Aku menantimu di ujung lorong yg bisu
Dengan tanda tanya yang tergantung di langit-langit ruangku
Ujung lorong dua arah menghimpitku
Bertanya memaksa, jalan mana yang kan kutekuni
Aku menantimu di ujung lorong yang basah oleh kelabu
Membanjir air danau di penjuru sudut
Gelap betah bermuram di hadapanku
Sementara senyum menungguku mengangguk yakin
Kubaca rapal suaramu yang lirih
Sajak patah tak berpita suara menghapalnya
Dengan mataku yang buram
Aku tau kau maknai sejuta pandangan
Sementara aku masih berdiam di satu kalam
Menatap jejak hangat di latar tandus depan mataku
Ku tatap kian menghilang
Ku rasa kian membekas
Ah, aku rindu jemarimu, peluru
Ini rahasiaku, menatapmu ketika matamu sibuk dengan jutaan huruf semu dihadapanmu
-------
ditulis saat menyusuri jalan antara Fakultas Teknologi Pertanian
sampai ke kosan
suntuk menjelma menjadi kelabu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment