Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Saturday, November 17, 2012

daur dan rantai

Angin senja menghembuskan napasnya dengan santai, meniupkan debu halus, menerbangkan daun-daun kering kuning berhamburan di halaman.
"Hari ini tak ada hujan ya," kata Sang Lelaki, memandang Wanita di sampingnya.
"Iya," jawab Sang Wanita singkat sambil menatap langit kemerahan di atasnya.
Lalu sang Lelaki berdiri dan menyusuri jalan setapak di depannya sambil melihat pepohonan di sekitarnya, wanitanya mengikuti di belakang, berbeda, dia melihat tanah di samping jalan. 
Tiba-tiba Sang Lelaki berhenti berjalan, tersadar bahwa Sang Wanita berhenti mengikutinya. Dia berbalik dan melihat wanitanya sedang jongkok dan memegang dedaunan yang jatuh. Sang Lelaki tersenyum dan menghampirinya.
"Ada apa?" tanya Sang Lelaki lembut, tapi sanggup mengagetkan wanitanya.
Sang Wanita hanya menjawabnya dengan senyuman.
"Kau menemukan sesuatu?" tanya Sang Lelaki, lagi.
Kini Sang Wanita menjawabnya dengan anggukan.
"Apa?" tanya Sang Lelaki, berjongkok di samping wanitanya, siap mendengar apa yang ditemukannya.
Sang Wanita diam beberapa lama, kemudian memulai, "Kurasa semua hal akan kembali pada asalnya" Jeda beberapa lama dan sang Lelaki terdiam, hanya menatapnya. 
"Kita akan kembali ke tanah, begitu bukan?" tanya Sang Wanita.
"Ya, suatu saat kita akan kembali ke tanah"
"Dan daun ini sudah kembali ke asalnya, lihatlah, dia sudah jatuh dan akan terurai bersama tanah. Aku berpikir tentang plastik ini," kata sang wanita sambil menunjukkan plastik bekas di tangan kirinya.
Sang Lelaki mengeryitkan dahinya, "ada apa dengan plastik itu?" katanya.
"Plastik ini berasal dari pabrik, bukan dari tanah, tapi manusia seringkali mengembalikannya ke tanah, menghancurkan  rantai yang seharusnya terus berputar. Sepertinya kita harus terus mencari cara untuk terus menjaga rantai, plastik harus kembali ke pabrik, terus didaur dan didaur ulang, tidak memutus rantainya di lahan tanah," katanya Sang Wanita sambil memungut plastik itu dan membuangnya di tempat sampah.
"Wah, kali ini aku setuju denganmu," kata Sang Lelaki sambil tersenyum jahil.
"Kali ini? Apakah biasanya Kau tak setuju denganku?"
"Ya, seringkali," katanya sambil tertawa dan berlari.
Sang wanita hanya merengut dan berjalan tanpa mengejarnya. 


3 comments:

Unknown said...

Senang mengetahui ada sesama Anggota MPUB yang mempunyai kesenangan yang sama...

Ingin membuat Dialog yang menyenangkan dan bukan hanya canda gurau seperti diatas, sepertinya saya masih harus banyak belajar...

Punya rencana buat dialog terpisah (tampak seperti monolog jika hanya dilihat di blog masing2, tapi jika digabungkan akan menjadi sebuah dialog, lebih Cool daripada hanya saling comment), Have an idea?

Oiya, jangan lupa intip ini, tapi belum sempat saya buatkan widget follow

Unknown said...

Saya lupa memberi tanda baca, khawatir salah paham... :)

Ingin membuat Dialog yang menyenangkan dan bukan hanya canda gurau, seperti diatas, sepertinya saya masih harus banyak belajar...

azzaitun said...

saya juga masih belajar buat cerita super pendek yang begini ini kok mas..

wah idenya bagus itu mas, kelihatan monolog tapi kalo digabung jadi sebuah dialog. keren. tapi masih belum punya ide.

oke, nanti saya mampir :)
makasih udah mampir di blog saya :))

Post a Comment