Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Saturday, May 11, 2013

k(i)acau

Hai hai everybodeh :D
are you happy today?

Dia menuliskan dua kalimat itu dalam kolom linenya. Salah satu media sosial di teknologi serba canggih saat ini. Mungkin benar, teknologi itu bisa mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat. Terbukti, di malam minggu begini, perempuan berkaus abu-abu itu lebih memilih tinggal dalam kamarnya, hanya ditemani laptop dan telpon genggam pintarnya. Ya, tentu bukan untuk menonton film atau melakukan kegiatan santai lainnya.

Kapan selesainya ini tugas?

Dia berkata pada dirinya sendiri. Dia sedang sendiri malam ini, kamar-kamar di sampingnya sedang tak berpenghuni, dan teman sekamarnya sedang pergi ke luar kota. Pilihan menjaga kamar dan tinggal di kamar adalah pilihan pertama dan terakhir baginya. Malam minggu, sama saja dengan nugas.
Mati satu tumbuh seribu.

Dia berbicara sendiri lagi. Seperti biasanya, seperti orang gila. Lalu dia teringat sesuatu.

Hmm, beberapa waktu yang lalu, ada seseorang yang menyuruhku berhenti tertawa, jauh sebelum waktu itu, ada orang yang menyuruhku untuk tersenyum dan tak terlalu memikirkan sesuatu pun. Heran saja, kenapa aku tak boleh tertawa? 

Dia menggeleng-geleng sendiri, entah pertanyaan itu ditujukan untuk siapa. Lalu dia kembali berkutat pada berlembar-lembar kertas putih yang berisi garis-garis bertulis huruf bertinta biru. Tiba-tiba matanya menyipit, ada yang salah dalam datanya, data hasil analisis berbeda jauh dengan data dari sumber referensi. 

Kenapa kadar gula sirupnya jadi rendah begini? katanya dalam hati.
Apa karena ada karamelisasi saat pemanasan? Berpengaruh terhadap total kadar gula kah?
Jika iya, berarti hatiku seperti itu, karena ada pemanasan dari api cemburu, lalu berkaramelisasi sampai mengkristal, hingga kadar rasaku padamu berkurang. 
Hahahaha

Dia tertawa mengucapkan kalimat itu sendiri. Mungkin jika ada orang yang mendengarnya berkata seperti itu, orang akan menyangkanya sedang galau, tapi dia sama sekali tak! Galau mungkin bermakna luas, tapi galau yang sering disebutkan saat ini adalah galau yang hanya mengacu pada cinta, iya, cinta, cinta pada lawan jenis. Dan baginya, tak ada waktu untuk galau masalah itu, tugas-tugas dan laporan praktikum sudah menyita perhatiannya, bahkan kabut pikirnya tentang pertanyaan masa kecilnya masih saja memenuhi rongga sempit yang ada di kepalanya. Jikapun ada kata-kata yang membuatnya berkata seperti orang galau kebanyakan, itu adalah hobinya untuk mengacak-acak kata hingga diperoleh makna yang ambigu.

Aku masih kepikiran, kenapa aku harus berhenti tertawa? Apakah tertawaku berlebihan? Atau wajahku memang tak pantas untuk tertawa? Apakah aku lebih pantas untuk marah-marah saja? 
Padahal aku berpikir, kadangkala meski aku tak sedang benar-benar bahagia, aku dengan gila akan tertawa dan meracau sesukaku, dengan begitu aku akan dianggap seperti orang gila, teman di sekitarku akan tertawa atau setidaknya menertawaiku. Dan aku akan tertawa, tertawa adalah obat bagiku, obat alami, aman tanpa efek samping. Dan kawan di sekitarku adalah katalis kesembuhan bagiku, tertawa dan aku akan sembuh!

Dia masih berpikir tentang tertawa itu, masih tersendat apa yang dia pikirkan tentang itu. Dia meluruskan punggungnya yang mulai mengeluh untuk diistirahatkan, sudah berjam-jam dia menekuni tugasnya, dan hanya setengah jam ketiduran.

Jika mengeluh itu menyelesaikan tugas serta laporan-laporan ini, aku akan mengeluh. Nyatanya mengeluh sampai berbusa pun jika tak selangkahpun aku berusaha untuk menyelesaikan, ya, tak akan selesai. Dan aku tak pernah suka orang mengeluh. Malas boleh, tapi mengeluh? Ah, aku tak menyukainya.

Dia. adalah aku. adalah saya. selamat sabtu malam, (m)b(l)o! :D eits, bukan menghina, tapi emang yang ada kan saturday night bukan night sunday :) selamat berlaporan ria....

2 comments:

Susi Susindra said...

Kadang malas boleh, tapi jangan mengeluh. Yep, bener sekali.

azzaitun said...

:D
karena kadang mengeluh bikin beban dan buat orang lain jengah juga, ya mbak ? :D

Post a Comment