri saya sendiri. Lagi-lagi, Saya tau dan saya sadar. Tapi saya masih melakukannya, menghiraukan konsekuensi itu. Apa ini karena rasa sakit itu sudah akrab dalam kehidupan saya? Jadi saya menyepelekannya atau karena rasa sakit itu mudah sekali untuk disembuhkan? Saya tak tau secara pasti.

Saya tau, untuk menghancurakn komitmen dan semuanya hanya satu yang saya butuhkan : membuang jauh-jauh ego saya dan menurunkan harga diri saya. Tapi, benarkah itu yang saya perlukan? Saya tak tau dan tentu saya tak akan melakukannya, malu yang saya punya ini masih tebal, dan rasanya saya punya harga diri yang gila-gilaan tanpa diskon. yeah itu menurut saya pribadi.

Ikhlas, itu yang membuat saya masih berdiri sekarang, walau kalau mau dirasakan ya sebenarnya saya bisa jatuh sejatuh jatuhnya, saya mencoba untuk ikhlas terhadap semua yang saya lihat dan rasakan, toh gak ada yang akan benar-benar kita miliki, ya kan?? Saat saya mulai meledak, saya mencoba untuk mengingat salah satu pesan yang mama saya katakan, begini kira-kira "Kita harus jadi lebih dewasa, jangan jadi orang yang gampang meledak-ledak, coba untuk ikhlaskan semuanya" dan salah satu pesan papa saya "Saat masih kecil kita diajari untuk belajar dan mengingat-ingat, sekarang kita harus belajar cara melupakan". Itu yang menguatkan saya, dan tentu ayat-ayat yang sering saya baca di Al Quran, yang benar-benar pasti, hanya Allah Tuhan semesta alam yang akan menentukan segalanya.

Komitmen-komitmen yang saya buat, walau sudah saya hancurkan, saya akan membangunnya lagi, saya akan memperkokoh lagi, dan melihat bagaimana saya dapat bertahan mempertahankan bangunan itu. Saat saya tak dapat lagi mengendalikan semuanya, saya berusaha untuk tetap menahan rasa penasaran saya, sejauh yang saya bisa. Saya akan melakukan apapun sampai saya tak memerlukan komitmen itu. Dengan tetap menyiram rasa ikhlas dan sabar di setiap lubang dalam perjalanan kita. HAMASAH !!

0 comments:

Post a Comment