Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Thursday, September 20, 2012

Relativitas

“Kau tau teori relativitas?” Tanya sang Wanita kepada Prianya, jangkrik mengiringi hembusan napas mereka berdua.
“E=mc2?”  jawab Sang Lelaki datar, dia sedang melihat hijau di pelupuk matanya, pemandangan lembah di puncak yang berada di kakinya.
“Iya, E=mc2 tapi aku tak tertarik dengan rumus itu,” kata Sang Wanita datar.
“Lalu?” kata Sang Lelaki sambil menatap wanitanya.

“Aku hanya tertarik pada kata relative itu, sebuah kata yang membuat segalanya serasa uncertain, tak ada kepastian”
“Ya, segala hal yang berhubungan dengan dunia tak ada yang pasti, kecuali segala hal yang berhubungan dengan kehidupan setelah dunia ini, kurasa itu juga pasti”
“Bukankah itu juga relative?”
“Maksudmu?” balas Sang Lelaki dengan pertanyaan. Mereka kini berhadapan, keduanya tau akan ada percakapan yang akan terjadi.
“Ya, itu tadi kan teorimu, tadi hanya apa yang kau pikirkan, dan belum tentu begitu seperti apa yang orang lain pikirkan”
Sang Lelaki hanya diam, entah apa yang ada di pikirannya, dia hanya menatap wanitanya dengan tatapan bertanda tanya di matanya.
“Maksudku, aku tak meninjau dari apa yang seharusnya menjadi kebenaran, tapi melihat dari apa yang dipirkan setiap orang sehingga apa-apa yang harusnya menjadi kebenaran justru bisa dijadikan lawan atas pembenaran yang sebenarnya salah” kata Sang Wanita sambil memainkan rerumputan di genggaman tangannya.
Sang Lelaki menghembuskan napasnya lalu berkata,” Ya, kadang apa yang kita pikirkan dan rasakan sudah maksimal, tapi yang orang lain pikirkan dan rasakan adalah kurang maksimal. Apa yang kita anggap benar, tapi orang lain menganggapnya kurang benar”
“Kau benar, setiap kepala terlalu kompleks untuk memikirkan dan mempersepsikan satu hal menjadi satu nilai yang sama, hingga terciptalah relativitas itu”
“Hingga kita tak bisa memastikan dengan jelas batas maksimal dan minimal usaha yang harus dan sudah kita perbuat. Seperti hari yang relative karena setiap mata melihatnya dari sudut pandang yang berbeda.”
Mereka berdua menghembuskan napas bersamaan dan kemudian tertawa lepas. Angin pelan berlarian di sekitar mereka berdua dan menyejukkan keduanya. Inilah hari, inilah hidup, tak peduli apapun kata orang lain, inilah hidup kita, kita berhak mensyukuri dan menikmatinya. Hidup hanya sekali dan kenapa kita malah menyia-nyiakannya. Happy Day!!

0 comments:

Post a Comment