“Biru” ucap sang Wanita saat melihat biru laut di hadapannya,
terlebih pada dirinya sendiri.
“Iya, tentu saja biru” kata Sang Lelaki tanpa memandanag
wanitanya.
Sang wanita hanya memandang Lelakinya sekilas, lalu menatap
biru pantai, sekali lagi.
“Bagaimana jika tiba-tiba warna laut menjadi hitam atau
putih, apakah kau akan tetap menyukainya?” Tanya sang Lelaki memandang
wanitanya.
“Aku tak pernah memikirkannya ah membayangkan saja tidak,
sedikitpun tidak” jawab sang wanita asal.
“Bagaimana jika dunia ini hanya berwarna hitam dan putih
saja?” Tanya Sang Lelaki, seperti bertanya pada dirinya sendiri.
Sang Wanita menggeser tempat duduknya, menatap Lelakinya
dalam-dalam. “Kukira Tuhan sudah menciptakan jagat ini dengan sempurna, dengan
perbedaan warna, dengan semburan warna yang berbeda, harmoni dalam perbedaan”
katanya tiba-tiba.
“Ya, yang ada hanya hitam dan putih dalam suatu warna,
mengaburkan warna-warna yang ada, hingga yang terlihat hanya hitam atau putih”
“Aha”
“Manusia hitam, manusia putih”
“Manusia hitam? Yang berhati hitam?” Tanya wanitanya, sang
lelaki hanya mengangguk.
“Manusia putih? Yang berhati putih?” Tanya wanitanya lagi,
sang lelaki hanya mengangguk, lagi-lagi.
Mereka terdiam, tenggelam dalam persepsi masing-masing.
“Berhati hitam, serakah karena menyerap semua warna, tak
rela jika ada seorangpun merasakan warna yang lainnya” kata Sang Lelaki
menjeda, “dan berhati putih, karena memancarkan semua warna yang mengenai
dirinya, memberikan segala hal yang ada untuk dibagikan, sedekah?”
Sang wanita tersenyum, sependapat dengan Lelakinya.
----
ehem. ini cerita kacau susunan kalimat sama pemilihan katanya
maklum, ini nulis pas lagi bosen se bosenbosennya
sama amanat di kuliahan
0 comments:
Post a Comment