Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Friday, March 29, 2013

Apapun itu

Siang, panas, dan aku bosan.
Kuambil ponselku, memasang headset di ujungnya, lalu memilih playlist lagu-lagu favoritku, Dear God, Feel, Knockin' on Heaven Door, lalu More Than Words. Beranjak lagi ke lagu-lagu lainnya, lagu-lagu yang dulu pernah jadi lagu sendu, Good Bye, hey! Aku dulu pernah menangis mendengar lagu ini.

Aku menggali-gali lagi kenangan-kenangan lamaku, memangkas waktu, merapatkan rasa, daaan tak kutemukan lagi sakit dan duka yang dulu membakar senyumku. Tak kutemukan lagi air mata yang membuatku seakan hancur, berlebihan, ingin kutertawakan diriku yang dulu, menyedihkan, kekanakan. Benar bukan, rasa, apapun itu, bisa menjadi hambar dengan berjalannya waktu, ya, sedihku luruh, rasaku? Masih perlu ditanyakan? Tidak ada lagi di sana, meski sudah kucari, meski sudah kucoba untuk ditemukan, tidak ada lagi di sana, tidak ada lagi. Entah ke mana.

Waktu, apapun itu, meski tak nampak, bukankah ia adalah media transformasi yang handal? Rasa, apapun itu, bukankah tak pernah selalu sama? Karena bukan aku, bukan aku yang mengendalikan semuanya, bukan aku. Aku tak punya kendali akan rasaku sendiri, sungguh.

Lalu mengapa kita harus berhenti pada titik ini? Mengapa?
Lan tarji' ayyamulati madhat, tak akan kembali hari-hari yang telah berlalu.
Kenapa membuang waktu hanya untuk hal-hal sepele hari ini?
Tiba-tiba aku riang, merasakan laporanku selesai dan tak ada jadwal kuliah hari ini, aku senang, entahlah. Dan kemudian dihantam kesadaran bahwa minggu esok akan masuk jadwal UTS. Ah, ujian, bukankah adalah sekedar ujian, penentuan, penilaian akan kepahaman.

Aku kembali memilih lagu-lagu favoritku, The spirit carries on. Nanti aku akan kembali, kini aku sedang berjalan untuk pulang. Rasa, sedih, bahagia, senang, susah dan apapun itu, ya, apapun itu, adalah hanya sekedar rasa, dan semuanya adalah sementara. Sementara. Bisa saja saat ini aku senang luar biasa, lalu seketika aku bisa sedih dan marah melebihi senangku tadi. Membakar bahagiaku begitu saja, ini soal keputusan, memilih tetap terbakar atau terus memadamkan. Kubilang, semua hanya sementara.
Aku tersenyum, seperti biasa, layaknya orang gila.

Kini aku punya rasa, sementara atau tidak, kuikuti saja dengan berjalan bersama waktu. Seperti biasa sok tau dan sok bijak, kubilang, Enjoy aja! :)

0 comments:

Post a Comment