Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Tuesday, May 7, 2013

Pangkat dan Faktorial

"Bu," suara anak lelaki yang beranjak remaja menyapa ibunya di seberang meja. Keheningan yang semula hanya dicipta detik jarum jam terpecahkan.
"Hmm?" sang Ibu berkerudung putih sibuk menekuni buku tebal dalam genggamannya.
"Bu, kemarin di sekolah aku baru diajarin bilangan pangkat."
"Oya? Suka?"
Lelaki kecil itu mengangguk meski yakin Ibunya takkan melihat anggukannya, sang Ibu masih sibuk memahami jalinan kata dalam lembarannya.
"Asik ya bu, padahal ditulisnya lebih kecil dari bilangan yang dipangkatkan, tapi bisa melipatgandakan yang lebih besar."
Sang Ibu tersenyum. "Kakak juga gitu ya."
"Ha? Apanya Bu?" Dia meletakkan bolpoinnya, mendengarkan ibunya hingga berkerut kulit dahinya.
"Ya itu, seperti bilangan pangkat, meskipun kakak masih kecil, kakak bisa melipatgandakan yang besar, ibu sama ayah misalnya."
Lelaki kecil berkulit bersih itu diam, masih tak paham apa maksud ibunya.
"Meskipun kakak itu kecil, kakak itu berada di ujung atas hidup ayah dan ibu, prioritas, kalau kakak belajar sungguh-sungguh, bukan cuma kakak yang diangkat derajatnya, tapi ayah sama ibu juga."
Anak lelaki itu tersenyum pada ibunya.
"Kakak tau lambang faktorial?"
Diam. Sang anak mengerutkan dahinya, mencoba mengingat lambang yang ibunya maksudkan.
"Itu loh kak, yang pakai tanda seru."
Hilang kabut pikir di kepalanya, "Oh iya, memangnya kenapa Bu?"
"Ibu suka sama tanda itu, satu angka saja di depan tanda itu,  tapi sanggup melipatgandakan jadi bilangan yang jauh lebih besar."
"Tapi pakai tanda seru Bu, memangnya nggak ada lambang yang lain apa ya Bu."
"Ada apa memang dengan tanda seru?"
"Kan seperti kalimat perintah, kalimat larangan, bedanya ini cuma angka."
Sang Ibu tertawa. "Justru karna itu kak, suatu ketika kalau Ibu marah atau melarang kakak melakukan sesuatu, bukan karena ibu nggak sayang. Tapi itu karna ibu ingin kakak sebagai bilangan yang ibu beri tanda seru jadi berlipat ganda, jadi tak ternilai, jadi mahal harganya karena kebaikan kakak sendiri." Dia mengusap-usap kepala anaknya.
"Haha ibu bisa aja ya." Sang Anak tersenyum dan kembali menulis angka-angka dalam lembaran putih bergarisnya.

2 comments:

RaionQ said...
This comment has been removed by the author.
azzaitun said...

waaa thankyou mbul :)
ihiiir alhamdullillah nek ngunu, aku seneng nek tanda seru haha

Post a Comment