Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Thursday, December 27, 2012

hujan dan kecepatan

Deru angin menyapu wajah mereka berdua. Jarum speedometer menunjukkan angka 60 km/jam tapi tangan yang menggenggam gas tak juga berniat untuk menurunkan kecepatan kendaraan yang dikendalikannya. Sang Lelaki melirik wanita yang duduk di belakangnya melalui ekor matanya. Sang wanita tersenyum dari balik helm teropong berkaca beningnya, tersenyum dan menyengirkan giginya.  Sang lelaki tersenyum.
Oh, jadi kau suka berada pada kecepatan yang tinggi saat mengendarai motor, batin Sang lelaki. Dia mulai menaikkan lagi kecepatan motornya, mendekati angka 80 km/jam, Wanita di belakangnya mulai menarik bagian samping bajunya, pertanda dia sudah mulai agak gentar dengan kecepatan ini. Sang lelaki menahan tawanya.
Langit yang sudah berwarna kelabu sejak keberangkatan mereka untuk pulang, semakin kelabu dan mulai menurunkan tangisannya, air mata langit, hujan. Gerimis. Berangin. Lalu hujan semakin deras.
“Gimana? Mau berhenti?” Tanya sang Lelaki sambil melirik Wanitanya di belakang.
Sang wanita menggeleng dan berkata, “Ayo lanjut aja, sudah dekat kan.” Sambil membuka kaca helm teropongnya, merasakan air hujan yang jatuh pada pipi dan dagunya, kerudungnya mulai basah namun ia tak peduli. Sang lelaki dapat melihatnya dari spion motor dan tersenyum, dia tetap mengendarai motornya dan terus berkonsentrasi pada jalan di hadapannya. Hujan tetap mengiringi perjalanan pulang mereka sampai ke rumah.
“Kau senang?” tanya sang lelaki saat mereka sampai. Sang wanita hanya mengangguk, lelakinya tersenyum.
“Kenapa?” tanyanya sang Lelaki lagi.
“Ah, kau sebenarnya tau. Bukankah tadi kau menggodaku dengan menaikkan gas motor, padahal kau tau bagaimana aku saat kecepatan benar-benar tinggi,” kata Sang Wanita sambil cemberut.
“Hahahaha,” Sang Lelaki tertawa dan mulai duduk di kursi kayu teras, wanitanya mengikuti dan duduk di sebelahnya.
“Sudah, puas kan menertawaiku” kata sang wanita kesal, tapi tiba-tiba wajahnya berubah senang saat mengingat sesuatu yang dipikirkannya tadi, “tidakkah kau menyadari sesuatu saat di jalan tadi?” tanyanya pada lelakinya. Kening sang lelaki berkerut, menyadari apa? Batinnya.
“Aku menyadari bahwa hujan di setiap beberapa ratus meter jalan berbeda. Saat kita berada pada tanjakan curam sebelum perempatan tadi, hujannya hanya berupa gerimis, namun saat kita berada setelah perempatan, hujan sangat keras dan deras. Tapi herannya, saat berada dekat dengan daerah sungai besar, tanahnya malah kering.”
Sang Lelaki hanya tersenyum, ya, dia menyadarinya juga.
“Dan kurasa, untung saja kita tak berhenti bahkan untuk sebentar saja,” kata Sang wanita kemudian.
Lagi-lagi Sang Lelaki hanya tersenyum menatap wanita di hadapannya ini.
“Dan entah mengapa aku menyadari, sebenarnya hal itu sama seperti hidup kita, mau berhenti atau terus berjalan saat kita menghadapi rintangan dalam sebuah perjalanan, itu adalah pilihan kita. Saat kita berada dalam sebuah kondisi yang berat dimana kondisi itu bisa membuat kita basah dan sakit, kita bisa berhenti sejenak, tapi hidup itu pilihan, kita mau berhenti dan kembali ke titik start yang aman atau terus berjalan, dimana setiap tahap itu berbeda kondisinya, seperti hujan deras tadi, kadang hujan sangat deras tapi kadang hanya gerimis biasa,” kata Sang wanita panjang.
Sang Lelaki menanggapi wanitanya dengan tersenyum, lalu menambahkan, “dan dengan kecepatan yang tinggi serta fokus, kita akan sampai dengan tujuan, dengan selamat.”
“Kau benar!” kata sang wanita bersemangat. Mereka tertawa.
Hujan di akhir desember, membawa tawa. Hujan di akhir desember, menyembuhkan luka dan menawar rindu pada basah di dalam hati. Ah hujan, kau punya seribu rasa dalam jutaan tetesmu.

--------
Word count : 525

 Cerita ini terinspirasi saat saya lagi mengendarai motor 
dan membonceng kedua adik saya,
saat hujan deras dan hanya gerimis saja.
Dan saat ngantuk menguasai mata saya.
Iya, analoginya agak kacau, 
entah mengapa agak sulit merangkaikan ide yang ada di kepala saya
anybody know what this story tell about? 
*hallah bahasa inggris kacau pula*

4 comments:

Unknown said...

Aku hanya bisa bilang WOW, soal ceritanya...
Tapi kalo soal kecepatan yang tinggi serta fokus apalagi di jalan raya, aku pilih safety riding aja deh, hehehehe

Alfajri said...

mantap ! you just goin to amaze me, little gal ;)

azzaitun said...

:D
ohiya ya, haha nggak kepikiran sama safety riding --"
itu bukan di jalan raya untungnya, di jalan pedesaan hehe #ngles

azzaitun said...

hihi thankyou sista :)

Post a Comment