Aku merasa kehilangan.
Aku kehilangan saudara sepupu perempuan kecilku yang dulu
sering kuajak main bersama. Saat kubaca status-status di facebooknya, tentang
malasnya dia bersekolah, beginilah dengan pacarnya, pacarnya begitulah dan
sebagainya.
Aku kehilangan gadis kecil yang selalu menempel denganku
saat bertemu. Ku mandikan jika sore datang, dan kusisir rambut lurusnya yang
basah saat ku keramasi.
Ke mana gadis kecil yang pemalu itu? Lingkungan
membesarkannya dengan salah di mataku. Dia adalah salah satu kebanggaan kakek
nenekku. Di antara kedua saudaranya.
Aku kehilangan gadis kecilku..
Beginikah…
Beginikah yang dirasakan orang tuaku? Bagaimana perasaan
mereka terhadapku?
Yang seringkali membangkang saat diberitau, yang seringkali
berbeda sudut pandang ini itu, yang sering tak peduli saat aku bahagia..
Mengingat aku saat kecil dulu, anak sulung yang selalu
diberi perlakuan terbaik. Anak perempuan tertua yang dibela habis-habisan saat
ada seseorang yang menghina prestasiku. Anak perempuan yang sejak kecil selalu
menyusahkan, sering sakit perut sejak masih bayi, perut besar dengan kulit
tipis sesaat setelah dilahirkan, bocah pemalu yang selalu pasif saat di kelas,
berminggu-minggu ditunggu di dalam dan di luar kelas. Bahkan setiap hari diantar
dan dijemput tanpa kenal lelah, perjalanan enam belas kilometer selama empat
tahun. Demi memberiku kehormatan akan prestasiku sendiri, menyangkal hinaan
orang-orang akan seorang aku. Yang bahkan aku sendiri tidak tau. Tapi mereka membelaku
habis-habisan, dengan keringat dan air mata. Aku hidup untuk kamu dan adik-adikmu.
Bagaimana perasaan orang tuaku..
Saat aku pulang dengan keadaan mata merah menahan tangis.
Dan ledak tangis itu pecah saat ku tatap mereka. Sesenggukan karena satu hal
bodoh yang pernah kubela habis-habisan. Akhirnya mereka yang memelukku,
menepuk-nepuk pundakku yang terus betah berurai air mata. Bagaimana perasaan
orang tuaku, saat gadis yang dibesarkannya merasa tersakiti karena orang lain. Biar orang lain menghinaku, asal tak
menghina anak-anakku, kalian itu kebanggaanku.
Bagaimana perasaan orang tuaku..
Ketika melepas seorang gadisnya di kota asing berkilometer
jauhnya. Tanpa isak mereka memelukku saat itu. Untuk alasanku ingin pergi jauh
dari rumah, yang berkamuflase menjadi menuntut ilmu di luar kampung halaman.
Saat itulah aku sadar, aku tak bisa jauh dari rumah. Untuk pertama kalinya
dalam hidupku aku benar-benar jauh dari orang tuaku. Aku tak pernah jauh dari
mereka sejak aku dilahirkan. Bahkan sebelumnya
aku tak pernah jauh dari mereka untuk seminggupun. Aku menangis
diam-diam saat aku ditinggal di rumah nenekku untuk empat hari. Saat ibu dari
ayahku meninggal dunia dan orang tuaku berada di sana untuk beberapa hari. Aku
tak pernah nyaman tinggal dengan orang lain selain mereka, dan mereka tak
pernah mempercayakan anaknya pada orang lain. Siapapun itu.
Bagaimana perasaan orang tuaku…
Aku tak pernah tau.
Tapi jika aku menjadi mereka, aku sedih bukan main, aku
sakit bukan main.
Aku tak pernah menyayangimu sebesar sayangmu padaku. Tapi
jika aku punya banyak waktu, sungguh, aku ingin kalian bangga terhadapku.
Aku hanyalah titipan, dan kalian adalah penitipan. Setega
itukah aku terus meminta pada kalian yang terus meremukkan tulang hanya demi
seonggok napas sepertiku.
Jika ada satu alasan untuk terus hidup, separuh alasan itu
adalah untuk kalian, orang tua hebat yang Tuhan percaya untuk menitipkanku.
Yours, who always proud being yofananda, oliviayofananda.
2 comments:
jiah, dihapus komennya -_-
Post a Comment