Semburat jingga menghias langit senja hari ini. hujan tak
menyapa sang hari. Sepasang manusia menikmati langit di atas loteng rumah,
hingga terlihat harmoni gunung, awan dan semburat indah senja.
“Menurutmu matahari itu terbit tidak?” tanya Sang Lelaki
pada wanita di sampingnya, tanpa memandangnya.
Sang wanita mengerutkan dahinya, tersenyum dan menjawab
hanya dengan satu kata, “iya,” katanya sambil melempar pandangannya ke langit
lepas.
“Menurutku tidak. Sekarang yang menyebabkan matahari terbit
itu matahari atau bumi?” Tanya sang Lelaki, tetap memandang lekat langit jingga
cerah di atasnya,
“Bumi,” jawab Sang Wanita, singkat.
“Nah, Bumi saja kan yang berotasi. Sehingga nampak seakan-akan
matahari terbit dan terbenam. Padahal matahari sendiri tidak pernah terbit dan
terbenam.”
“Ya, kau benar, jika kita memiliki ilmunya, kita bisa
membuat kesimpulan seperti itu. Tapi untuk orang lain yang tak punya ilmu
tentang itu pasti berpikir bahwa matahari terbit dan terbenam.”
“Itu menurut orang awam yang mengadakan sesuatu yang
sebenarnya tidak ada. Bukankah sebenarnya segala sesuatu yang ada di dunia ini
tidak ada? Semu” kata Sang Lelaki.
“Dan yang terlihat tidak ada juga ternyata ada, bukankah
juga begitu?” kata Sang Wanita, Lelakinya menatapnya sekilas dan kembali
menatap langit yang begitu indah di matanya.
“Aku hanya mencoba berpikir seperti orang awam, yang tak tau
ilmu tentang rotasi dan revolusi bumi. Berpikir seperti itu membuat seseorang dapat
mencipta harapan di benaknya, karena hari akan terasa berganti, matahari terbit
dan terbenam. Dan di kemudian harinya matahari terbit lagi, dengan harapan yang
baru, dengan semangat yang baru,” kata Sang Wanita lagi, menerawang. Tak ada
komentar dari lelakinya.
“Dan dengan berpikir bahwa bumi hanya berotasi dan
mengelilingi matahari, bahwa sebenarnya matahari tetap sama, matahari diam dan
tak pernah terbit, siang dan malam hanya akibat dari letak bumi yang menatap
matahari atau tidak, dengan begitu seringkali hanya menimbulkan pikiran bahwa
hidup ya begini-begini saja, bumi tak pernah beranjak, hidup tak pernah
berubah, darimana datangnya harapan?” lanjut sang Wanita, sambil menatap sosok
lelaki di sampingnya yang terlihat tenggelam dengan pemikirannya sendiri.
“Tapi akal itu diciptakan bukan hanya digunakan untuk
mencari kehidupan, tapi bagaimana akal ini bisa digunakan agar mengenal dengan
yang Maha Hidup. Aku tidak ada, jika aku ada maka kau lupa akan Tuhan mu,” kata
Sang Lelaki, masih tetap menerawang. Sang Wanita menatapnya, ‘hey, apa yang
sedang kau pikirkan?’ batinnya, tanpa berkomentar.
Angin sore memeluk pikiran-pikiran yang ada di kepala mereka
masing-masing, dua pemikiran bertolak belakang hari ini.
-------------
pemikiran Sang Lelaki itu bukan dari saya,
tapi dari si aki aki yang punya perspektif begitu
5 comments:
kayak pernah baca sebelumnya.. dimana gt y..
masa tiw? Wah berarti ada kejadian sperti ini dong ya -,-
masa tiw? Wah berarti ada kejadian sperti ini dong ya -,-
kayanya km pernah ngepost postingan ini sebelumnya. di fb mungkin ya?
Beda tiw, yang di fb itu tentang knapa kita ada di bumi. Kalo yang ini rotasi bumi. Bedanya lagi, kalo yang di fb itu hidayah murni dateng di kepalaku. Kalo yang ini lebih banyak bukan ideku, aku cuma nulis ulang. Hehee
Post a Comment