Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Thursday, December 6, 2012

Kacau

Tiba-tiba si hitam bertanya padaku, "kau baik-baik saja kan?" tanyanya, tak seperti biasa. Biasanya ia bersikap acuh dan tak ramah, tiba-tiba bertanya seolah khawatir begitu, aneh.
Aku hanya mengangguk, tak berkomentar apa-apa.
"Kenapa? Merasa kesepian?" tanyanya lagi.
"Ah, kau butuh teman cerita panjang lebar," tiba-tiba Si Biru datang, mengagetkanku yang setengah melamun.
Aku tak menjawab, malas. Sudah bisa kutebak kemana arah pembicaraan ini nantinya.
Jeda. Mereka juga diam.
"Ada apa kalian? Ke mana selama ini?" tanyaku, parau yang keluar dari tenggorokku.
"Kulihat kau sangat bahagia akhir-akhir ini, jadi mengapa kami harus datang?" jawab si Biru.
"Memangnya kalau aku bahagia kalian tak akan datang? Dan menurut kalian sekarang aku sedang bersedih?" tanyaku lagi, agak terbakar.
"Bukankah biasanya kau sering mengusir kami?" jawab si hitam kali ini, dia selalu membuatku kesal, "Dan ya, tak perlu berdusta, kau sedang bersedih!" katanya keras.
Aku menghembuskan napas keras, ingin ku bantah lagi dua makhluk ini tapi aku malas berdebat dengan mereka, mereka menyebalkan.
"Sedang banyak yang kau pikirkan kan?" tanya si Hitam, antara simpati dan mengejek, samar.
"Sebenarnya Kau gantungkan 'itu' pada siapa?" tiba-tiba si Biru langsung bertanya frontal.
Aku menggeleng, aku tak bisa berbohong pada mereka. Dan aku tak tau, benar-benar tak tau akan jawaban itu.
"Benar ya kau tak tau pada siapa kau gantungkan itu saat ini?" tanya si Biru lagi, kini ia duduk di sampingku, menepuk pundakku yang akhir-akhir ini nyilu. Si hitam hanya berdiri di sampingku sambil melipat tangannya.

"Ya, aku benar-benar tak tau," kataku pelan, heran sendiri mendapati emosiku yang tiba-tiba lenyap.
Si biru tak lagi bertanya, aku tau dia tau kalau aku tak berdusta, dia menepuk-nepuk pundakku.
"Mungkin kau butuh teman cerita," katanya tiba-tiba.
"Tidak, aku malas. Aku hanya ingin bermimpi dan berlari saat ini, aku tak ingin hal-hal lain seperti itu katamu" jawabku.
"Tidakkah suatu kali kau ingin teman cerita yang mendengarkan, menertawai dan membangkitkanmu?" tanyanya lagi, mencoba mempengaruhiku.
"Tidak, karena justru aku akan lupa pada mimpiku, aku tak mau," kataku lagi. Keukeuh.
"Sudahlah, mengapa kau malah membujuknya seperti itu hey Biru!" kata Hitam tiba-tiba. "Lebih baik kau begini, kau tak pernah menangis lagi kan!"
Aku mengangguk, tapi entah mengapa air mataku menggenang di bendungannya.
"Hah!" kata si Hitam tiba-tiba, dia pergi, aku tau dia membaca pikiranku dan akhirnya pergi.
Si Biru hanya menepuk pundakku, membiarkanku terisak dan tenggelam dalam tangisku.

0 comments:

Post a Comment