Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Tuesday, December 6, 2011

apa kabar, kakak? (part 2-end)

Hari ini hari wisudaku, hari dimana aku memakai toga setelah empat tahun berjuang. haha. Ingin rasanya kakak yang mendampingiku hari ini, tapi tak apa, ayah yang akan mendampingi hari ini. Hari ini, aku akan membuat mereka tersenyum padaku, ibu dan ayah :) makasih ayah dan ibu yang sudah membesarkan aku sampai di titik ini, mengajari aku menjalani hidup ini, tak mungkin aku bisa membayar jasa kalain selama ini. Mana mungkin aku bisa membalas kasih sayang yang begitu tulus dari kalian selama dua puluh dua tahun lebih ini. Ah ayah, ibu, aku hanya berharap kalian tersenyum saat melihatku di atas sana nanti, ini anakmu. harapanku sesaat sebelum memasuki aula kampusku.

Hari ini ditutup dengan makan malam bersama keluarga besarku, bahagia rasanya saat mereka merasakan kebahagiaan atas kelulusanku ini. Ah kalian, kalian adalah semangatku selama bertahun-tahun ini. Malam ini juga seperti malam pelepasanku, besok, aku akan berangkat ke kota orang lagi, Bandung, kota impianku sejak SMA. Aku sudah akan bekerja dan mengamalkan ilmuku di sana. Walau rasanya masih ingin berlama-lama di sini bersama keluarga besar ini, tapi aku harus HARUS berangkat ke sana secepatnya.

                         -------


Ibu tak terlihat bahagia saat melepasku di stasiun tadi, aku tau itu, walau dia selalu tersenyum, tapi dia tak secerah biasanya. Dia menahan air matanya. Tangis ibu pecah saat dia memelukku dengan erat. Ah ibu, sudah lama aku berpisah denganmu, sudah lama kita jauh, tapi kenapa engkau masih selalu menangis saat melepasku? Aku tau, mungkin itu semua karena engkau begitu mencintaiku, bukan?


Dan Ayah, sama halnya seperti ibu, dia menahan tangisnya saat memelukku dan mengecup keningku. Selalu begitu, sama, selama empat tahun aku merantau ke kota orang, itu yang ayah lakukan. Ayah, kau selalu terlihat lemah di hadapan anak-anakmu, permatamu, bukan?


Dan aku? tentu saja aku menahan air mataku, walau sudah lama berpisah, tetap saja aku menginginkan kebersamaan dengan mereka. Tapi bagaimanapun itu, aku tetap harus berangkat, HARUS ! bukankah ini juga mimpi dan harapan kalian, ayah, ibu, menjadikan aku pribadi yang mandiri. Kini aku buktikan pada dunia bahwa kalian berhasil menjadikan aku.


Masih lama, perjalanan kereta ini masih lama. Seperti kebiasaan-kebisaan sebelumnya, tak perlu waktu yang lama untuk membuatku mengantuk, waktunya menikmati perjalanan, selamat jalan kota tempatku menuntut ilmu.


                                 -----


Selamat datang kota tempatku mengamalkan ilmu.


Bandung.
Kota yang dingin, masih sama.


Sudah lama aku di sini, sebulan. Dan hidup di sini sedingin hawa udaranya, ah membosankan ! tak seperti yang aku bayangkan. Oke, di tempat kerja memang tak membosankan, karena di sana aku bisa konsentrasi terhadap kerjaan, tapi setelah itu? beginilah cerita hidupku selama sebulan, selalu mampir ke tempat ngeteh dan ngopy, everyday ! hanya untuk minum teh dan menghabisakan lembar-lembar buku. bosaaaaaaaaaaan.

"hai cowok godain aku dong" sapa seseorang tiba-tiba di hadapanku, aku hanya bisa melongo. waktu seperti di pause sesaat. Dan ..
"hahahahaha, Ikaa kamu kan? Ya ampuuun, aku udah jadi ceweeek" dia teman sekolahku dulu, sudah lama tak berjumpa dengannya, kami berpelukan erat sekali.
"wah masih ingat ya? haha, gimana kabarnya Vil?"
"alhamdullillah, baik, kamu?"
kami berbincang lama sekali, hingga saat adzan magrib memisahkan kami berdua. Aku harus kembali ke rumahku secepatnya, dan dia harus kembali juga ke rumahnya. Ini satu hari yang berkesan untukku, tak sedingin biasanya.


Seperti biasa pula, melewati jalan yang sama on foot. Aku melihat ada seorang anak kecil menangis di pinggir jalan, anak seorang pengemis, aku tau dari pakaiannya.Entah mengapa saat melihat ada anak kecil, aku selalu ingat adikku di rumah, ah Adik, bagaimana kabarmu? Aku mendekatinya dan memberinya beberapa permen, haha, entah apa yang aku pikirkan, tanpa pikir panjang aku buka tasku dan merogoh beberapa permen di sana, di tasku selalu ada permen. Penghilang rasa lapar, hehe. Saat dia mulai tersenyum dan berhenti menangis aku hanya berkata "sudah ya adek jangan nangis lagi, sudah malam lo, pulang ya" dan dia hanya mengangguk dan mulai beranjak dari tempatnya berdiri. Aku tau dia berhenti menangis bukan karena permenku, tapi karena uang yang aku berikan. hmm, tak bisa berkata-kata lagi aku melihat pemandangan di sekitarku.


Aku akan melanjutkan perjalananku saat si adek kecil tadi sudah tak terlihat dari pandangan mataku. Hingga tiba-tiba ada yang mau menabrakku saat aku membalikkan badanku, Astagfirullah ! Aku takut, karena ini sudah malam, karena pria di depanku berbadan cukup besar dibandingkan denganku yang berpadan kecil. Aku tak berani menatapnya, entah mengapa nyaliku ciut, apakah ini efek hawa udara? ah ada-ada saja. Aku sudah hendak berjalan cepat ketika tiba-tiba dia menyapaku,
"Assalamualaikum"
aku tatap wajahnya, dia mengernyitkan matanya, dahinya berkerut-kerut, tanda dia mengingat sesuatu,
"Waalaikumsalam.." jawabku saat melihat wajah seseorang di depanku, wajah yang sangat ku kenal..
Dia menangkupkan tangannya di dadanya, sebuah salam, dan sebuah senyum. Dan aku membalasnya dengan hal yang sama. Rasa takutku hilang dan lenyap seketika, digantikan rasa nyilu dan dingin di sekujur tubuhku.
Dan dari lidahku aku hanya bisa berkata, "Apa kabar, kakak?"

2 comments:

septian ya said...

pasti yang godain si inkaa. hahha ;)
dan kakaknya ituu....

azzaitun said...

ahahaha..
iyaaa anda benaar :D

Post a Comment