Aku tertawa membaca begitu
banyaknya resolusi dan resolusi yang ada di media sosial baik twitter dan
facebook. Hebat, pikirku, sekarang anak muda begitu bersemangat membuat
resolusi, benar, resolusi akhir tahun. Aku tertawa lagi, sudah seperti orang
gila. Lalu aku menuliskan sesuatu pada kedua media sosial itu ‘Pesanku hanya
satu, jika ingin membuat resolusi terbesar, jangan lupa menggunakan minyak
emersi supaya gambar tidak pecah. Selamat mengamati kawan-kawan’ hahaha, aku
tertawa lagi. Sepertinya aku memang gila. Ya, aku gila. Yang kumaksud dengan
resolusi pada status dan twitku itu adalah resolusi pada mikroskop. Dan minyak
emersi itu biasa digunakan untuk dioleskan di lensa objektif mikroskop.
“Dasar gila, kau benar-benar
gila?” tiba-tiba dia datang, menyapaku.
“Hahaha,
sebenarnya aku menertawakan diriku sendiri, aku seperti mereka, begitu
semangatnya membuat rencana dan target-target di akhir tahun untuk dijadikan
semangat sepanjang tahun, ternyata rencana dan target itu lebih beken dengan
sebutan resolusi, yeah resolusi! Bahkan aku sudah sejak SMP selalu membuat
rencana dan target tapi baru tau kalau itu namanya resolusi”
“Heeeh
memangnya kenapa kau menertawakan dirimu sendiri berlebihan seperti itu?”
“Ya,
karena targetku seringkali tidak kucapai, hanya bersemangat di akhir tahun, sok
semangat di awal tahun dan lupa setelahnya,” nada suaraku mulai menurun,
kembali ingat target-target itu membuatku menyesal.
“Hah
dasar, lalu apa resolusi atau apa namanya itu-mu tahun ini?”
“Entahlah,
masih sama seperti tahun lalu, tiga yang sederhana itu, sudah cukup jika aku
bisa mencapainya tahun ini,” kataku.
“Itu saja? Yakin?”
“Tau tidak, tahun ini aku akan
berusia 20 tahun, tentu jika aku bisa sampai pada tanggal sepuluh tiga-ku” aku
tak menjawab pertanyaannya, malas, karena aku yakin target utamaku hanya tiga yang
sederhana itu, tentu tiga daftar itu berada di bawah tujuan awal dan akhirku. Tentu.
“Tua. Lalu mengapa jika sudah 20
tahun?” berhasil, aku berhasil mengalihkan perhatiannya.
“Ya, tidak apa-apa, hanya
berfikir saja, sudah sebegini tuanya mengapa aku merasa masih kekanakan? Dan
tiba-tiba aku sadar, sudahkah aku tau apa yang aku cari di dunia ini, sudahkah
aku mulai mengejar apa yang harus aku kejar di dunia ini. Sudah hampir dua
puluh tahun di dunia ini, sudah hampir berkepala dua, sudahkah aku membanggakan
kedua orang tuaku” tiba-tiba aku terbayang kedua orang tuaku. Dia terdiam,
sepertinya dia punya pikiran yang sama denganku, mengingat usianya juga sama
persis denganku. Beberapa lama, dia masih juga diam, sepertinya dia tau apa
yang aku rasakan, sepertinya dia memiliki pertanyaan yang sama denganku. Ah tentu
saja sama, dia adalah aku.
“Sudahlah, kau pending saja
pertanyaan-pertanyaanmu itu, renungkan saja nanti ya. Sekarang, sudahkah kau
belajar untuk UAS senin besok? Sudah siapkah dengan biokimia pangan,
mikrobiologi pangan, etika profesi dan lagi kimia pangan?” tanyanya, seperti
dihunus pedang tajam langsung tepat di jantungku. Ah lebay.
“AAAARGH mengapa kau
mengingatkan tentang itu, heh, pergi kau!” usirku, dia merusak suasana. Dia
tertawa menang dan kemudian pergi.
Sudahlah, dia benar, aku harus
belajar. Selamat malam :)